Bagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan.
Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sungguh konyol perkataan Axian dan Xander ini, jika mereka mempunyai musuh pasti sudah lama mereka tahu dan mereka incar. Mungkin juga sudah lama Alvian di temukan.
Masalahnya mereka merasa tidak mempunyai musuh. Musuh yang mana yang menculik anaknya itu.
"Reon, cari tahu tentang ini. Dan pastikan jika dia belum mati!"ucap Ellard.
"Baik tuan!" Reon bersama bawahan Ellard yang lain segera memopong Roki.
Jika Roki tak bisa selamat sudah di pastikan mereka yang akan kena getahnya.
"Setidaknya, Vian bersama kita sekarang."Alexa sudah lega saat ini, anaknya sudah kembali kepelukannya.
Jadi tak perlu mengkhawatirkan keberadaan Alvian lagi.
* * *
Alvion dan Alvian sekarang tengah berbicara dengan Deon. Sahabat luknut mereka yang penuh kekepoan itu.
Ingin sekali Deon tahu tentang perkembangan Alvion dan Alvian. "Gua udah nebak pasti kalian itu kembar! Muka kalian aja mirip!"
Sepertinya itu tidak benar, Deon hanya pernah bicara mereka mirip bukan kembar.
"Kalo gini kita tinggal mikirin cara mindahin tubuh elo, Vion!"
"Gua udah tahu! Nggak elo omongin aja gua udah tahu tujuan gua apa," Alvion ingin sekali memukul kepala temannya itu."Masalahnya, caranya gimana? Gua udah ngelakuin macem-macem cara supaya gua bisa pindah lagi, dan elo tahu? Yang semua gua lakuin itu nggak ada yang berhasil!"
"Iya bang Deon ..."
"Heh! Gua bilang apa kemaren? Dia nggak usah di panggil abang, Vian. Panggil Deon aja."Entha kenapa Alvion tidak suka mendengarnya.
"Elo mah gitu sama gua, kan gua mau juga punya adik kayak, Vian. Baik, penurut sama imut kek gini,"Deon ingin mencubit pipi Alvian tapi di tepis oleh Alvion.
"Jangan sentuh muka gua ya, nanti bisulan lagi, kan kasihan, Vian." Ucapnya.
Deon memegang dadanya, terkejut mendengar Alvion mengucapkan hal itu."Lo pikir gua apaandah, sampe bisulan segala megang, Vian."
"Ya mana tahu, elo kan mengang macem-macem, mana tahu setelah elo megang Vian jadi bisulan. Dan satu lagi! Itu muka gua ya! Jadi jangan sembarangan megang-megang!"marahnya, Alvion membawa adiknya itu untuk duduk di sampingnya saja.
Deon melipat kedua tangannya ke dada, memonyongkan bibirnya kesal."Di kira gua kuman kali,"
Alvian tertawa mendengar itu, abang dan teman abangnya itu sungguh sangat lucu.
"Oh iya, Vion. Elo nggak ada niatan kasih tahu tentang ini ke orang tua elo? Kasihan juga Vian, mereka kira elo itu Vian,"saran Deon.
"Emang mereka bakal percaya? Siapa yang percaya sama kejadian nggak masuk akal ini, Deon? Gua aja yang ngalamin masih kagak percaya!"jawabnya dengan kesal.
"Tapi elo kan belum nanya, njir ... aduh!" Deon mengusap bibirnya saat tiba-tiba saja Alvion menampar bibir seksinya itu."Elo kenapa kasar sih, Vion! Gua kan nggak lakuin apa-apa!"
"Kan gua udah bilang, jangan sebutin bahasa-bahasa gitu di depan adek gua, nanti dia niruin!"kenapa Deon ini sering sekali memancing emosinya.
Mendengar itu, Deon menjadi cengengesan, ia lupa soal itu."Iya iya deh, ini salah gua, maafin ya, Vion. Kagak lagi deh." Ucapnya sambil menunjukkan dua jari."Tapi yang tadi gua serius. Coba elo kasih tahu dulu tentang ini. Mana tahu mereka percaya dan tubuh elo bisa balik lagi, kan kita belom nyoba, iya kan Vian?"
Alvian mengangguk cepat,"Iya abang, kita kasih tahu daddy sama mommy tentang ini. Siapa tahu kalau kita kasih tahu kita bakalan balik lagi ke tubuh masing-masing."
"Nggak usah di ulang, Vian. Gua denger."
Alvian mengerucutkan bibirnya, bicara salah dan tidak bicara juga salah. Kenapa abangnya ini aneh sekali.
"Oke, gua akan ngikutin saran kalian. Kita harus bicarain ini sama daddy dan mommy. Tapi kita cari mereka dulu, gua denger Mommy sama daddy nggak ada di rumah."
Alvian berpikir sebentar,"Tadi mommy sama daddy ikut bang Xander abang, jadi kita telepon bang Xander aja,"usulnya.
"Boleh, elo aja yang teleponin,"jawab Alvion.
Alvian mengeluarkan ponsel baru miliknya, tenang saja. Alvion sudah mengajarinya memakai ponsel yang benar. Mengigat selama ini Alvian hanya bisa melihat ponsel tanpa mempunyai benda itu tentu saja Alvian belum terlalu lancar.
Tapi Alvian sudah bisa menggunakannya karena sangat mudah, apalagi sebuah ponsel adalah benda umum yang di miliki semua orang.
Panggilan itu terhubung. Tak lama suara terdengar dari sebrang sana.
"Halo, Vion? Ada apa, apa terjadi sesuatu?"
"Abang, cepat pulang ke rumah. Soalnya kita mau nanya ..."
Alvion mematikan panggilan itu secara sepihak. Dia menepuk jidatnya."Nggak udah di kasih tahu, Vian. Cukup suruh dia pulang ke rumah aja sama mommy dan yang lain."
Deon juga reflek menepuk jidat, "Kalo mereka udah ke sini baru kasih tahu."
Alvian tersenyum canggung, ternyata begitu. "Jadi abang, telponnya ulang lagi?"
Gelengan diberikan oleh Alvion sebagai jawab."Kita tunggu aja, gua yakin mereka pasti cepet ke sini. Soalnya tadi kita langsung matiin tu hp."
Alvion yakin dengan perkataannya, buktinya setelah menunggu beberapa saat teriakan terdengar memangil nama mereka.
"Vian! Vion ada apa?"
Vote→Comment→ Follow
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.