THE BEAUTIFUL EYES

48

Beberapa hari sebelum insiden Ace kecelakaan dan diselamatkan oleh Prameswari. Lokasi Mojokerto, Jawa Timur.

Hawa panas akibat terik matahari tidak membuat Arche merasa kegerahan, pohon rindang yang tumbuh disekitar petilasan memang membuat tempat itu teduh dan sejuk. Ia duduk bersila dengan mata terpejam, Arche fokus melakukan meditasinya tepat didepan petilasan milik Raden Wijaya yang berada di Siti Inggil. Entah dia sangat menyukai tempat itu sejak ia kembali lagi dengan kehidupan barunya yang lain.

Benar, Arche d'Rhozellius berisi jiwa lain. Pria tampan dengan segala kehidupannya kini telah menjadi miliknya selama tujuh tahun. Tapi, Arche lebih memilih untuk menjalani kehidupannya tanpa bayang-bayang keluarga yang memiliki bisnis dunia gelap—d'Rhozellius. Ia sangat bersyukur bisa menjadi sosok Arche, sesuai dengan doa dan harapannya.

Ia tetap tenang bermeditasi. Aktivitas otaknya memasuki gelombang tetra. Arche memasuki alam mimpinya, ia kembali menjadi sosoknya dimasa lalu—Raden Nararyya Sangramawijaya.

Dengan mengenggam kalung separuh sayap, Arche berjalan mengikuti kepala desa untuk menyelamatkan diri. Sementara, ia terpaksa meninggalkan sosok pria misterius itu dengan segala keajaibannya diluar nalar dan pria itu selalu membantu dan melindunginya berjuang menahan serangan pasukan dari Jayakatwang. Ace Ellenius. Nama itu selalu ia ingat hingga akhir hayatnya.

Raden Wijaya mengenakkan kalung separuh sayapnya dan menyembunyikannya dibalik pakaian kebesarannya.

Dihadapannya berdiri adipati Arya Wirajaja dengan sambutan yang istimewa tapi ala kadarnya. Dengan bernegosiasi dan pembagian wilayah kekuasaan dimasa depan membuat Arya Wiraraja senang hati mambantu Raden Wijaya. Senyum Raden Wijaya terukir penuh makna, ia tahu watak Arya Wirajaja yang sebenarnya.

Dengan siasat yang sudah disusun maka Arya Wirajaja dan Raden Wijaya pergi berkunjung untuk bertemu Jayakatwang dengan dalih menyerahkan diri. Tentu sang raja menyambutnya tanpa rasa curiga, hingga pemberikan wilayah bernama Tarik—wilayah kosong yang masih berupa hutan dengan iming-iming lokasi khusus untuk tempat berburu membuat Jayakatwang semakin tertarik.

Tanpa membuang waktu, Raden Wijaya segera melakukan babat alas. Malam itu, tepat gerhana bulan akan terjadi. Perasaan Raden Wijaya sangat gelisah sebab ia memakai kalung separuh sayap milik Ace. Insting dan firasatnya menjadi lebih peka dan tajam.

Ia mencoba bermeditasi untuk menenangkan diri. Hingga suara berisik membuatnya membuka mata dan bertemu kembali dengan pria misterius itu untuk terakhir kalinya. Tampaknya pria itu tergesa-gesa. Raden Wijaya berusaha menghentikan pria itu. Tapi, sia-sia.

Tubuh Ace lenyap setelah ia memasuki pohon berongga dan seiring dengan asap berwarna aneh itu menghilang. Gagal sudah keinginannya mengangkat pria misterius itu menjadi sanak saudaranya. Ia penasaran dan sangat ingin memiliki sosok Ace. Sebab jika Ace disampingnya, maka ia akan sulit digulingkan oleh lawan.

Raden Wijaya membiarkan pohon itu tetap hidup, ia memiliki spekulasi bahwa pria misterius itu akan kembali lagi entah kapan waktunya ia tidak tahu.

Berbagai peristiwa telah Raden Wijaya alami, hingga ia berhasil mendirikan kerajaanmya sendiri. Semua jerih payahnya tak lepas dari keterlibatan Arya Wirajaja. Hingga pembagian kekuasaan pun terjadi. Arya Wirajaja meninggalkan tempatnya di Madura dan dinobatkan sebagai Raja yang memimpin serta memerintah kerajaan Lamajang Tigang Juru. Kerajaan yang masih dalam naungan Majapahit.

Selama berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun. Disela-sela kesibukannya sebagai Raja Majapahit, ia selalu meluangkan untuk mendatangi tempat itu, tepat saat gerhana bulan terjadi. Ia berdiri dan menanti kemunculan kembali pria itu.

"Saya sudah menganggap ki sanak sebagai saudara. Setiap malam gerhana terjadi, saya berharap ki sanak kembali. Jika hal itu terjadi, maka saya akan mengangkat ki sanak sebagai keluarga, memberikan kehidupan dan jabatan serta kekuasaan yang terjamin." Batinnya berharap.