Membudayakan Vote sebelum membaca!!
"Shit, jangan bilang Andrean juga suka barang barang begini? " Gue bergumam kesal. Ogah banget satu hobi sama tu cowok brengsek ; kulkas 10 pintu!
Pov Author :
Sementara itu di sebuah kantor yang sangat besar bak gedung pencakar langit. Seorang pria tampan dengan jas hitam rapi sedang duduk di sebuah kursi sambil menaikan kakinya ke atas meja. Ia terlihat sangat terhibur saat melihat isi laptopnya yang memperlihatkan aktivitas seorang gadis."Sudah saya duga, kalau Lisa memang sangat suka pada benda itu! " Gumam pria itu terkekeh pelan. Yaps ... siapa lagi kalau bukan si kulkas sepuluh pintu alias Andrean.
Tugas kantor yang sudah menanti pun diabaikan olehnya demi melihat sang istri dari cctv yang terpasang di kamar mandi.Andrean semakin serius melihat layar monitornya kala ia melihat Lisa yang hendak mengambil barang itu, " Ya, ambil! Ambil saja! Aku masih punya banyak. "
***
Lisa mendekati benda itu secara perlahan, takut jika ada yang melihat niat tidak baiknya.
"Apa gue ambil aja ya? Andrean kan kaya. Jadi gak masalah dong kalau batu safirnya hilang beberapa. " Batin Lisa berusaha meyakinkan dirinya. Jujur saja, setiap kali ia melihat kilauan indah dari batu safir, jantungnya langsung berdebar excited.Tangan mungil gadis itu mulai memegang batu safir itu lalu dimasukkan ke dalam saku bajunya, " Gue ambil ya, Andrean. Makasih! " Ucap Lisa sambil tersenyum senang.
Ia kembali melanjutkan acara mandinya yang sempat tertunda akibat ulah keindahan sang batu kerajaan.Skip.
Lisa berlari kecil saat menuruni tangga, " Perasaan gue udah turun dari 5 menit yang lalu,dah! Tapi kenapa gak nyampe nyempe! " Pekik Lisa kesal. Terkadang sesuatu yang terlalu mewah dapat menyusahkan kita."Ah ... ah ... ah, " Lisa terengah-engah setelah menaiki puluhan tangga. ( atau mungkin ratusan? Entahlah)
"Selamat pagi nona muda. Anda mau sarapan apa? Biar saya buatkan, " Tanya seorang wanita paruh baya yang merupakan kepala pelayan di mansion Andrean, Wendy namanya."Wendy 'kan? Yang kemarin? " Tanya Lisa yang masih ingat dengan jelas pertemuan pertamanya dengan Wendy.
"Benar nona. Apa anda ingin sarapan? " Wendy menunduk sopan dihadapan istri majikannya.
"Tidak. Saya udah telat. Saya permisi yang, Wen, " Balas Lisa agak canggung karena Wendy berbicara sangat formal dengannya.Setelah berpamitan pada Wendy, Lisa segera berlari kecil ke arah luar mansion mewah milik Andrean. Gadis itu segera melajukan motor sport milik nya dengan kecepatan di atas rata rata karena waktu memang sudah sangat mepet.
Lisa sampai setelah sekitar 20 menit mengejar waktu dijalanan yang sangat padat lalu lintas.
Setelah memarkirkan motor sportnya dengan rapi, gadis setengah laki laki itu berjalan menuju kelas.
"Huhff ... Gue pikir udah telat, ternyata masih belum bel, " Gumam Lisa sambil menghela nafas lega. Sejenak beban pikirannya mulai berkurang entah kemana saat melihat suasana sekolah yang penuh canda tawa.Berjalan pelan di tengah-tengah manusia yang sibuk bercanda tawa bersama teman. Lisa berhenti tepat di depan loker miliknya. Tangan lentik nan panjang itu memutar kunci dilubang kunci untuk membukanya.
Dan betapa terkejutnya gadis itu kala melihat banyak telur berbau amis mengalir dari dalam lokernya. Mata Lisa mulai memerah, urat-urat di dahinya mulai tercetak jelas serta tangan yang terkepal kuat, hingga buku tangannya memutih.Lisa lansung mengedarkan pandangan pada seluruh penjuru koridor sekolah yang sangat padat ini. Mata elang itu terhenti saat melihat Nadia dan kroconya berdiri di dekat kelas XII ips 3 sambil tertawa cekikikan.
Lisa menatap tajam sekumpulan manusia kurang akhlak itu, sementara yang ditatap malah tertawa mencemooh. Tangan Lisa menyambar sebuah tong sampah di dekat lokernya. Memasukkan semua cairan telur yang ada didalam lokernya ke tong sampah.
Langkah lebar diambil Lisa sambil menenteng sebuah tong sampah penuh ith menuju tempat Nadia dan kroconya berdiri.
Lisa lansung melemparkan semuanya sampah yang sedang dipegang nya ke atas kepala Nadia dan circle memetnya.Nadia menatap tak percaya. Kenapa tiba-tiba kepalanya diguyur oleh tumpukan sampah berbau tak sedap itu, " Maksud lo apa, hah? " Teriak Nadia kesal. Bagaimana tidak? Kepalanya bahkan sudah basah akibat telur. ( ya ... walaupun sebenarnya itu telur dari dia juga sih)
" Gausah sok polos lo! Gue tau lo dalang dibalik ini, " Balas Lisa sambil menatap jijik 3 manusia tak berakhlak di depannya .
"Dalang apanya? Gue gak lakuin apa apa sama lo, ya! Lo jangan asal tuduh! " Pekik Nadia tak terima saat dituduh sebagai datangnya. Walaupun sebenarnya memang dia yang melakukannya."Lo kan yang naruh telur di loker gue 'kan? " Tanya Lisa dengan raut wajah berapi api dan penuh dendam.
"Lo nuduh gua? Untuk apa gue ngotorin loker lo? Jangan asal nuduh dong! " Nadia kembali berteriak kesal, seolah olah dialah korban disini."Kalau bukan lo kenapa lo yang marah marah? " Tanya Lisa sambil tersenyum mencemooh. Ia tau bahwa memang Nadia pelaku sesungguhnya.
"Ya karena memang bukan gue! Makanya gue marah karena lo nuduh sembarangan! " Pekik gadis itu dengan tak tau malunya.Lisa berjalan mendekat ke arah Nadia dan kedua temannya. Tatapan mematikan yang dilayangkan oleh Lisa sanggup membuat ketiga gadis bau kencur itu mundur seketika. Mereka merasa terimindasi oleh aura negatif yang terpancar jelas hanya dari tatapannya saja.
"L-liat aja lo nanti ya! " Seru Nadia terbata bata sambil meninggal kerumunan manusia yang penasaran akan kejadian itu. Lisa menatap malas ketiga benalu di hidupnya ini.
"Selama jatah hidup lo masih ada ; Senang senang aja terus. Tapi nanti, lo bakal liat pembalasan gue, " Gumam Lisa sambil tersenyum miring. Senyum yang bahkan tidak mencapai mata membuat Lisa terlihat sangat menakutkan.Kaki jenjang gadis itu terus berjalan pelan ke arah kelas nya.
***
Brukk ..."Bos, kenapa kita tidak langsung membunuh orang ini? Walaupun kita sudah menyiksa nya berkali-kali, tapi dia tetap tidak mau buka mulut. " Sebuah suara berat dan dominan menggelegar di sebuah ruangan yang minim cahaya.
Ruangan itu terlihat seperti gedung tua yang sudah ditinggal bertahun-tahun oleh sang pemilik. Lumut lumut basah serta cat dinding yang sudah mengelupas menjadi saksi bisu betapa sadisnya nasib manusia yang pernah memasukinya.
"Jangan bunuh dia dulu! Kita akan menyiksanya sampai dia sendiri yang menginginkan kematian, " Ucap seorang pria lainnya dengan suara dingin yang sangat kentara dengan kondisi mengerikan ruangan itu.
Jangan lupa Vote dan komen 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAN
Teen FictionJangan menilai sebelum membaca !! Typo bertebaran !! Follow dulu sebelum baca 🙏 Lisa adalah seorang gadis berusia 18 tahun, hidup bergelimpangan harta, bebas ke sana ke mari membuat nya jarang pulang ke rumah, orang tua nya yang melihat itu lanta...