39

2.1K 276 27
                                    

Prameswari menceritakan banyak tentang kehidupannya bersama Arche pada Thalia—sang dokter kembali berkunjung setelah ia selesai mengoperasi pasien darurat, Devita pulang ke rumahnya dan belum kembali dari dua jam yang lalu—Ace masih setia menemani Prameswari, sesuai pesan Thalia yang memintanya menjaga Arche kembali.

Ace duduk bersandar, ia memperhatikan kedua wanita yang berbicara hingga tertawa terpingkal-pingkal. Pikiran Ace melayang membayangkan seperti apa rupa Arche, sehingga banyak orang yang mengatakan ia mirip dengan Arche.

Wanita itu sesekali memperbaiki posisinya saat menyusui bayinya yang terbangun setelah satu jam lamanya tidur. Thalia membenahi beberapa bantal untuk sandaran punggung Prameswari agar ia nyaman saat menyusui dengan posisi miring.

Kehadiran Thalia dikamar tersebut bukan tanpa alasan, Thalia masih bertahan diruangan itu memang ia ingin sedikit bercengkrama sembari ia mengontrol kondisi Prameswari. Tapi, ada sebersit rasa kesal dan cemburu menguasai dirinya akibat banyak pasang mata melirik calon suaminya tersebut.

Thalia membuat beberapa dokter merasa enggan untuk masuk, Prameswari merasa bersyukur karena ia tidak menghadapi dokter-dokter yang haus akan sosok rupawan pria yang duduk diam di sudut ruangan.

Mata hazel Ace melihat sosok Prameswari, wanita itu tampak sibuk bersama Thalia. Ingin ia membantu sedikit. Akan tetapi, Thalia melarangnya karena itu privasi dan dia juga bukan suami Prameswari. Jadi, saat Prameswari hanya berdua bersamaya serta membutuhkan bantuan dan itu terkesan privasi. Maka, Ace akan memanggil beberapa perawat untuk datang membantu Prameswari.

Ace menatap lekat Prameswari, wanita itu sekilas mirip dengan seseorang yang pernah ia jumpai. Semakin diingat, maka akan semakin lupa. Sehingga, kepala Ace terasa nyeri karena berusaha mengorek kenangan masa lalunya.

Devita muncul dibalik pintu dengan membawa beberapa tas dan bungkusan yang ia tenteng dikedua tangannya.

"Mama membawakan beberapa bungkus makanan. Ayo segera dimakan, agar ASImu kembali berproduksi dan melimpah!" Ucapnya sambil menyiapkan makanan untuk Prameswari.

Prameswari tersenyum. "Terima kasih, Ma." Ucapnya sambil menyerahkan bayinya yang tertidur pada Thalia.

"Dokter Thalia juga, ayo mari makan bersama!" Ajak Devita.

Thalia menggelengkan kepalanya setelah ia menaruh bayi mungil itu ke box bayi. "Terima kasih tawarannya, nyonya. Tapi, setelah ini saya akan kembali ke ruang obgyn." Tolak Thalia.

"Ya sudah, hati-hati kalau melayani pasien, dok. Kalau begitu, ini dibawa saja makanannya. Bisa dimakan nanti kok. Jangan khawatir." Ucap Devita dan Thalia tak bisa menolak lagi.

"Terima kasih, nyonya. Kalau begitu, saya permisi dulu." Sahut Thalia kemudian beranjak pergi.

Ace juga ikut bangkit dari duduknya, melihat pria itu beranjak pergi Devita mencegahnya dan menawarkan makanan juga padanya, Ace menolaknya, ia memilih bergegas menyusul Thalia.

Dengan langkah santainya, Thalia berbelok keruangan pribadinya untuk meletakkan kotak makan tersebut dan mengambil beberapa perlengkapan yang ia tinggal diruang istirahatnya. Thalia memasuki ruangan, disaat yang bersamaan, Ace juga menyusulnya masuk kedalam ruangan.

***___***

Thalia terperanjat saat ia merasakan sentuhan lengan kekar yang melingkar dipinggangnya. Rasa hangat menyebar dipunggung Thalia karena Ace bersandar disana.

"Aku merindukanmu, Tha." Ucapnya menyenderkan kepalanya dibahu Thalia.

"Kamu mengagetkanku, Ace. Untung aku tidak jantungan." Omel Thalia. "Eh, lepas dulu. Nanti ada orang masuk tidak enak, Ace. Kita masih di rumah sakit." Thalia mencoba melepas lengan kekar tersebut, tapi sia-sia. Ace semakin memeluknya erat. Thalia tidak lagi terkejut karena Ace terkadang bertindak diluar akal sehatnya—istilahnya suka menyerang tanpa aba-aba.

THE BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang