037

9 2 0
                                    

Hari semakin dini, bukan nya sepi, bengkel Lisa justru semakin padat oleh orang-orang yang ingin menyaksikan adegan balapan yang menegangkan.

"Semangat Lisa! Si ratu jalanan pasti menang! " Teriak salah satu pria yang berdiri di kerumunan itu. Lisa memilih mengabaikan teriakan yang menurutnya tidak penting itu.

"Jangan nangis kalau lo kalah, " cibir Dean dengan nada mengejek.

"Haha ... kocak! Gak pernah dalam sejarah gue kalah balapan, " balas Lisa berbangga diri.

"Gimana kalau kita taruhan aja? Yang menang boleh minta apapun sama yang kalah? " Tanyanya dengan mata penuh harap.

"Boleh! " Jawab Lisa dengan seringai tajam khasnya.

Keduanya mulai bersikap di garis start. Pesona keduanya benar-benar tidak dapat ditolak, sama sama kejam namun menarik.

"Siap? " Tanya salah seorang gadis berpakaian seksi sambil memegang bendera. Berdiri di tengah-tengah kerumunan sambil memberi aba-aba.

"Siap! " Jawab keduanya bersamaan. Balapan kali ini mungkin akan sangat seru bagi Lisa, karena ia akan melawan si cupu yang sekarang sudah glow-up.

Kedua manusia siap balapan itu lansung melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata, " Lo gak akan bisa ngalahin gue, Lis! " teriak Dean sambil terus menambah laju kendaraannya.

"Kita liat aja nanti. " Lisa menyeringai tajam, ia terus mempercepat lajunya hingga Dean tertinggal jauh. Tak ingin kalah, Dean juga mempercepat lajunya dengan kecepatan penuh.

***
Seorang pria berperawakan tinggi memakai baju serba hitam hingga menutupi wajahnya. Ia berdiri diantara kerumunan sambil memantau keadaan sekitar. Perlahan tapi pasti, langkahnya mulai mundur ke tempat yang lebih sepi.

" Halo, selamat malam Pak! Saya ingin melaporkan kalau di jalan xx sedang ada balap liar, " ucap pria itu sambil tersenyum manis.

' Apa benar begitu saudara— ? '

" Iya Pak Andi. Saya melihatnya sendiri. "

'Baiklah. Saya akan segera tiba di jalan xx. '

***
Keduanya manusia itu tengah sibuk mengejar kemenangan tanpa tau kondisi buruk yang sedang terjadi di garis start balapan sekarang.

Wiu ... wiuuu ...  ( anggap aja sirine polisi -_- )

Mendengar sirine polisi yang kian mendekat membuat  kerumunan remaja itu lari kocar-kacir agar tidak ditangkap oleh polisi yang sedang melakukan patroli rutin.

Suasana kian sesak karena tak ada yang ingin mengalah.

"Hah? Kok bisa polisi tau? " Arfaz berdecak sebal sambil membereskan semua barang barangnya dan bersiap menutup bengkel.
"Gak mungkin polisi tau, kecuali ... ada yang ngelaporin ini, tapi siapa? " Tanya Tiara bingung. Gadis itu tampak berpikir sambil memegang dagunya.

"Kita udah gak punya banyak waktu, lo pada ngabarin Lisa biar dia gak balik ke sini! " Perintah Arfaz tegas.

Ardell dengan sigap lansung membuka ponselnya lalu menelpon Lisa. Saking tidak sabarnya gadis itu , ia sampai berjalan bolak-balik sambil mengigit kuku, berharap Lisa segera mengangkat teleponnya.

Drettt ... drett ....

Mereka seketika panik saat menyadari kalau ponsel Lisa ternyata tidak dibawa oleh gadis itu.
"Tu anak kebiasaan! Sekarang gimana caranya kita ngabarin dia coba? " Ardell semakin frustasi karena masalah ini.

Arfaz menghela nafas kasar, tampak sedang berpikir keras tentang masalah ini, " Kaizy! Lebih baik lo nyusul Lisa sekarang! " usul Arfaz.

"Lo benar! Yaudah gue nyusul Lisa dulu ya! Kalau ada apa apa jangan lupa kabarin gue! " ucap Kaizy serius. Tangan lentiknya lansung menyambar kunci motor lalu membawanya dengan kecepatan maksimum.

Arfaz, Tiara, dan Ardell bergegas menutup Bengkel sebelum para polisi tiba.

***
"Berkasnya udah ditandatangani semua 'kan? " Tanya Andrean dengan raut wajah datar khasnya.

"Sudah semua tuan, tapi ada beberapa dokumen yang belum tuan periksa. Apa mau diperiksa sekarang? " Tanya Neon sopan.

"Tidak usah, kita lanjut besok saja. Saya masih punya urusan. " Andrean segera membuat gerakan tangan agar Neon segera keluar dari ruangannya. Sang asisten yang mengerti pun segera undur diri sampai benar benar hilang di balik pintu.

Andrean kembali mengutak-atik isi laptop, jari panjang dan beruratnya menari nari di atas keyboard miliknya.

Kesenangan yang sempat terjadi seketika sirna kala ia melihat sesuatu yang tidak mengenakan, " Lisa sialan! " Ucap Andrean penuh penekan. Pria itu sedang berusaha mati-matian untuk menahan amarahnya melihat tingkah gila sang istri.

Suami mana yang tidak marah coba saat melihat istrinya keluar malam malam setelah dilarang? Keluar lewat jendela pula.

Andrean lansung menyambar tasnya, berjalan dengan nafas memburu ke arah parkiran dimana mobil mewahnya terparkir rapi.

" Lihat saja Lisa! Saya akan menjinakkan mu dengan berbagai cara, " gumam pria itu pelan.

***
Dor ....

Seorang polisi melepas satu tembakan untuk menenangkan kerumunan yang kian heboh berlarian.

Dor ....

Pada tembakan kedua, para kerumunan reflek  menunduk karena takut tertembak juga.
"Siapa pun yang meninggalkan tempat ini, maka akan saya tembak! " Teriak salah satu polisi lantang. ( Masih bau kencur aja sok-sok an balapan liar ) .

Para kerumunan yang mulai ketakutan itu memilih pasrah saat ditarik paksa oleh polisi untuk berbaris.

"Pak, saya gak salah! Saya cuma diajak temen kesini, " ucap seorang pemuda untuk membela dirinya.

"Jangan banyak alasan. Kalau kamu disini berarti kamu tetap salah, " jawab polisi itu sambil menatap malas sang pemuda.



Segini aja dulu ya? Cape cape nulis gaada yang vote, untuk apa?
Vote lah woi!! Jangan baca doang, beban banget.

Gak susah kan? Cuma ngevote aja.

Slow update, soalnya mau dekat ujian.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANDREANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang