86

618 109 4
                                    

Udara malam yang seharusnya terasa dingin menyejukkan jiwa malah terasa panas mencekam, semua itu terjadi karena aura iblis Ace menguar membuat orang-orang disekitarnya merasa tertekan dan takut. Hanya saja, keberadaan Thalia sebagai kelemahan Ace yang sanggup membuat pria itu tunduk dan menahan diri untuk tidak murka mengeluarkan semua kemampuannya. Manik merah darah itu berkilat sesuai hatinya yang penuh gejolak api amarah yang meluap-luap.

Airuz mengikuti Ace dari belakang, tujuan mereka ialah berjalan mendekati pohon ajaib dimana portal tempat Ace muncul berasal. Dibelakang Airuz, lima bawahannya berjaga penuh waspada. Sedangkan jauh dibelakang lagi, kira-kira berjarak dua meter Thalia duduk diatas kursi roda, dijaga oleh tiga pria berbadan besar dan dua perawat pria serta wanita. Mereka berjalan selama lima belas menit, cukup menguras tenaga bagi mereka yang tidak pernah melakukan olahraga.

Airuz meminta Jollene untuk tidak mengikutinya, ia memberi tugas pada sang adik untuk menjaga Prameswari dan bayinya. Selain itu, Airuz perlu menjauhkan Ace dari Jollene, sebab penawar racun ia percayakan pada Jollene untuk menyimpannya.

Gerhana bulan akan terjadi sekitar pukul dua malam waktu setempat, cukup lama menunggunya. Airuz tidak sabar untuk segera melakukan rencananya. Senyumnya terus mengembang, keberuntungan terus berpihak kepadanya.

'Tunggu sebentar lagi, rencanaku pasti akan berjalan mulus.' batin Airuz tidak sabar.

Rombongan itu telah sampai pada pohon besar dengan rongga menganga tepat dibagian tengah. Pohon tinggi itu membuat Airuz terpukau takjub, ia tidak menyangka ada pohon yang bisa menjadi media yang tidak masuk diakal, tidak logis, dan siapapun yang mendengarnya pasti dianggap gila.

Ace menatap datar pohon besar itu, ia telah menginjakkan kakinya untuk kedua kali ditempat ini. Sementara, Thalia yang tersadar ikut tercengang melihat pohon besar di depan matanya, sontak perasaan tidak enak mengalir di dalam hatinya. Namun, Thalia tak bisa berbuat banyak, ia tidak mampu menggerakkan tubuhnya. Timbul rasa khawatir dihatinya, tubuhnya bergetar karena tidak bisa digerakkan sama sekali. Manik kehitaman itu menatap tajam kedua tangannya, kinerja otaknya sudah berusaha maksimal mengirimkan sensor perintah untuk menggerakkan ekstreminitas-nya dan berakhir sia-sia belaka—Thalia menghela nafas panjang, ia memejamkan matanya frustasi.

Wajah cantik yang penuh luka itu dibanjiri oleh peluhnya. Kecemasan dan ketakutan benar-benar menguasai dirinya, ia terngiang-ngiang moment Jollene yang brutal memukuli brutal dan tanpa ampun. Ia masih bisa merasakan nyeri disekujur tubuhnya. Thalia khawatir, pukulan bertubi-tubi tersebut dapat menimbulkan akibat fatal pada tubuhnya.

Ace segera menoleh kebelakang, ia dapat merasakan Thalia telah sadar dari pingsannya. Manik kemerahan itu bergetar melihat ekspresi pias dan frustasi amat tampak di wajah cantiknya. Ingin rasanya Ace memeluk dan menenangkan walau hanya sedetik. Namun, setiap pergerakan yang ia lakukan tak luput dari pengawasan anak buah Airuz, sekali Ace bertindak gegabah maka nyawa Thalia menjadi taruhannya.

"Gerhana bulan akan terjadi sebentar lagi. Apa yang kamu butuhkan untuk membuka portal ajaib itu, Ace?" Tanya Airuz.

Ace mengingat-ingat langkah apa yang ia lakukan saat membuka portal tersebut. Dulu, ia membutuhkan tumbal darah penyihir sebagai pemutus segel yang mengunci pintu portal. Mungkin, ia hanya membutuhkan sedikit darahnya saja sebagai penerus murni. Namun, untuk meminimalkan istilah kesasar maka dibutuhkan keyakinan atau ambisi paling dominan.

"Pusatkan keinginanmu. Sedangkan yang lain, kosongkan pikiran kalian. Jangan sampai menimbulkan keinginan lain saat melintasi portal secara bersamaan sebab kalian akan terpisah dan tidak bisa kembali lagi." Papar Ace membuat semua orang yang terlibat ikut memasuki pintu portal berusaha menelan ludar kasar karena cemas.

THE BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang