Arche mengurus berkas pulang paksanya. Setelah ia berdebat dengan bagian administrasi dan perawat yang mencoba menghalangi kepulangan pasien agar sesuai jadwal yang ditentukan.
Sesuai dugaan Arche, pihak rumah sakit akan menghalangi kepulangan pasien dan sedikit memaksakan jasa pelayanan baru, yaitu antar-jemput. Ia tidak tertarik dengan pelayanan yang menggiurkan tersebut, karena Arche akan langsung memboyong istri dan kedua anaknya pulang ke Mojokerjo.
"Kamu gila! Anak dan cucuku belum saatnya pulang, kamu sudah memaksanya keluar rumah sakit dan membawanya kembali ke Mojokerto." Bentak Devita jengkel akan keputusan Arche yang sepihak itu.
"Mereka sudah sehat, ibu. Dan memang sudah kewajibannya untuk selalu ikut denganku. Asal ibu tahu, aku mengizinkannya melahirkan disini ditemani ibu karena dia memintanya. Aku tahu, semua itu karena ibu mendesaknya." Ungkap Arche.
Kedua alis Devita semakin bertaut, ia nampak tidak suka dengan Arche. "Aku tidak yakin Prameswari akan menurutimu kali ini. Dia pasti akan mematuhiku, ibunya. Jangan pernah keluar dari batasanmu, Arche. Ibu tidak suka."
Arche mengambil nafas panjang. "Maafkan aku tidak sopan kepadamu, ibu. Tapi, aku akan tetap membawa Prameswari pulang hari ini juga ke Mojokerto. Ibu tidak perlu khawatir, kebutuhannya semua terpenuhi disana. Lagipula, Putri juga sudah dijemput oleh asistenku." Tegas Arche yang tidak mau dibantah lagi.
Devita berdecak kesal. "Kenapa kamu selalu membantah dan tidak mau menuruti ibu?"
Kedua mata hazel itu menatap dingin Devita—ibu mertuanya. "Karena aku tahu ibu tidak suka padaku. Jadi, aku tetap pada batasanku dan menjaga Prameswari agar tidak terpengaruh oleh semua hasutan ibu." Jawab Arche. "Ibu sampai saat ini masih berusaha mendekatkan istriku dengan anak teman ibu 'kan?"
Tubuh Devita menegang samar dan tak luput dari perhatian Arche. Pria itu hanya tersenyum miring. Ia kembali meninggalkan Devita dan mengurus semua keperluan Prameswari. Insting seorang suami terutama jiwanya seorang raja dimasa lalu membuat ia tahu gelagat Devita. Memang benar dimasa lalu ia memiliki banyak istri dan selir. Akan tetapi, karenanya ia menjadi lebih peka terhadap wanita dan gelagatnya.
Devita memiliki niat terselubung dibalik ia menemani Prameswari melahirkan, sang ibu berusaha menghasut dan menjauhkannya dari Arche. Profesi yang dilakoni pria itu membuat peluang Devita lebih besar. Tapi, Arche tetap memegang prinsipnya, sang istri harus mengikuti kemanapun suami pergi, agar mereka selamat dari godaan kehidupan disekelilingnya. Arche cukup memberikan izin keluarganya menemani melahirkan, tidak dengan kehidupan setelahnya. Arche dan Prameswari tahu apa yang harus mereka lakukan terhadap keluarga kecilnya.
***___***
"Terima kasih, dok." Sahut perawat.
Jollene tersenyum. "Kabari aku perkembangan selanjutnya." Pesannya kemudian melenggang pergi dari ruang neonatus.
Jollene membenahi penampilannya, ia kebagian shift pagi dan baru menyelesaikan operasi sesar. Bayi prematur karena PRM (Premature Rupture Membrane) atau bisa disebut KPD (Ktuban Pecah Dini). Sang bayi berada dalam inkubator khusus dan beratnya hanya mencapai 1500 gram. Jollene berharap dirinya bisa membantu si bayi mungil bertahan hidup.
Ia berjalan menelusuri lorong rumah sakit, beberapa kali ia bertemu dengan staf dan perawat, mereka tidak segan untuk memberikan salam sapaan pada Jollene terlebih dahulu, mengingat Jollene memiliki relasi kuat didalam rumah sakit tersebut.
Sayup-sayup ia mendengar suara keributan yang berasal dari bagian administrasi. Jollene tertarik untuk melihat apa yang sedang terjadi. Tanpa banyak berpikir, kedua kakinya berjalan mendekati bagian administrasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEAUTIFUL EYES
Fantasy2nd book of "I Want You" Status : Ongoing ***** Bagaimana jika karakter novel bisa melintasi perbedaan dimensi dan hadir dalam kehidupan nyata seorang Thalia Navgra? Berawal dari jiwanya yang tersesat dan Male Antagonis dapat meraih masa kejayaannya...