24

2.3K 328 55
                                    

"Sugeng dalu, putri. (Selamat malam, putri.)" Suara bariton menyapa Thalia.

Thalia terkejut kala mendengar seseorang menyapanya, ia mendongak dan menatap sesumber suara berasal. Kedua matanya melebar, sosok pria dengan postur tubuh kekarnya terbalut busana khas tradisional kerajaan jaman dulu. Mahkota emas bertengger diatas kepalanya menandakan pria tersebut bukanlah orang sembarangan. Senyuman ramah terukir diwajahnya yang rupawan.

"Sugeng dalu, ki sanak. (Selamat malam, tuan.)" Jawab Thalia, ia menggunakan bahasa jawa sebisanya.

"Bungah rasane saget ketemu kaleh panjenengan, putri. (Senang bisa bertemu sama Anda, putri.)" Ujarnya lagi.

"Sepuntenipun kathah, ki sanak. Panjenenganipun sinten? (Mohon maaf, tuan. Anda siapa?)" Tanya Thalia.

"Kulo tasek keturunanipun kaleh Prabu Sri Kertarajasa Jayawardana, Hayam Wuruk. (Aku masih satu keturunan Raja Sri Kertarajasa Jayawardana, Hayam Wuruk.)" Jawabnya.

Thalia sontak menutup mulut yang terbuka akibat terkejut, ia tidak menyangka bisa bertemu seorang raja yang berasal dari masa lalu.

Saat ia bisa menguasai dirinya dari keterkejutan dengan canggung Thalia memberi salam hormat. "Salam, sang prabu."

Pria itu tersenyum mengangguk. "Mari saling berbincang dengan santai menggunakan bahasa sehari-hari, putri." Ujarnya membuat Thalia terkejut untuk kedua kali. "Maaf kalau membuat putri terkejut. Karena kita sudah berbeda dimensi, jadi saya sedikit mengerti dengan bahasa yang putri terapkan." Sambungnya.

"Maaf, tuan. Saya memang sedikit tidak mengerti boso kromo alus atau bahasa lokal. Mereka memang sangat halus sekali bahasanya." Papar Thalia teringat percakapan antara keluarga Hanni pada orang tuanya.

"Mboten nopo-nopo, putri. Kulo pun memaklumi. (Tidak apa-apa, putri. Saya sudah memaklumi.)" Jawab sang prabu Hayam Wuruk.

"Lalu, kenapa saya bisa bertemu dengan Anda disini, prabu? Belum lagi bayangan hutan rimbun, kemudian bayangan-bayangan pertempuran serta satu sosok yang saya kenal juga ada bersama mereka?" Thalia memberondong raja Hayam Wuruk dengan banyak pertanyaan. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Raja Hayam Wuruk tersenyum. "Pertimpangan dimensi karena seseorang berusaha melawan sebuah takdir alam semesta dan waktu, putri. Ada satu kekuatan besar menyertainya, ditambah dengan ambisi serta obsesinya untuk menemui seseorang. Jadi, bayangan seseorang yang putri kenal itu memang dia nyata adanya. Pria dengan segala ilmu yang ia miliki sedang melintasi portal dimensi waktu."

"Jadi, semua itu nyata?" Tanya Thalia lagi.

Hayam Wuruk mengangguk. "Betul."

"Apakah dia melanggar kuasa semesta hanya karena aku?" Tanya Thalia lagi dengan suara tercekat, Hayam Wuruk kembali mengangguk.

"Akibatnya, terjadi sedikit percepatan waktu didalam ukiran sejarahnya serta—" Hayam Wuruk menggantungkan perkataannya.

"Serta—?" Thalia menunggu.

"Serta membuat jiwa seseorang menjadi penasaran akan sosok pria tersebut. Sampai akhir hayat, beliau masih penasaran dan jiwanya kini mendiami alam manusia setelah beribu tahun terlewati." Lanjutnya menjelaskan.

Kepala Thalia semakin pening mencerna setiap perkataan raja Hayam Wuruk. "Aku benar-benar sudah gila." Gumamnya.

"Setelah ini tugasku sudah selesai, putri. Sebentar lagi generasi keturunan sang raja yang kini memegang sebuah amanah akan memberikan titipan amanahnya kepadamu." Sahut raja Hayam Wuruk sebelun ia menghilang diantara cahaya yang menyilaukan.

"Bagaimana bisa?" Tanya Thalia masih bergelut dengan kenyataan yang baru saja ia dapatkan.

"Amanah itu mencari pemiliknya sendiri, putri. Takdir, misteri, dan keajaiban pasti akan terjadi serta berakhir kepada putri, pemiliknya." Sahut prabu Hayam Wuruk dengan nadanya yang berwibawa.

THE BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang