Mojokerto, 15 Mei 2022
Kemeriahan pesta ulang tahun Rio berlangsung lancar. Banyak tamu undangan yang datang. Hidangan tersaji bermacam-macam memang dikhususkan untuk para tamu yang datang beserta keluarganya. Kesibukan di rumah Henni sudah berlangsung keesokan paginya yang hanya menata beberapa dekorasi, sedangkan jamuan makanan mereka lebih memilih untuk memesan catering.
Thalia menikmati jalannya pesta ulang tahun itu dengan antusias, ia selalu berdiri disamping Rio bocah kecil yang entah kenapa bisa lengket kepadanya, sang ibu sempat tidak enak hati melihat keriwehan Thalia momong anaknya dikala tantrum sang anak kambuh maka ngambeknya membuat kepala pening dan menguras kesabaran.
Bocah itu memakai celana jeans selutut berwarna navy, dan kemeja biru kalem dan ada hiasan bordiran dibagian dadanya, sedang asyik menikmati kue tart berbentuk dinoland.
Thalia gemas sendiri melihat bocah itu makan sampai cemong disekitar mulutnya.
"Pelan-pelan cah bagus, nanti kesedak, loh! Itu kuenya masih banyak kalau mau nambah. Jadi, jangan takut kehabisan." Ujar Thalia mengingatkan.
Rio mendongak kearahnya sambil nyengir memperlihatkan deretan giginya penuh dengan kue. Thalia hanya menggelengkan kepalanya, ia meraih tisu dan membersihkan wajah bocah itu dari celemotan kue.
"Tante cantik, persis seperti yang dibilang eyang sepuh didalam mimpiku." Sahut Rio masih cengengesan.
Kedua alis Thalia mengernyit heran. "Eyang sepuh?"
Rio mengangguk. "Eyang sepuh sering datang kemimpiku, tante. Eyang sepuh juga berpesan kalau ada titipan yang harus aku serahkan pada tante." Ujarnya dengan senyum mengembang.
"Titipan apa itu?" Tanya Thalia.
Rio menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu, tante." jawabnya sambil nyengir.
"Maafkan tante ya, Tha. Rio sudah ngerepotin kamu sedari kemarin." Ujar tante Hanni sorot mata tidak enak pada Thalia.
Thalia tertawa pelan. "Aku tidak keberatan sama sekali kok, tante. Jangan terlalu khawatir, Rio baik kok, dia juga penurut. Jadi, aku sama sekali tidak kerepotan. Ya kan, cah bagus?" Papar Thalia sambil memainkan kedua pipi gemoy balita lima tahun itu.
"Tante, pipiku sakit." Rio memberontak dengan nada lucunya.
Thalia dan Hanni tertawa, Rio semakin cemberut dibuatnya.
"Ma, nanti malam Rio mau tidur sama tante cantik." Sahut Rio kemudian membuat kedua wanita didepannya kaget.
"Sudah jangan ngerepotin tante cantik terus!" Sergah Hanni dengan mimik wajah mengingatkan.
Rio mengeluarkan jurusnya, ia memasang tampang memelas dan tatapan mata nanar. Berharap sang ibu luluh. "Sekali saja, ma." Pintanya memohon.
Hanni tetap pada pendiriannya, ia melarang Rio untuk tidur sekamar dengan tante cantiknya. Thalia hanya meringis tak tega melihat Rio yang sudah hampir menangis-bukan sang ibu yang luluh melainkan Thalia sendiri.
"Tidak apa-apa, tante. Aku juga gemas pingin tidur sama Rio, lagipula besok malem sudah perjalanan pulang, soalnya keesokan harinya aku sudah masuk kerja. Jadi, kapan lagi aku bisa main bareng sama Rio?" Sahut Thalia disambut pelukan oleh Rio.
Hanni mendengus kesal melihat tingkah anaknya yang kegirangan seperti mendapat sebuah mainan baru. "Jangan membuat tante Thalia kerepotan, yah. Janji sama mama!" Ujar Hanni sambil mengulur jari kelingkingnya didepan Rio.
"Janji, ma." Sahut Rio menyambut jari kelingking mamanya.
***___***
Hati Thalia gelisah. Sementara ia bangkit dari tidurnya, Rio menggeliat karena pergerakan Thalia. Kedua mata Rio terbuka menatap tante cantiknya duduk memunggunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEAUTIFUL EYES
Fantasy2nd book of "I Want You" Status : Ongoing ***** Bagaimana jika karakter novel bisa melintasi perbedaan dimensi dan hadir dalam kehidupan nyata seorang Thalia Navgra? Berawal dari jiwanya yang tersesat dan Male Antagonis dapat meraih masa kejayaannya...