73

872 145 8
                                    

Ace menghentikan mobilnya didepan rumah sakit dimana Jollene dirawat. Ia mendapatkan informasi dari Thalia bahwa Jollene dirawat empat hari setelah kejadian hampir merengut nyawa itu terulang. Dengan Ace yang tidak berubah, ia menuju kekamar Jollene. Banyak pasang mata memperhatikan sosok mencoloknya terutama iris merahnya yang kini sudah tidak ia tutupi lagi.

Jemari kekarnya mengetuk pintu, setelah itu ia membukanya dan menampilkan keterkejutan dari Jollene. Perawat bernama Zavino kebetulan melakukan tugasnya melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital terkejut karena reaksi ketakutan Jollene. Wanita itu tampak ketakutan, tubuhnya menegang dan kedua matanya tampak bergetar tak lepas menatap Ace waspada.

"Kamu pasti tahu maksud kedatanganku kesini, Lene." Ujar Ace yang sudah mendekat kearah Jollene.

Wanita itu menggeleng ribut. "Per—pergi! Akh—" pekik Jollene saat Ace mencekal lengannya kasar.

"Berhenti melakukan itu, tuan. Anda menyakiti pasien saya." Ujar Zavino berusaha melindungi adik Airuz.

Iris merah itu menyorot penuh aura membunuh kepada Zavino, refleks perawat muda itu melangkah mundur kebelakang, ia tidak menyangka aura dominan dan sangat menyesakkan itu membuat Zavino tidak nyaman.

"Kembalikan bukunya padaku atau kamu akan menyesal telah mengusik ketenanganku, Lene." Ace kembali mendesak Jollene.

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bukunya—" suara bergetar dan tangis Jollene pecah. "Aku tidak tahu dimana buku itu sekarang."

Rahang Ace mengeras. Ia mencengkram wajah Jollene dan memaksa wanita itu mendongakkan kepalanya, tatapan mereka beradu. Nyali Jollene menciut akibat tatapan penuh intimidasi.

"Kalau sampai buku itu hilang atau jatuh ketangan orang lain terutama kakakmu. Aku tidak akan segan lagi padamu, Jollene Matarius." Ancam Ace dengan nada dinginnya.

Jollene merintih ketika Ace menepis kasar wajahnya. Tatapan penuh luka milik wanita itu masih terpaku melihat Ace pergi tanpa menoleh kepadanya seperti awal mereka bertemu.

Kaki panjang Ace melangkah menelusuri lorong panjang rumah sakit. Ia segera meraih ponsel dan menghubungi kekasihnya yang sudah kembali ke apartemen bersama kakek Fariz—sang kakek pulang dari rumah sakit.

"Halo" Suara lembut dan menenangkan Ace itu menyambut, rasa marah meluap-luap perlahan padam dan ia dapat berpikir secara jernih kembali.

"Aku akan segera kembali. Maaf telah merepotkanmu menemani kakek, Tha." Sahut Ace dengan langkah cepat agar bisa segera kembali ke apartemen.

***___***

"Apa aku melewatkan sesuatu?" Tanya Ace terkejut setelah melihat sosok ibunda Thalia berada di apartemennya. Thalia segera menyambut Ace disela-sela ia menyiapkan makan malam.

"Aku mengundangnya untuk makan bersama kita dan ada sesuatu yang harus aku sampaikan." Ujar Fariz memberikan penjelasan.

Ace menyambut calon mertuanya dengan sopan, Nizzy tersenyum membalasnya. "Maaf sudah membuatmu terkejut."

Ace tertawa pelan. "Tidak ibu, aku senang ibu datang kesini."

Nizzy mengangguk setuju. "Aku kagum dengan tempat tinggalmu. Kamu bisa memilih hunian dengan tepat, sangat nyaman dan tenang."

"Senang bisa membuat ibu nyaman disini. Aku harap Thalia juga merasa nyaman menempatinya nanti karena apartemen ini untuknya." Jawab Ace membuat Nizzy terkejut dan menoleh kearah Thalia untuk menuntut penjelasan.

Thalia tersenyum tipis. "Hadiah dari Ace, moms."

Nizzy tercengang mendengarnya, ia kembali melihat Ace lamat-lamat.

THE BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang