41

1.7K 247 25
                                    

Ada yang tidak dapat Notif??
Follow dulu dah sini, biar aku bisa membantu kasih kabar!!

Lanjut!
Happy Reading Saja!

😘😘😘

"Kamu mau makan apa malam ini?" Tanya Ace, tatapan matanya lurus kedepan. Ia mengendarai pelan mobil Bugatti Chiron Super Sport hitamnya.

Jari telunjuk Thalia menepuk lembut bibirnya, ia tampak menimbang-nimbang. "Aku ingin makan pedas, Ace." Sahutnya.

Kedua mata merahnya melirik sekilas. "Ternyata kamu masih penyuka pedas." Ace mulai melirik-lirik tempat makan yang ia ketahui saja. "Kalau makan pedas. Kamu maunya nasi atau mie."

"Aku mau nasi saja, Ace. Lapar soalnya." Ace meringis dan tangan kirinya mengelus perutnya yang kosong. "mau makan nasi padang saja, Ace." Putus Thalia kemudian. Ace mengangguk, ia mulai mencari rumah makan padang yang terenak dikota itu.

Sesampainya mereka di rumah makan padang pagi sore, Thalia segera mengambil tempat duduk, karyawan silih berganti menyiapkan berbagai menu yang tersedia hingga meja penuh dengan sajian hidangan.

Kedua mata hitam Thalia berbinar menatap dan memilih menu yang ingin ia santap. Ace juga mencicipi setiap menunya, rasa baru bagi lidah Ace yang jarang mencoba menu dengan bumbu dan rasa lumayat pekat serta tajam.

Ace mencicipi semua menuyang ada diatas meja, dan ia jatuh cinta dengan rasa rendang.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Thalia menatap Ace penasaran.

Kedua netra merah Ace berbinar, ia menyuapkan beberapa suap nasi, lauk sayur kacang panjang, kulupan daun singkong, beserta sambel ijo. Ace menyantapnya dengan lahap. Thalia mengulum senyum melihat ekspresi wajah Ace saat ia makan.

"Sepertinya ekspresimu sudah mewakili semua jawaban atas pertanyaanku, Ace." Ujar Thalia sambil tertawa geli. Ia menatap Ace mencicipi tiap menu yang ada.

"Apa perutmu tidak bermasalah jika menyantap hampir semuanya?" Thalia tampak khawatir melihat Ace mencicipi semua menu yang ada.

Senyum Ace tersungging samar. "Tenang saja. Kita bisa membungkus semuanya jika tidak habis. Lagipula aku ingin makan lagi buat nanti."

Thalia mengangguk. "Lama-lama kamu akan merindukan rasa ini jika kembali kesana."

"Kalau begitu, aku akan memanfaatkan waktuku disini dengan baik." Ace kembali fokus menikmati makan malamnya.

Pemilik netra merah benar-benar menyukai masakan berbumbu pekat dan berbau tajam itu, medhok pol, dan memang suapan awal akan terasa sangat kuat—akan tetapi, rasa asing itu berubah menjadi rasa yang membuat candu.

"Mbak, bisa dibungkus semua." Sahut Ace setelah beberapa menit menyelesaikan makan malamnya.

"Baik, pak. Ingin tambah dengan nasi atau hanya lauknya saja?" Tanya karyawan rumah padang.

"Boleh nambah dengan nasinya dua porsi." Jawab Ace membuat Thalia menatap Ace penuh tanda tanya.

"Apakah ada seseorang yang menginap?" Sahut Thalia, tatapannya berubah menyelidik.

Ace menggelengkan kepalanya santai. "Ada."

Thalia melebarkan kedua matanya. "Siapa?"

"Kamu."

***___***

Ace memakirkan mobilnya didepan rumah. Thalia menunggu sambil mengatur nafasnya, debaran didadanya tak bisa ia sembunyikan—ia grogi. Ace meraih tangan Thalia, kedua mata hazel-nya menatap Thalia cemas—Ace memakai kembali softlens-nya, ia merasakan tangan Thalia dingin dan basah.

THE BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang