"Ini semua salah elo sih!"
Alvian hanya menatap Alvion dengan bingung, kenapa ini salahnya.
Susahnya bicara pada orang polos seperti Alvian ini, sekarang hari hujan dan bahkan sangat deras, mereka berhenti di halte agar tidak kehujanan.
"Kenapa gua bisa nggak inget ini daerah mana!"
Jujur Alvion lupa ini dimana, sepertinya mereka bertambah tersesat saja, bahkan mungkin semakin menjauh dari kediamannya.
"Tapi bang Vion yang ajak Vian pergi."
Alvion tersedak ludah sendiri, benar juga. Tapi tetap saja ini salah Alvian,"Kalo elo nggak bego-bego amat dan bisa ngerti yang gua jelasin pasti kita nggak akan ngejauh dari rumah gini!"
Alvian mengangguk, itu ada benarnya juga, memang pemahamannya ini sangat lah dangkal.
"Apa mereka nggak peduli sama kita ya? Atau mereka emang biarin kita di sini lagi, nggak nyari kita."Kenapa Ellard dan Alexa sangat lama seperti ini, mereka tidak mungkin benar-benar membuang mereka'kan?
Alvion bisa melihat Alvian yang kedinginan, ia hanya bisa menghela nafas, membawa Alvian lebih dekat dengannya dan memeluk tubuh dirinya sendiri itu, Alvian ini sudah menjadi adiknya bukan?
"Semenjak elo masuk ke tubuh gua, elo ngerasa seneng nggak?"
Alvian melirik Alvion sejenak, ia mengangguk dan menggeleng.
"Gimana sih! Kalo seneng angguk kalo nggak geleng, jangan keduanya!"Lama-kelamaan Alvion bisa darah tinggi jika seperti ini, selalu saja naik darah saat berbicara dengan Alvian.
"Ada senang dan tidak senangnya bang, Vian senang karena daddy dan bang Axian baik. Tapi Vian sedih karena nggak tahu gimana kondisi ibu dan ..."
Sebelum Alvian berbicara lebih banyak, Alvion lebih dulu menutup mulut adiknya itu.
"Sekali lagi elo ngomongin ayah sama ibu lo, gua tinggal juga lo sini, biar di bawa sama penculik! Mau lo?"
Alvian menggeleng ribut, ia tidak mau seperti itu.
"Makanya itu jangan bahas ibu sama ayah lo lagi, gedeg tahu nggak dengernya, lagi pula cerita ini bukan bahas tentang ayah dan ibu lo, cerita ini kan bahasnya tentang jiwa elo yang ketuker sama gua!"
"Iya abang maaf ..."
Alvion menatap tajam Alvian, "Lo tahu, sebenernya gua nggak suka sama daddy sama abang, tapi elo malah deket sama mereka, ya walaupun sih jiwa kita itu beda, tapi tetep aja njir! Itu tubuh gua, orang-orang tahunya gua itu elo, dan elo itu gua."
"Tapi kenapa abang tidak suka sama daddy?"
Alvion terkekeh pelan,"Kadang kiding ya lo, kadang elo nanya serius, keknya otak lo harus di asah lagi nih, biar nggak polos-polis amat. Elo tadi liat kan gua datang sama siapa?"
Alvian mengangguk, tentu saja dia melihat siapa yang datang bersama Alvion.
"Itu mommy sama abang gua, mereka pisah dari umur gua lima tahun, nggak tahu kenapa tiba-tiba aja daddy gua misahin gua sama mommy, daddy marah banget sama mommy hari itu, bahkan mereka berantem hebat. Dari sana daddy selalu aja misahin gua sama mommy, tapi bang Xander nggak terima daddy nyakitin mommy terus, jadi dia ikut mommy, sedangkan bang Axian ikut daddy. Gua juga mau ikut mommy, tapi daddy nggak pernah ngasih kalo gua ikut mommy, dia selalu aja marah, kayak tadi. Kalo mommy dateng pasti dia sama bang Axian selalu misahin gua sama mommy, gua benci sama daddy, dia nggak ngasih tahu gua alasan kenapa dia misahin gua sama mommy, padahal mommy gua itu berhak atas gua dan juga gua berhak atas mommy. Dia juga ngelarang gua buat keluyuran dan selalu di jaga ketat biar gua nggak bisa ketemu mommy kalo tiba-tiba aja gua kabur. Elo ... "Alvion menghela nafas dengan kasar, "Gua udah ngomong panjang kali lebar sekarang elo malah tidur gini! Berasa jadi tukang dongeng gua!"
Alvion mengusap rambut Alvian pelan, ia dengan hati-hati membawa Alvian ke pangkuannya agar Alvian bisa berbaring.
"Gua tahu gua salah, daddy emang nggak pernah nyiksa gua ataupun lukain gua, bahkan daddy ngerawat gua hati-hati, kadang kalo gua lecet dikit aja pasti dia khawatir. Tapi gua kecewa sama daddy, kenapa sampe sekarang, bahkan setelah gua pindah tubuh juga, dia tetep aja masih nggak biarin mommy sama bang Xander buat nemuin gua. Emangnya mommy udah ngelakuin apaansi sampe buat daddy semarah dan sebenci itu. Gua nggak tahu harus ngapain lagi buat mereka damai, elo tahu Vian ... gua rindu masa kecil gua yang dulu, waktu mommy sama daddy damai, nggak kayak sekarang mereka pisah, dan yang elo harus tahu daddy nggak pernah ceraiin mommy, seharusnya kalo dia benci sama mommy dia pasti udah ceraiin mommy kan? Tapi ini enggak, gua ngiranya daddy masih sayang sama mommy, bahkan gua sempet ngira kalo daddy ada selingkuhan lain karena dia nggak mau lagi balik sama mommy. Gua bingung, tapi gua nggak tahu harus ngelakuin apa, tapi kalo dibandingkan dengan cerita elo, cerita elo lebih sadis dari pada cerita gua, mommy sama daddy gua sayang sama gua, tapi ibu sama ayah elo yang kayak babi itu enggak. Gua harap mereka mati biar elo nggak kepikiran lagi sama mereka."Alvion juga merasa sedikit lelah, ia bersandar dan sedikit menutup mata, tapi tangannya masih tetap menepuk pelan lengan Alvian, lama kelamaan Alvion juga larut dalam mimpinya.
Tak lama setelah Alvion tertidur, dua mobil langsung berhenti di depan halte.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvion & Alvian
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan. Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...