Ace mempersiapkan apa yang akan ia bawa. Tentu saja ia memakai peralatan yang dulu pernah ia gunakan bersama Thalia. Madame Yasmin sudah memperkerjakan beberapa anak buah untuk bisnis milik Thalia yang masih berjalan. Dibawah kendali Ace, bisnis milik Thalia semakin besar, tentu saja masih menggunakan desain peninggalan Thalia. Dan beberapa sudah mengalami modifikasi dan perubahan style yang terus berputar.
Ace menatap satu ransel besarnya yang memuat untuk menyimpan beberapa pakaian, buku emasnya, dan barang-barang berharga miliknya sebagai alat tukar untuk membeli kebutuhannya didunia lain.
"Apakah dia sudah datang?" Tanya Ace.
William menghentikan aktivitas membaca berkas penting dan beralih menatap sang kaisar. "Dia akan sampau sebelum malam datang, yang mulia." Jawabnya kemudian diangguki Ace.
Pria bernetra merah beranjak menuju kamar mandi, ia bersiap untuk membersihkan diri dengan air hangat yang sudah dipersiapkan oleh beberapa pelayan pribadinya.
"Kalian pergilah! Aku ingin menikmati ketenangan ini sejenak." Ujar Ace dan segera para pelayan pergi meninggalkan sang pemimpin sendirian.
Ace terdiam sejenak membayangkan seperti apa dunia Thalia berasal. Ia tenggelam didalam pikirannya sendiri hingga membuat gejolak gairah tiba-tiba muncul didalam dirinya. Wajah Thalia saat peperangan tergambar jelas dibenaknya—bukan lagi Nathalia, tapi memang Thalia yang sudah membuatnya hampir gila selama bertahun-tahun.
Ace menenggelamkan dirinya di bathtub luas yang penuh dengan air hangat, ia membuka kedua matanya dan melihat kilatan-kilatan cahaya dari dalam air. Beberapa menit hingga ia merasa sesak barulah ia bangkit kembali untuk bernafas. Hanya hal tersebut yang bisa ia lakukan jika terjebak dalam gejolak yang tiba-tiba datang didalam dirinya.
Ace segera beranjak dari bathtub-nya dan memakai handuk berbentuk seperti kimono dengan panjang selutut. Bentuk dada Ace tercetak jelas dibalik handuknya. Ia menatap datar dirinya dipantulan cermin yang memperlihatkan separuh badannya.
Wajahnya semakin tegas sebagai seorang pria dewasa, bulu-bulu tipis membingkai wajahnya. Kedua mata bernetra merahnya menyorot penuh wibawa dengan kedua alis tebal khas milik seorang pria membuat penampilannya semakin rupawan. Rambut hitam legamnya menjuntai menutupi sedikit pandangannya, rasa dingin menerpa wajahnya sekilas akibat tetesan air di setiap anak rambutnya yang basah.
Leher lebar dengan jakun yang bergerak keatas kebawah membuat siapapun yang melihatnya ingin memangsanya. Postur tubuh tegap, bahu lebar dan berotot disetiap sudut tubuhnya membuat Ace tampak semakin sempurna.
Ia menyudahi acara berendamnya, Ace segera keluar dari kamar mandi menuju wardrobe untuk mengambil baju gantinya. William menatap Ace keluar dengan kemeja berwarna putih yang memperlihatkan sedikit bentuk dada bidangnya dan bawahan navy. William sedikit mendongak melihat kedatangan kaisarnya—tinggi kaisar bertambah 10cm, hingga ia dijuluki manusia tertinggi di kekaisarannya.
"Persiapkan pertemuan kita dengan pria tersebut." Ucap Ace datar.
"Baik, yang mulia." Jawab William seraya pamit dan berlalu meninggalkan Ace.
Ace berjalan membuka pintu balkon kamarnya. Dalam diam ia menatap langit yang luas. "Semoga dia tidak keberatan dengan permintaanku. Tapi, jika memang dia tidak setuju, maka tidak ada cara lain selain aku mengambil alih tubuh dan pikirannya." Gumam Ace sambil menatap langit berwarna jingga, sangat kontras dengan warna matanya yang merah seperti darah.
Sebentar lagi senja datang, dan pria itu datang memenuhi undangan kekaisaran.
***___***
Kereta kuda mulai nampak kedatangannya di halaman istana, bendera dengan simbol khas Grand duke Zeyrav berkibar seiring dengan angin menerpanya. Sosok pria memakai baju resminya berwarna kebiruan bergegas memasuki ruangan dengan langkahnya yang tegas dan berwibawa. Kedua mata emas madu khas milik keluarga Zeyrav menatap datang kearah Ace yang sudah menunggunya di singhasananya.
Senyuman terukir diwajahnya yang terbingkai kumis tipis. Penampilan pria itu sudah sama seperti Ace tampak sangat dewasa. Akan tetapi, Ace masih nampak begitu muda meskipun usia mereka hampir sama, hanya berbeda beberapa bulan.
"Salam untuk kaisar Acelian. Semoga dewi agung selalu memberkahi Anda." Pria itu sedikit menundukkan badan dan mengucapkan salam sesuai etiket kekaisaran.
"Terimakasih, silahkan duduk Grand duke Alexandros Zeyrav!" Ace mempersilahkan.
"Baik, yang mulia." Jawab Xandros seraya duduk ditempat yang sudah disediakan.
"Maafkan aku telah memanggilmu ke istana. Sedangkan, aku tahu kamu sibuk dengan tugasmu menggantikan Grand duke sebelumnya." Ace memulai percakapan.
"Tidak perlu sungkan, yang mulia. Sudah tugas saya memenuhi panggilan Anda." Balas Xandros dengan senyum lebarnya.
Para pelayan segera menyajikan kudapan serta teh chamomile hangat untuk kedua penguasa wilayah yang terkenal akan rupawannya mereka.
Ace mempersilahkan Xandros untuk mencicipi kudapan seraya ia sedikit bertanya tentang kabar Xandros. "Bagaimana kabar keluarga Zeyrav? Aku dengar kehamilan keduanya sudah berjalan lima bulan? Selamat ya! Aku senang mendengarnya."
Xandros tak segan mengambil beberapa kudapan. "Terima kasih, yang mulia. Kabar keluarga Zeyrav baik-baik saja. Ayah juga sering berlibur menikmati masa tua sekarang. Dan Rose untuk kehamilannya yang kedua ini jadi sering meminta hal yang aneh-aneh, saya berusaha memenuhinya selama permintaannya baik." Jawab Xandros dengan nada antusias.
"Senang aku mendengarnya." Jawab Ace dengan nada sendunya.
"Nathalia juga pasti senang melihat pencapaian Anda, yang mulia." Sahut Xandros sedikit memberikan semangat.
Senyuman tipis terbentuk diwajah rupawan Ace. "Terima kasih," balasnya singkat. Ace terdiam beberapa detik, pikirannya kembali membayangkan Thalia disaat jiwa gadisnya masih didalam tubuh putri Nathalia. Rasa sesak didadanya kembali menyeruak.
"Maafkan saya, yang mulia. Saya sudah menyinggung hal yang membuat Anda sedih." Xandros segera meminta maaf setelah apa yang ia lakukan membuat raut wajah Ace suram.
"Tidak perlu dikhawatirkan, tuan Xandros." Ujar Ace menenangkan. "Aku mengundangmu kesini karena ingin meminta pertolongan kepadamu." Ujarnya memulai inti pembicaraan.
"Pertolongan apa yang bisa saya lakukan?" Tanya Xandros dengan tatapan seriusnya.
"Bersediakah kamu menggantikan posisiku?" Tanya Ace membuat Xandros terdiam.
Ace akan melakukan perjalanan cukup lama untuk mencari keberadaan jiwa istrinya dibelahan dimensi lain. Dan ia memerlukan pria seperti Xandros untuk menggantikan posisinya sebagai kaisar. Tentu saja permainan sihir akan Ace lakukan, totalitas jika memang diperlukan.
Xandros diam tak bergeming, ia bimbang karena istrinya sedang hamil dan posisi Grand duke juga akan kosong. Ace menyadari keterdiaman Xandros bahwa pria itu bimbang.
"Apakah kamu keberatan?" Tanya Ace memecah keheningan.
Xandros menatap langsung kedua netra merah milik Ace. "Haruskan itu saya yang melakukannya, yang mulia?" Tanya Xandros, "mengingat istri sedang mengandung dirumah."
"Jangan khawatir, kamu masih bisa memantaunya. Aku akan melakukan apapun jika kamu setuju." Balas Ace tanpa ada rasa keraguan sedikit pun.
"Mohon maaf, yang mulia. Saya pantas mendapatkan hukuman." Jawab Xandros hati-hati.
Ace menghela nafas panjang, ia sudah memperkirakan Xandros pasti akan keberatan karena ada istri yang sedang hamil. Tidak ada cara lain. Dalam hitungan detik, Xandros jatuh tersungkur tidak sadarkan diri. William segera membawa tubuh Xandros menuju ruang istirahat khusus tamu. Sementara Ace masih mengontrol sihir pada kedua mata merahnya.
"Maafkan aku, tidak ada cara lain lagi." Gumam Ace seraya beranjak menyusul William dan Xandros.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEAUTIFUL EYES
Fantasy2nd book of "I Want You" Status : Ongoing ***** Bagaimana jika karakter novel bisa melintasi perbedaan dimensi dan hadir dalam kehidupan nyata seorang Thalia Navgra? Berawal dari jiwanya yang tersesat dan Male Antagonis dapat meraih masa kejayaannya...