Dua jam lamanya Nezza terbaring setelah ia mendonorkan darahnya. Wanita itu tampak pucat sekarang, sesekali Marcel datang menengok kondisi adik kembarannya itu. Sandiano menghilang dengan alasan melihat situasi IGD, ia sempat mengabaikan pesan teman sejawatnya.
Ace duduk dikursi ruang tunggu lorong rumah sakit yang menghubungkan bagian-bagian rawat inap dengan IGD. Ia tidak sendirian, kedua bawahan Airuz juga duduk disana, kondisi keduanya tertidur akibat Ace mencabut pengaruh darinya. Airuz bersembunyi dan mengubah dandanannya agar tidak mirip dengan sang ayah.
Terjadi keributan di IGD, perdebatan antara dokter dan perawat IGD dengan Sandiano mengenai dokter yang mirip dengan Sandiano yang terjun langsung menangani pasien kecelakaan. Suara keributan itu terdengar hingga keluar IGD, pemilik manik merah tertarik untuk mengamati sembari menunggu kehadiran Airuz.
Malam semakin larut, suasana rumah sakit juga mulai lenggang. Airuz keluar menggunakan pakaian tertutup dan memakai masker medis. Ia berjalan mendekati Ace yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Ayo kita bergerak!" Ajak Airuz.
Airuz melangkah cepat menuju kamar rawat inap dimana Nezza dirawat. Saat membuka pintu kamar, Airuz tertegun melihat wajah ibunya setelah sekian lama. Nezza sangat cantik meskipun sedikit pucat, ia bergegas menyuruh bawahannya masuk membawa kursi roda. Perlahan Airuz memindahkan tubuh sang ibu, Ace juga membantunya.
"Gunakan kekuatanmu jika ada yang memergoki kita!" Perintah Airuz. "Cukup kamu buat mereka pingsan saja," sambungnya memperinci.
Airuz segera mendorong kursi roda tersebut, ia bergegas keluar rumah sakit sebelum seseorang mengetahui pasien mereka telah menghilang satu.
"Bagaimana dengan keluarganya?" Tanya Ace membuat Airuz terdiam.
"Tenang saja, ada asisten rumah tangga." Jawab Akruz cepat.
Saat mereka menuruni tangga yang landai, Airuz segera memutar kursi rodanya. Hati-hati ia menuruni tangga landai tersebut dengan menahan beban berat didepannya. Ia melangkah mundur perlahan-lahan.
Beberapa kali Ace menggunakan kekuatannya untuk membius seseorang agar jatuh tertidur atau mengalihkan perhatian mereka agar tidak melihat ke arah Airuz.
"Bertahanlah, moms. Aku akan menyelamatkanmu. Setelah itu, kita akan hidup bahagia bersama." Gumam Airuz pada Nezza yang masih belum sadarkan diri. "Jollene pas akan sangat senang berjumpa denganmu, moms." Airuz membayangkan bagaimana reaksi Jollene melihat Nezza berdiri dihadapannya dan tersenyum lembut melihat Jollene. Senyuman Airuz kian mengembang.
Sesampainya di mobil, Airuz segera membopong tubuh lemah itu dan memasukkannya tempat duduk bagian belakang. Telaten, Airuz membenarkan posisi sang ibu agar nyaman selama perjalanan.
"Kemudikan mobilnya hati-hati!" Perintahnya kepada salah satu bawahan setianya.
Ace duduk di bangku depan bersama sang supir.
Airuz membelai lembut rambut sang ibu, ia menggunakan pahanya untuk sandaran tidur Nezza agar lebih nyaman. Mobil pun melaju pesat tanpa memperdulikan kehebohan yang terjadi di dalam rumah sakit itu.
Ace mengerling dikaca spion dalam mobil, ia menatap ekspresi bahagia yang terpancar di wajah Airuz, tak jemu pria itu menatap penuh kerinduan pada sosok ibunya. Manik gelap itu sedikit berembun. Namun, sekuat tenaga Airuz menahan diri agar air matanya tidak menyeruak keluar.
"Setidaknya, aku punya hutang budi padamu, Ace. Tanpa dirimu, aku tidak bisa melihat ibuku untuk kedua kalinya." Ucap Airuz membuat Ace tercengang.
"Setidaknya, aku berharap dengan petualanganmu sekarang ini. Kamu bisa lebih bijak dalam menganalisa dan mengambil kesimpulan baik serta buruknya. Sebab, aku tidak mau kamu terlena karena buaian manis sang waktu." Ace sedikit memperingatkan Airuz.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEAUTIFUL EYES
Fantasy2nd book of "I Want You" Status : Ongoing ***** Bagaimana jika karakter novel bisa melintasi perbedaan dimensi dan hadir dalam kehidupan nyata seorang Thalia Navgra? Berawal dari jiwanya yang tersesat dan Male Antagonis dapat meraih masa kejayaannya...