44

1.8K 227 10
                                    

Ingat!
Cerita hanya fiksi ya..
Jangan terbawa sampai ke real dan menyalahkan pihak A dan B, karena ini semua hanya hiburan semata..
Ambil positifnya saja.

Lanjut!
Happy Reading saja!
😘😘😘

Thalia menyusuri UGD yang nampak sibuk dengan berbagai kasus kegawatdaruratan. Beberapa bed telah terisi pasien. Sebagian masih tindakan dan sebagian lagi observasi untuk memantau perkembangan pasien.

Aroma tajam dari antiseptik serta anyir akibat pembesihan luka dengan larutan natrium clorida 0,9% menerpa hidung Thalia. Pandangannya beralih melihat adanya korban kecelakaan, dua perawat merawat luka abrasi di tubuh korban.

Keributan di UGD kembalu terjadi membuat atensi sebagian penghuni UGD menoleh kearah sumber suara berasal.

Thalia mendengar selentingan-selentingan dari mulut pasien tentang penilaian mereka melihat seorang wanita paruh baya yang ngeyel mengutarakan pendapatnya. Jiwa kekepoan Thalia bergetar, ia segera menghampiri sumber keributan tersebut yang ternyata berasal dari ruang obgyn.

Temmy merasa gemas sendiri menghadapi satu keluarga yang sangat pantas mendapat gelar ngeyel dan ngotot. Thalia penasaran, ia pun mendekati Temmy. Jemarinya menepuk bahu Temmy. Isyarat mata Thalia mambuat pria itu sadar dan otomatis memberikan berkas rekam medisnya serta buku kehamilan milik sang pasien. Kedua mata Thalia melebar sempurna.

"Ini Preeklamsi (komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein urine positif, edema pada tubuh)." Sahutnya membuat wanita paruh baya menatapnya nyalang.

Thalia tertegun sejenak mendapatkan serangan dadakan dari keluarga pasien terutama wanita paruh baya tersebut. Ia tak menggubris sama sekali tatapan tak bersahabat itu dan beralih kembali fokus membaca setiap informasi direkam medis dan buku milik pasien.

"Tensi, dan hasil lab protein urine-nya tinggi sekali. Keajaiban sekali pasiennya tidak sampai kejang.' batin Thalia kemudian menatap sekilas kondisi pasien yang sudah mengalami edema anasarka atau bengkak seluruh tubuh.

"Kami menolak untuk operasi. Kondisi mantu saya baik-baik saja. Kenapa harus operasi?" Ujar wanita paruh baya tersebut galak. Nada tingginya berhasil membuat sebagian orang melihat kearahnya.

Thalia tersenyum miris, ia sudah sering menghadapi pasien terutama keluarganya yang sangat sok dan arogan. Seperti seseorang yang memiliki kekuasaan mutlak saat memberikan sebuah keputusan dan semua orang harus tunduk pada keputusannya.

Thalia sudah dapat memastikan, jika wanita paruh baya tersebut merupakan ibu mertua dari pasien. Netra hitamnya melirik pria yang berdiri diam dibelakangnya, Thalia berdecak kesal dan gemas.

'Aku benci laki-laki model begini, hanya diam dan menuruti perkataan ibunya, padahal jelas-jelas kondisi istrinya dalam bahaya. Apakah boleh aku menganggap dia bukan pria gentle karena tidak bisa menjadi pelindung dan penyelamat istrinya?' batin Thalia meledak-ledak. "Kalau tidak bisa berperan sebagai perisai pelindung istrinya, ngapain juga menikah?' sambungnya gemas.

"Harus lahir normal, aku dulu melahirkan normal lima kali tidak terjadi masalah apa-apa kok. Masa fasilitas disini kalah dengan fasilitas yang dimiliki mbah dukun dikampung. Pokoknya harus normal, bisa cacat cucu saya nanti kalau operasi."

Thalia miris mendengarnya. Ia menatap sendu kearah pasien yang hanya tertunduk lesu dan tampak tertekan. Suaminya juga diam tanpa ada pembelaan dan perlindungan.

'Kasihan sekali kamu, mbak. Nanti setelah melahirkan pun hidupmu akan terus tertekan seperti itu. Lingkaran keluargamu benar-benar toxic.' batin Thalia berkomentar.

THE BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang