"Jangan melewati batas!" Bentaknya. Emosi Ace sudah memuncak.
Thalia dan Jollene sama-sama terkejut, beruntung ketiganya duduk bersama dikursi paling ujung. Thalia menghela nafas panjang, meskipun hatinya panas melihat tingkah Jollene, ia juga memaklumi posisi Ace.
Jollene memiliki alasan untuk bisa mendekati Ace, ia berani mengambil langkah lebih, mengambil posisi Thalia—seakan Thalia menjadi pihak ketiga.
"Aku tidak melewati batasanku, pak Arche. Memang seharusnya begini 'kan wajarnya pasangan sedang bersama." Ujarnya melirik Thalia yang menatapnya datar tanpa ekspresi.
Senyum miring Jollene terukir, ia merasa puas bisa mendekati Ace didepan Thalia secara langsung.
Dari kejauhan, Thalia melihat Nirwana duduk bersama divisi pembedahan. Ia segera berdiri dari tempat duduknya, Ace menatap penuh tanda tanya melihat Thalia tiba-tiba berdiri.
"Aku permisi dulu." Ujarnya singkat.
"Kamu mau kemana?" Ace bertanya cepat.
"Aku ada urusan dengan Nirwana—berdua." Thalia menyunggingkan senyumnya.
Ace merasa bungkam saat ia ingin mengeluarkan perintah larangan, tapi Thalia segera pergi menuju bangku dimana Nirwana berada. Kini pemilik hazel itu lebih banyak menatap kearah Nirwana dan Thalia, Jollene merasa diabaikan.
"Ingatlah buku Anda ada padaku, pak." Ujar Jollene.
Ace menghela nafas panjang. "Aku kenyang. Kamu lanjutkan saja makan siangmu, pekerjaanku masih banyak."
Jollene berusaha menarik lengan Ace, namun sia-sia. Pria itu melenggang pergi meninggalkan kantin rumah sakit. Jollene segera bangkit dan berlari mengikuti Ace pergi.
"Berhenti mengikutiku!" Seru Ace menghempas kan tangan Jollene yang berusaha menarik lengannya. Keduanya berdiri dilorong rumah sakit yang kebetulan sepi.
"Jaga sikap Anda, pak. Bapak tidak mau kan buku emas itu lenyap." Jollene tak mau kalah.
Ace menatapnya tajam. "Aku tidak menyangka, perempuan yang aku kenal baik ternyata bisa seburuk ini."
Ego Jollene terusik. "Aku tidak seburuk itu, pak. Kalau bapak tidak memperlakukan dan mengabaikan perasaanku."
"Berulang kali aku meminta maaf karena aku tidak bisa menerima perasaanmu. Kenapa kamu tidak mau mengerti?" Ace mulai gerah.
"Bapak yang tidak mau mengerti. Kenapa bapak dulu baik dan perhatian padaku hingga membuat perasaan sayang ini tumbuh? Aku tidak bisa mengontrol atau menahannya, pak. Jika aku tahu bapak ternyata tertarik dengan Thalia—sepupuku, maka dari awal aku tidak mau terlibat dengan bapak." Cecar Jollene, hatinya terlampau sakit mengingat penolakan Ace kepadanya yang tidak hanya sekali. Air matanya hampir tumpah, Jillene segera menyekanya sebelum menghancurkan tatanan make up diwajahnya.
Ace tertegun, memang ia merasa bersalah karena sudah mengikuti dan memperlakukan Jollene dengan baik. Ia memiliki alasan tentunya—Thalia, istrinya. Ace tidak memiliki banyak relasi dan akan membuang waktunya jika mencari keberadaan istrinya tanpa bantuan Jollene. Seharusnya, ia memang jujur sejak awal. Tapi, ia cukup penasaran karena aura Jollene dan Thalia sama.
"Aku minta maaf, Lene." Ucap Ace melembut.
Jollene menghela nafas panjang. "Aku tidak bisa mengabaikan perasaanku, pak. Aku sangat menyukai bapak. Bukan suka lagi, tapi aku mencintai pak Arche. Meskipun bapak menolakku berkali-kali, aku akan berusaha menggapai hati bapak. Aku tidak peduli bapak sudah memiliki kekasih atau belum." Jollene berhasil melepaskan cengkramannya.
"Tetap jaga batasanmu sebelum kesabaranku terpangkas habis." Desis Ace, pria itu meninggalkan Jollene yang berdiri dengan tatapan rumit dan frustasi.
Jauh disudut lorong, Airus berdiri diam dan memperhatikan perdebatan antara Jollene dan Ace. Ia memperhatikan ketiga manusia itu dari awal. Airus kini yakin, Arche yang bekerja di rumah sakit merupakan Arche palsu, dia adalah Ace Ellenius. Pria dari dimensi lain yang datang untuk menemui Thalia dengan memanfaatkan Jollene—Airus berusaha menarik kesimpulan dari benang yang kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEAUTIFUL EYES
Fantasy2nd book of "I Want You" Status : Ongoing ***** Bagaimana jika karakter novel bisa melintasi perbedaan dimensi dan hadir dalam kehidupan nyata seorang Thalia Navgra? Berawal dari jiwanya yang tersesat dan Male Antagonis dapat meraih masa kejayaannya...