ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ33♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

736 75 82
                                        

Sofya membantu adik laki-lakinya yakni Awan tuk memanen telur-telur ayam peternakan milik adik beda ibu itu. "Mau kirim keman nih ntar telurnya wan?"

"Ke Jakarta," balas Awan mengakati rak-rak berisi telurnya ke dalam mobil box.

"Untung berapa jualan begini?"

"Banyak, tapi capeknya juga berat."

"Kapan nikah lu?"

"Jodoh ae belum nemu yang cocok dah disuruh kawin ae." kata Awan sambil menghitung pakaingan telur yang sudah masuk ke dalam mobil box.

"Sama Jupe tuh lumayana, soalnya Jupe baru putus sama pacarnya." ucap Sofya tiba-tiba.

Awan mengendikkan bahunya entah, "Pengennya yang gak sekampung bisa gak seh?"

"Jupe pinter, cakep, pinter masak sama bimbing anak. Cocok dah sama lu yang berandal gini." kata Sofya meletakkan telur-telur hasil panennya didepan adiknya itu.

"Belum kepikiran nikah teh."

"Mursid dah mau punya tiga anak masa lu stuk jomblo mulu." ucap Sofya meroasting adiknya yang belum memiliki pasangan-pasangan juga.

"Lo ngapain dah maksa gue kawin? Apa perlu gue kawinin lo ae teh?"

Sofya terbelalak atas ucapan adiknya itu. "Buset. Gue ngebujuk lu sama Jupe tuh soalnya Jupe naksir sama lu katanya."

"Jupe juga masih gadis. Gue maksa lu sama Jupe biar anak-anak gue lesnya gratis." sambungnya.

"Buset dah licik juga akal lu."

"Bang," panggil Koko tiba-tiba masuk ke peternakan ayamnya.

"Kenapa deck?"  tanya Awan.

"Beli telur sepuluh kilo." jawab Koko.

"Buat ape? Syukuran Mona hamil?"

Koko menggelengkan tidak kepalanya. "Tata nggak mau adek teh, terus nambah anak nambah biaya jadinya stop dulu bikin anaknya. Gue beli telur buat Mama mau buka katering kue di rumah soalnya Mama nggak bisa diem di dapur."

"Enak juga ya punya ibu mertua begitu," ucap Sofya.

"Apa? Nambah cuan begitu?" sahut Awan pada kakak perempuannya.

Jelas Sofya menganggukkan kepalanya iya. "Daripada mertua julid mulu mending mertua yang masih gigih nyari duit."

"Duit mulu pikirannya, pikirin suami lo noh teh yang suka keluyuran." kata Koko menimbang sendiri telur yang dibutuhkan untuk mertuanya karena tahu kakak laki-lakinya itu sedang sibuk.

"Suami gue udah kaga keluyuran ye malah di rumah sering ngaji sekarang."

"Mau jadi ustad?" tanya Awan. "Ati-ati dimadu pake embel-embel sunnah." katanya.

"Nggak mungkin lah. Aman suami gue kalo sama gue," kata Sofya percaya diri.

"Berapa bang sepuluh kilo?" tanya Koko.

"Umumnya 260."

"Gak bisa dikurangin? Gue beli di peternak asli nih." tawar Koko mengrluarkan uang dari saku celana jeans-nya.

"Terserah lu ko dah, gue puyeng." ucap Awan kesal karena dirinya masih sibuk mengurus telur-telur ayamnya tapi kakak perempuan dan adiknya malah menganggunya.

"Kalo kata Tata hanya kidding." kata Koko meletakkan uang pas di laci penyimpanan uang jual beli telur kakaknya. "Makasih yo, gue balik dulu." pamitnya kembali ke rumahnya, di drpan rumahnya ada istrinya yang bercakap-cakap sore dengan istri Mursid.

"Hamil lagi?" tanya Mona terkejut pada Una seperti baru saja melahirkan sudah hamil lagi.

Una menganggukkan kepalanya sambil meminggirkan anak pertamanya yang bermain ditengah jalan. "Kata bidannya kesundulan."

PASAR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang