79

769 127 7
                                    

"Bagaimana jika aku ikut denganmu, Ace?" Tanya Arche sontak membuat Ace tercengang dan melebarkan kedua matanya.

"Kalau kamu ikut denganku, kosekuensinya tidak akan bisa kembali lagi kesini. Bagaimana dengan Prameswari dan kedua putra-putrimu, kak?" Arche terdiam, ekspresinya berubah sendu.

"Aku akan berbicara dengan mereka."

Ace menghela nafas panjang. "Kehidupan disana lain dengan disini berbeda, kak."

"Aku tahu dan sudah mengalaminya dikehidupan pertamaku." Arche tetap pada pendiriannya.

"Aku akan menuruti keinginanmu, kak. Asalkan keluargamu juga menerima keputusanmu dengan senang hati." Jawab Ace membuat Arche lega.

"Monggo Aden, didhahar polo pendem e, iki yo ono rondho royal karo gedang godhok pisan. (Silahkan mas, dimakan ubi rebusnya, ini ada tape goreng sama pisang kukus juga.)" Ucap mbok Yem tiba-tiba sembari menata beberapa piring yang berisi cemilan diatas meja nakas.

"Matur nuhun mbok, sampun repot mawon. (Terima kasih mbok, jadi ngerepotin.)" Ujar Ace dengan nada sopan.

Mbok Yem tertawa. "Ndak repot, ayo mumpung sek anget enak. (Tidak repot, ayo mumpung masih hangat enak.)"

"Terima kasih ya mbok. Sekarang mbok istirahat dulu, pasti capek habis masak. Nanti biar aku bantu Prameswari." Ujar Arche.

Mbok Yem mengangguk. "Nggeh aden, mbok ten pawon riyen. (Iya mas, mbok ke dapur dulu.)" Pamitnya segera beranjak pergi meninggalkan dua manusia yang amat mirip itu.

"Ternyata kamu faseh juga berbahasa lokal." Sahut Arche kagum.

Ace tertawa pelan. "Sempat belajar dulu waktu masih kesasar ke zaman dimana Raden Wijaya berada."

"Benarkah? Siapa yang mengajarimu?" Arche penasaran, ia ingat tidak ada waktu bersantai kala itu, waktu pertemuan mereka sangat singkat dan mendesak akibat ia menjadi buronan Kerajaan Kadiri.

"Mbak-mbak dipasar sama pria yang menolongku waktu di Kudadu." Jelas Ace membuat Arche terdiam dan tatapan matanya berubah sendu.

"Maafkan aku sudah meninggalkanmu sendiri disana. Aku seperti orang jahat yang menumbalkanmu demi keselamatan diriku sendiri. Sekali lagi, aku minta maaf." Ucapnya menyesal.

"Semua sudah berlalu, raden. Jangan menyesalinya. Lagipula, kondisi saat itu memang mendesak dan sosok raden sangat diperlukan karena Anda seorang calon raja." Ace kembali mengenang saat ia menghadapi seorang diri para prajurit lawan.

"Tapi, disaat terakhir sebelum kamu menghilang. Ada benda yang sempat terjatuh dan aku yakin itu milikmu. Apakah benda itu sudah berada ditanganmu, Ace?" Tanya Arche teringat akan liontin separuh sayap.

Ace mengeluarkan liontin miliknya, Arche menatapnya. "Aku memakai milik Thalia dan liontinku yang terjatuh sudah berada ditangan Thalia."

"Kamu memang bukan orang sembarangan, liontin itu benar-benar mencari siapa pemilik aslinya."

"Tetaplah rahasiakan semua ini, raden. Biar kita yang tahu," Ace meminta dengan tulus. "Lagi pula, aku tidak berencana lama di sini, aku akan kembali ke tempatku berasal karena mereka membutuhkanku dan aku juga memiliki ambisi tersendiri mengingat aku memiliki janji dengan kekasihku."

"Apakah Thalia setuju untuk mengikutimu?" Tanya Arche.

Ace mengangguk pelan. "Dia setuju, kami akan pergi setelah aku menikahinya dan mendapatkan buku emasku kembali."

Kedua alis Arche mengerut menjadi satu. "Buku itu hilang?" Tanyanya dengan nada cemas.

"Bukan hilang, tetapi diambil seseorang."

THE BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang