ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡46ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

618 70 65
                                        

Pitaloka mengamati sepupu barunya yang baru lahir, mengapa makhluk kecil yang diamatinya itu sangat kecil dan tidak bisa berbicara?

Yaps, tidak terasa waktu berjalan dengan cepat. Tiba-tiba Sofya lahiran anak ke-empat tanpa ditemani sang suami, seperti Mona dahulu. Akan tetapi dahulu suami Mona jelas pergi keluar kota, sedangkan suami Sofya ini sudah tiga hari tidak pulang dan tanpa kabar.

Ntah kemana perginya, sebab beberapa bulan belakangan ini sejak Tono membangun usaha dompet kulitnya yang laris manis, juragan sapi itu kabarnya sering hilang-hilangan tanpa berpamitan.

"Gue telpon sampe seribu kali kaga dijawab," ucap Sofya pada adik bungsunya.

"Paling sibuk bikin perusahaan. Kan hobinya babeh suka bikin kaget," jawab Koko sambil mengedit video di laptopnya untuk di upload ke chanel-nya.

Sofya menghela nafas panjang, ada benarnya yang dikatakan adik bungsunya itu. "Tapi minimal angkat kek atau bales chat gue, anaknya lahir nih, belum di adzanin dia malah diadzanin Yanto."

"Yanto pengen nimang anak makanya bersedia adzanin Aurel, orang Una aja beberapa bulan lalu pas anak ketiganya lahir cewek sampe cek-cok sama Roro yang mau adopsi anaknya." balas Koko mengingat pertengkaran hebat Una dan Roro di depan rumahnya sampai istrinya terkena lemparan sau korek dari pertengkaran keduanya.

"Una juga gitu, finansial belum mampu bener-bener malah mertahanin anak ceweknya. Kalo kata gue mending kasih ke Roro, biar hidup anaknya enak dikit lah." kata Sofya ikutan jengkel dengan Una yang menurutnya egois.

"Namanya juga seorang ibu teh, mana rela ngasih anaknya secara gamblang ke orang."

"Tapi Mursid udah acc sama janji ke Roro sama Yanto, bahkan dia dikasih duit sama Yanto berapa juta gitu."

"Mursid emang kemaruk kalo ke duit."

"Baba," panggil Pitaloka menghampiri ayahnya.

"Iya pelinses?"

Pitaloka duduk di pangkuan ayahnya. "Nola mau adik deh tapi pelempuan nda pake sambel."

"Dikirap lalapan neng? Kan udah ada adik Aurel." jawab Koko.

"Oh iya, nda usah ada adik lagi belalti?"

"Nda usah," jawab Koko dan Mona bersamaan.

Mona menggendong Kalingga yang selalu manja padanya, ia menyodorkan piring berisi makanan ke suaminya. "Abang gantian jagain Gaga, Mona mau mandi."

"Iya, sini..." Koko merentangkan dua tangannya untuk menerima putranya yang tubuhnya makin kurus karena putranya itu lebih rewel dan picky eater sekarang daripada Pitaloka yang omnivora. Kalingga menganggukkan kepalanya kemudian duduk dipangkuan kiri ayahnya. "Jangan lama-lama ya kalo mandi."

"Iya, Ibu mau keramas dulu biar nggak ada kutunya." jawab Mona kemudian pergi kearah kamar mandi.

"Oh iye Tata sempet kutuan?" tanya Sofya.

"Iye kocak, kayaknya ketularan Ella soalnya Ella kan makin kesini makin gak terawat soalnya teh Jupe sibuk sama usaha jastip bajunya di pasar yang makin rame,"

"Semaleman Tata garukin palanya, terus pas gue cek ada kutunya. Langsung sama mama besokannya dibawa ke dokter sama salon dan ilang."

Sofya manggut-manggut paham sambil melihat putri keempatnya yang tidur terlelap diatas kasur bayi. "Kalo satu kutuan tuh repot, soalnya bakal kena semua."

"Lagian Jupe juga egois, mentang-mentang Ella keponakannya jadinya seenaknya dilepasin kandang gegara sibuk sama bisnisnya."

"Percaya keponakannya?" tanya Koko.

PASAR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang