87

700 115 9
                                    

Seperti sebuah kemalangan menimpa Airuz, hujan lebat terjadi dan akan mempersulit dirinya untuk menculik sosok ibu kandungnya sendiri. Ia telah mengecek kalender ditahun tersebut dan kebetulan sekali bertepatan dengan hari kelahiran sepupunya—Thalia, walaupun masih tiga hari lagi Nizzy akan melahirkan. Seingatnya, Nizzy akan mengalami musibah atau malah sudah terjadi dan membuat sang ibu turun tangan untuk mendonorkan darahnya.

Perjalanan mereka cukup memakan waktu lama, Airuz memutuskan untuk ke rumah sakit saja. Tidak akan terburu waktu jika ia harus mengecek keadaan rumah terlebih dahulu. Harapannya, ia dapat sampai lebih dulu dan mencegah Nezza—ibunya melakukan donor darah untuk Nizzy. Airuz tidak peduli alur akan berubah, ia tidak peduli jika Thalia lahir premature atau sampai meninggal. Dalam hatinya, keselamatan dan menculik sang ibu dalam kondisi sehat ialah prioritasnya.

Ace bergelut dengan isi hatinya, ia datang ke masa saudara kembar calon mertuanya masih hidup. Sedangkan, calon mertuanya sendiri mengandung janin yang akan menjadi belahan jiwanya dimasa depan. Manik kemerahan itu tak putus menatap lekat Airuz, ekspresi pria itu menandakan banyak rencana yang ia susun didalam kepalanya. Setidaknya, Ace akan mengupayakan apapun untuk tidak merubah alur kehidupan dimasa lalu.

Sekilas iris kemerahan itu menatap ke arah jalan raya yang mereka lalui. Ia mengernyit. "Kemana kita akan pergi? Bukannya menemui ibumu yang berarti itu ada di rumahmu sendiri?" Tanya Ace membuat Airuz mengerling sejenak.

"Benar, tapi tidak ada waktu kita pergi ke sana. Aku berpikir kita harus ke rumah sakit terlebih dahulu. Sebab, malam ini ibuku datang ke sana untuk mendonorkan darahnya pada tante," Jelas Airuz dengan nada suara berubah ketus. "Kamu tahu, malam ini tante Nizzy kecelakaan dan membutuhkan banyak darah, jika sampai terlambat maka Thalia akan lahir sebelum waktunya. Kali ini aku tidak mau hal yang sama terulang lagi, aku akan menyelamatkan ibuku." Ujar Airuz membuat kedua mata Ace melebar, ia tercengang.

Airuz membelokkan mobilnya dan berhenti tepat di depan rumah sakit. Ia menatap tajam Ace. "Jangan pernah menghalangi setiap rencanaku atau kamu tanggung sendiri akibatnya."

Rahang Ace mengetat. Kinerja otaknya berpacu cepat, tidak mungkin ia membiarkan Airuz menjalankan keinginannya demi menyelamatkan ibunya yang tentu saja membahayakan posisi Thalia di masa depan.

Dengan cepat, Ace keluar dari mobil dan mengikuti kemana Airuz melangkah.

Suasana instalasi gawat darurat cukup penuh akibat adanya kecelakaan yang kebetulan terjadi. Semua dokter yang berjaga mendadak berlarian menuju IGD guna membantu proses pemberian tindakan medis.

Airuz berlarian menuju ruang obgyn dimana tante Nizzy dirawat. Meskipun semua ingatannya masih berupa prediksi, Airuz yakin kalau peristiwa kecelakaan itu terjadi malam ini—diluar juga hujan mengguyur sangat lebat.

"Dokter Matarius!" Panggil salah satu dokter dengan nada suara naik tiga oktaf.

Airuz mendadak berhenti, tubuhnya menengang akibat tercengang, begitu juga Ace. Sang dokter berlari mendekati kedua pria yang berdiri mematung. Airuz menoleh dan melihat siapa yang menyapanya.

"Tunggu, saya bu—"

"Syukurlah, kita bertemu. Saya sudah mencari-cari Anda sedari tadi." Ujarnya lega. "Mari dok, kita ke IGD. Anda sudah ditunggu rekan-rekan disana. Untuk tambahan set rawat luka saya sudah membawakannya." Ujar dokter itu cepat, perkataan Airuz terputus, ia mengenal dokter yang berbicara cepat itu. Dokter senior tercerewet di bagian bedah. Airuz baru menyadari bahwa ia mirip dengan sang ayah ketika masih muda, Ace tersenyum samar melihat Airuz mendapat gangguan tak terduga.

"Tapi, saya harus mengecek keadaan pasien darurat sebentar." Ujar Airuz berusaha menolaknya dengan halus.

"Dokter tenang saja, saya sudah meminta tolong pada perawat untuk menggantikan Anda sementara." Jawabnya sedikit mendesak.

THE BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang