Setiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya.
Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Tet... tot... tet... tot...
Suara klakson angkot biru yang memasuki area jalan pasar. Pria yang menyetir angkot tersebut memiliki badan kekar dan kulit sawo matang dengan handuk dibahunya.
Buliran-buliran keringat jatuh dari dahinya karena cuaca panas hari ini. Ia mengeluarkan bagian kepalanya dari jendela angkotnya, "Tarek, Ciledek - Bumi tinggi!" katanya pada pengunjung pasar.
"Kejar setoran Yan buat modal kawin." jawab Mursid-sebagai supir angkot itu.
"Rokoknya Marlboronya ganti pake rokok kretek cok." ucap Wijayanto-tukang bakso terkenal tampannya paripurna di Pasar Ciledek.
Mursid berdehem dengan gerakkan menolak songongnya. "Sorry ye, lidah gue lidah mahal jadi gak level sama rokok kretekan."
"Mursid, mursid." kata juragan peternakan dan biasa dijuluki babeh Pasar-Tono, laki-laki bergaya petantang-petenteng memakai kacamata hitam dan memakai enam cincin akik di jari tangannya.
Mursid manggut-manggut sambil menyodorkan satu tangannya pada Tono, membuat Tono paham lalu memberikan selembar uang berwarna biru padanya. "Tutor biar cepet kaya dong beh."
"Abang boleh nitip donat disini nggak?" tanya seorang gadis berambut pendek memiliki pipi chubby dan gadis berambut golden brown memakai seragam SMA pada Wijayanto.
Wijayanto menganga sejenak melihat kecantikan dari gadis berambut pirang. "Bule ya neng?" tanyanya menunjuk wanita yang ia kagumi.
"Yes, of course." jawab wanita tersebut dengan centil.