"Tolong, bayiku." Rintihnya, Ace melebarkan kedua matanya, ia seperti melihat cerminan wanita yang penah ia temui—tapi, Ace lupa dimana tempatnya.
Tanpa membuang waktu, Ace menggendong wanita hamil itu dengan mudahnya. Orang-orang yang berdiri mengerumuninya dibuat takjub dan terpesona. Sebagian dari mereka mengabadikan moment heroik tersebut. Ace berdiri dan menatap tidak bersahabat pada orang-orang yang sibuk merekamnya.
"Bagi yang merekam, hapus sekarang juga atau kalian akan menyesal nantinya!" Ancam Ace membuat orang-orang yang berdiam menonton itu merinding ketakutan jarena aura Ace. "Jaga privasi orang yang tidak kalian kenal. Jika aku tahu video itu sampai menyebar, maka nyawa kalian berakhir ditanganku. Aku ingat wajah kalian!" Sahut Ace penuh tekanan. Orang-orang yang berkerumun segera menghentikan aktivitas merekamnya dan menghapus video kejadian serta menyimpan kembali ponselnya. Mereka seperti mendapat perintah mutlak untuk tunduk dan patuh pada pria asing didepannya itu.
"Ba—baik, pak." Serempak mereka menjawab.
Ace kembali fokus pada keadaan wanita di gendongannya itu"Bertahanlah sebentar, nyonya." Ucap Ace.
Ia berlari ke Unit Gawat Darurat. Ia berteriak agar bala bantuan segera menghampirinya.
"Apa yang terjadi?" Sahut dokter UGD sambil membantu Ace membopong pasiennya.
"Kecelakaan, dia tadi mencoba menolongku." Jelas Ace singkat.
"Kami akan memeriksanya. Anda silahkan ke bagian pendaftaran sebagai wali sementara. Lekas hubungi keluarganya!" Ujar dokter sontak diangguki oleh Ace.
Para perawat sigap berlarian mempersiapkan bed serta peralatan medis, mereka bergerak bersamaan dengan tugas masing-masing agar cepat selesai. Salah satu diantaranya melakukan pengkajian anamnesa, sedangkan yang lain melakukan pemeriksaan fisik untuk mengkaji pemeriksaan secara objective.
"Pasien bernama Nyonya Prameswari, usia 32 tahun, hamil kedua, anak terakhir berusia 3 tahun dengan kelahiran normal. Tanda-tanda vital normal, dok. TD 100/70 mmHg, Nadi 80 kali/menit, RR 22 kali/menit, Suhu normal 36,5 derajat celcius." Sahut perawat yang memeriksa tanda-tanda vital.
"Pemeriksaan perut, Tinggi Fundus Uteri 33 cm, letak sungsang, denyut jantung janin 110-120 kali permenit, nyeri tekan saat palpasi dilakukan dan perut teraba tegang. Inspeksi perdarahan mengalir dari jalan lahir. Pemeriksaan dalam pelan terdapat pembukaan satu cm."
"Lekas bawa pasien ke ruang obgyn untuk USG darurat serta lakukan pemeriksan laboratorium!" Perintah dokter.
Dengan segera, para perawat membawa pasien keruang khusus obgyn di UGD, disana USG sudah menyala dan siap dipergunakan. Thalia muncul dengan penampilannya yang rapi sebagai dokter jaga UGD. Rambut panjang hitamnya ia cepol keatas. Ia melihat kegaduhan perawat mempersiapkan pasien untuk ia periksa lebih lanjut. Thalia segera bertindak dengan menanyai perawat serta dokter umum yang sudah melayani pasien tersebut.
Tangan Thalia gesit menggerakkan transducer diatas perut ibu, kedua mata gelapnya pun melihat ke layar monitor USG. Ia mengamati setiap kondisi janin serta mencari kondisi patologis-nya.
"Solusio plasenta dan Fetal Distress dengan usia kandungan 34 minggu. Segera hubungi bagian ruangan OK, berikan pematang paru dengan dosis sekian, dan pemeriksaan laboratorium lengkap. Pasien ini harus segera naik untuk bisa menyelamatkan bayinya!" Baik dokter.
"Bagaimana dengan penanggung jawabnya, dokter?" Tanya dokter umum dengan id bernama Restiawan itu.
"Loh, pasien ini datang bersama siapa?" Tanya Thalia menatap heran dokter Restiawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEAUTIFUL EYES
Fantasy2nd book of "I Want You" Status : Ongoing ***** Bagaimana jika karakter novel bisa melintasi perbedaan dimensi dan hadir dalam kehidupan nyata seorang Thalia Navgra? Berawal dari jiwanya yang tersesat dan Male Antagonis dapat meraih masa kejayaannya...