029

23 1 0
                                    

" Hehe.. Memang begitu nona. Tahan saja. Hanya untuk beberapa jam saja kok. Sampai ijab kabul selesai. "Ucap Serena sambil terkekeh pelan. Ia sangat bangga pada hasil karya nya satu ini yang sangat cantik paripurna .

" Serena! Apa aku akan pingsan saat memakai ini? "Tanya Lisa polos dengan raut wajah khawatir nya.
" Hahaha... Tidak akan nona.. " Jawab Serena cekikikan. Ia baru tau kalau Lisa sepolos ini.

Tok.. Tok.. Tok..

Tiba tiba terdengar suara pintu kamar Lisa yang di ketuk oleh seseorang.
"Lisa! Ini mama sayang. Buka pintu nya. " Teriak seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Mary sang mama.
"Masuk aja ma. Pintu nya gak dikunci kok. " Jawab Lisa setengah berteriak. Setelah mendapatkan izin dari sang putri, Mary lansung melangkah pelan untuk memandang sang putri sebelum ia di bawa ke rumah calon suami nya.

"Woww.. Ini beneran anak mama? " Tanya Mary terkagum-kagum melihat kecantikan sang putri yang begitu menojol saat ia berpakaian feminim.
"Iyalah ma. Masa aku anak orang. " Gerutu Lisa tak terima karena sang mama yang tak percaya dengan kecantikan alami nya.
"Kamu cantik banget sayang. Mama hampir gak ngenalin kamu tadi. " Ucap Mary sambil berjalan ke arah sang putri.

"Ma! " Panggil Lisa dengan wajah memelas.
"Jangan bikin masalah dulu Lisa. " Tolak sang mama tegas. Ia sudah menduga apa yang akan Lisa katakan.
"Tapi ma! Aku gak cinta sama om om itu. " Rengek Lisa kesal.
"Nanti lama lama juga cinta. " Ucap Mary sambil mengambil beberapa potret di smartphone canggih nya.

Mendengar balasan sang mama yang seakan tidak peduli dengan perasaan nya. Lisa akhirnya memilih diam tak berkutik dengan semua keputusan kedua orang tua nya. Sejak kecil, semua keputusan dalam hidup nya selalu berdasarkan keinginan orang tua nya. Jadi mau memberontak pun percuma.

Tak lama kemudian, pintu kembali di ketuk oleh seseorang yang tak lain adalah sang papa.
"Wahh cantik sekali putri papa. " Puji sang papa dengan senyuman lebar. Ia lansung menyambut tangan sang putri untuk mengantar nya sampai di altar .

"Lisa. Sayang , kamu udah siap memulai hidup baru kan? " Tanya Mary tanpa sadar mulai meneteskan air mata indah nya. Melihat sang mama yang semakin lama semakin terisak . Tangan mungil gadis itu lansung tergerak untuk menyapu air mata berharga dari wanita yang sudah melahirkan nya susah payah.

"Jangan nangis ma, nanti aku juga ikutan nangis. " Ujar Lisa berhamburan ke pelukan kedua orang tua nya.
"Kamu jangan bikin papa sama mama malu ya di sana. " Tegur Andra seraya mengelus rambut sang putri yang sudah di sanggul rapi.
"Iya sayang. Kami berharap banyak sama kamu. " Timpal Mary menatap dalam wajah cantik putri semata wayang nya.

"Aku janji ma, pa! Aku gak akan ngecewain kalian berdua sampai kapan pun. " Ucap Lisa tegas.

~ Jika kebahagiaan kalian berdua harus dikorbankan dengan kebahagiaan ku. Maka aku rela!
Berkumpul dan bercanda tawa bersama kalian adalah hal langka bagiku. Tapi kelangkaan itu justru aku dapatkan saat ini. Aku senang... Aku bahagia.. Tapi juga tidak..

***
Lisa berjalan anggun di atas altar pernikahan dengan diantar oleh sang ayah tercinta.
"Selangkah lagi Lisa. . Tahan saja. Anggaplah masalah ini semudah ujian di sekolah. Kau pasti bisa Lisa. " Batin Lisa berusaha menyemangati diri nya sendiri yang hampir tak kuasa menahan gejolak air mata.
Sesampainya di atas altar. Andra lansung menyerahkan sang putri sepenuh nya pada Andrean.

"Kenapa mata anda terlihat sangat merah? " Tanya Andrean bingung. Seburuk itukah dia hingga Lisa menangis saat akan menikah dengan nya.
"Bukan urusan lo. " Jawab Lisa kesal, wajah nya bahkan sampai merah padam karena menahan amarah dan kesedihan nya.

"Jangan menagis! Saya tidak suka melihat calon istri saya menagis. " Tegur Andrean sambil menyapu pelan wajah Lisa yang basah akibat air mata sialan.
Melihat keromantisan palsu itu. Beberapa tamu wanita bahkan ada yang sampai berteriak histeris. Entah karena gemas melihat tingkah mereka atau karena hal lain nya.

"Gausah sok peduli lo. Gue tau lo sebenernya seneng kan liat gue begini. " Tuduh Lisa sambil menatap tajam manik mata sayu pria itu (sleeping eye). Bukan karena sange nya. Mata Andrean memang sudah dari lahir seperti itu. Terlihat seperti mata orang pemalas padahal bukan.

"Terserah anda. " Balas Andrean pasrah.

***
Skip..
Semua tamu yang awal nya ramai perlahan-lahan mulai berkurang seiring rembulan mulai menujukan kekuasaannya.
"Andrean dan menantu mama, selamat ya atas pernikahan nya. " Ucap Lavina bahagia. Sebagai seorang ibu dan mertua, ia tentu sangat senang atas pernikahan putra sulung nya.

"Makasih tante . " Ucap Lisa canggung. Karena ini pertama kali nya bagi gadis itu berbicara dengan orang sebagai mertua dan menantu.
"Jangan panggil tante lagi dong. Panggil mama. "Ucap Lavina sambil menekankan kata ' mama ' .

" Iya tan.. Mama.. "Ucap Lisa malu malu biawak.

Hai para Readers tercinta! Gimana bab ini? Ada yang perlu di tambah?

Author lagi bingung mau bikin malper nya gimana. Ada saran gak? Kalau ada boleh di tulis dikomentar ya 😊

Jangan lupa vote dan komentar kak 🙏❤⭐

Lanjut gak nih?

ANDREANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang