ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ32♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

669 73 67
                                        

"Teh Sofya sama Babeh beneran umroh?" tanya Wijayanto terkejut mendengar cerita Mursid.

Mursid menganggukkan iya kepalanya. "Iya tiba-tiba mereka berdua umroh, gak biasanya mereka berdua keluar berduaan. Biasanya keluar sendiri-sendiri."

"Lu kata siapa?"

"Kata babeh sendiri terus babeh barusan ngepap udah di Mekkah sama teh Sofya." jawab Mursid memberitahu foto Sofya dan Tono di tanah suci melalui pesan whatsapp.

"MashaAllah romantis bet mereka berdua."

"Btw info emak Mona dong," kata Jufry tiba-tiba datang.

"Njir naksir nenek-nenek lu?" tanya Mursid.

"Nenek-nenek gitu, cakep." balas Jufry.

"Kalo pengen tau lebih dalem mending lu jadi buruhnya Koko biar deket sama neneknya si kembar." kata Mursid.

"Gak enak lah, gue udah jadi pegaeenya abangnya."

Wijayanto melihat kearah rumah Koko terdapat seorang wanita sedang mengurus si kembar di halaman rumah. "Katanya gila, tapi kok gue liat kayak kaga ada riwayat gilanya. Malah keliatan kayak orang kaya banget."

"Ya warasnya kan udah nemuin Mona." jawab Mursid.

"Tapi malah Mona yang balik-balik wajahnya pucet kayak orang sakit. Padahal cuma ngilang ke Australia setengah tahun." kata Wijayanto bertanya-tanya.

"Paling dipaksa belajar jadinya stres."

"Istri lu gimana Yan?" tanya Jufry.

"Lumayan membaik dari sebelumnya, sekarang udah bisa ngomong nyambung dikit-dikit meskipun banyak ngelamunnya." jawab Wijayanto.

"AA! KETUBAN UNA PECAH!" teriak Una dari dalam kamar mandi membuat Mursid dan lainnya menengok Una dan membawanya langsung menggunakkan angkot ke puskesmas.

"Otw minjem duit Koko lagi nih kalo sampe sesar."

"Tetangga kamu berisik ya Chel," kata wanita paruh baya pada Mona yang menyuapi putranya bola ubi buatannya.

"Udah biasa ma disini gitu, Mama enggak betah ya disini?" tanya Mona yang sudah kembali ke rumah suaminya karena ia sudah membuat perjanjian dengan keluarga kandungnya, entah perjanjian apa hanya Mona dan keluarga kandungnya yang tahu.

Dan fyi saja ibu kandung Mona saat ini ikut tinggal disana, beralasan menjaga Mona dan ingin tahu cucunya dari pria kampung yang menemukan putrinya.

"Oma lihat ini namanya cacing tanah," Pitaloka memberitahu neneknya cacing tanah ditangannya.

Devinta—ibu kandung Mona itu tersenyum kepada cucu perempuannya bernai mengeksplor diri dengan alam sekitar, "Boleh main cacing tapi nda boleh bunuh cacingnya ya? Jadi taruh kembali cacingnya ke tempat semula." katanya dituruti oleh Pitaloka.

"Uhuk! Uhuk!" Mona terbatuk kemudian memberikan makanannya pada putranya. "Lanjut makan sendiri ya. Ibu mau istirahat bentar." katanya kemudian berjalan kearah kamar untuk mengistirahatkan diri.

Koko melihat istrinya yang pulang-pulang seperti orang sakit jadi curiga dengan keluarga kandung istrinya, Mona habis diapain nih sama mereka?

"Yang mana yang sakit sayang?" tanyanya lembut dipinggiran ranjang.

Mona menunjuk bagian punggungnya sambil menahan batuknya. Kemudian punggungnya dielus dan dipijat perlahan oleh suaminya. "Kamu di Australia ngapain de?" tanya suaminya.

"Belajar kok terus Mona nggak betah kangen Gaga sama Tata akhirnya pulang kesini ditemenin Mama." jawab Mona.

"Mau ke dokter sama abang?"

PASAR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang