Dari awal bikin Novel kagak pernah gencar nyuruh2 pembaca buat
"Jangan Lupa Vote, Follow"
Meskipun di Deskripsi ceritaku uda nongol itu kata 😅Tapi, sekali-kali boleh kan aku bilang gitu wkwkwk...
Yukk.... Klik Vote n Follow... Biar tambah semangat bikin lanjutannya n Daily Updatenya... 😂😂😂Happy Reading Saja!
😘😘😘😘
Iris mata merah yang menyeramkan dan sangat langka, terpaku pada satu titik. Menatap buku keemasan diatas pangkuannya. Besok malam gerhana bulan akan kembali terjadi, keraguan menyelimuti dirinya.
'Bagaimana jika aku tersesat lagi?' batin Ace frustasi.
Tidak pernah terlintas dalam benaknya bahwa melintasi portal waktu merupakan perkara mudah. Hal terbesar yang tidak bisa Ace kendalikan, ia tidak bisa mengatur kapan, dan dimana Ace akan mendarat. Besar kemungkinan ia juga bisa kembali ke zamannya sendiri.
'Jiwa penyihir adalah kuncinya. Memang benar kunci membuka portal. Tapi, tidak dengan penentu waktunya.'
Ace menatap lamat-lamat simbol burung mitologi yang ada di cover buku emas miliknya, kaki sang burung mencengkram kuat pola sayap yang menjadi tempat untuk membuka bukunya. Ia merenung dan tangannya mencoba meraih benda di lehernya yang menjadi inti penting buku emasnya.
Ace meraba-raba dadanya dan beralih kembali ke leher. Kosong. Ia tidak merasakan rantai kalungnya. Kedua mata merahnya melebar sempurna. Ia baru menyadari kalung berliontin sayap peninggalan ibunya, tidak ada.
"Bagaimana bisa hilang?" Ekspresi Ace berubah pias, ia berusaha mencari kembali di tempat yang sempat ia datangi, ia bertanya kepada penjaga. Semua orang menjawab tidak tahu. Ace menghabiskan malamnya dengan mencari keberadaan kalung peninggalan sang ibu. Dan hasilnya nihil.
"Apa aku menjatuhkannya saat berada di desa Kudadu? Tidak ada waktu lagi jika aku kembali ke desa Kudadu." Ace menatap langit gelap dengan tatapan mata frustasi—sebentar lagi pagi, ia tidak bisa memutuskan untuk kembali ke desa Kudadu.
'Semoga kalung itu jatuh ditangan orang yang tepat dan bisa kembali padaku, dimanapun aku berada.' batin Ace berharap.
Dengan berat hati, ia terpaksa melanjutkan perjalanannya. Ace tidak mungkin membuang-buang waktunya lagi.
***___***
Cahaya dari nyala api obor menyinari perjalanan Ace. Ia melanjutkan perjalanannya, menelusuri hutan rimbun nan temaram. Kini penampilannya tampak sederhana, tetapi elegan. Ace memakai pakaian tradisional. Dengan atasan longgar warnanya senada dengan warna kulitnya, membuat Ace sedikit memerima penampilannya tersebut. Daripada ia harus berjalan dengan memperlihatkan dada bidangnya—Ace belum terbiasa menjadi pusat perhatian ditempat asing.
Keadaan hutan semakin gelap, cahaya bulan tidak bisa menembus rindangnya dedaunan yang rumbuh dihutan itu. Sementara itu, keajaiban alam lunar eclipse sudah mulai berjalan. Untuk kesekian kalinya, kegelapan akan menguasai cahaya walau hanya beberapa menit saja.
Langkah Ace terhenti, jemarinya menyentuh batang pohon yang memiliki diameter cukup besar. "Pohon ini." Ace menatap pohon.
Ia sempat beristirahat sejenak dipohon itu sebelum bertemu dengan beberapa pemuda dan berakhir mengawal pelarian rombongan bangsawan penting.
"Tinggal beberapa langkah lagi, maka aku akan sampai di pohon tersebut." Ujar Ace, ia kembali melangkahkan kaki perlahan.
Ace tidak memiliki banyak waktu lagi, firasatnya dapat merasakan kegelapan sudah menelan separuh cahaya. Ia semakin mempercepat langkah kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEAUTIFUL EYES
Fantasy2nd book of "I Want You" Status : Ongoing ***** Bagaimana jika karakter novel bisa melintasi perbedaan dimensi dan hadir dalam kehidupan nyata seorang Thalia Navgra? Berawal dari jiwanya yang tersesat dan Male Antagonis dapat meraih masa kejayaannya...