"Huek, huek...,"
Setiba di pantai Sofya merasa mual dan muntah disana. Padahal sebelumnya ia tidak pernah mabuk laut, kini ia sedang dikeroki oleh Jupe di dalam mobil.
"Masuk angin ini teh, merah semua dikerokin." kata Jupe.
"Makanya badan gue kerasa pegel daritadi," keluh Sofya mengusap bagian tengkuk belakang lehernya yang terasa pegal. "Udah lama gak pijet nih. Tukang pijet yang markotop dimane ye?" tanyanya.
"Mak Sri kampung sebelah teh."
"Nggak mau ah orangnya pernah salah mijet kakinya Tono sampe Tono harus opname." jawab Sofya membuat Jupe mendengus dan memutar bola matanya malas dibelakang tubuhnya.
Duh gue rekomin kesitu biar mampus.
"Huek, huek," Sofya terus muntah ke dalam kantong plastik hitamnya lama-lama membuat Jupe ikut mual. Jadi keduanya di mobil balapan mual tanpa diketaui yang lain.
"Anjir teh gue kena sugesti lo—huek," keluah Jupe.
"Oma!!!" panggil Pitaloka menghampiri neneknya yang duduk di gazebo pantai tengah menyuapi putrinya buah. "Iya sayang?" jawabnya lembut.
"Nola lelah..." keluhnya merrntangakn dua tangannya.
Koko sedang bersantai diatas paha Mona langsung bangun lalu menggendong putrinya itu. "Makanya jangan lari-lari jauh."
"Ih Nola mau pangku Oma!" seru Pitaloka menyentil hidung ayahnya.
Devinta mengambil alih gendongan Pitaloka, ia menimang cucunya itu yang sedang lelah di gazebo. "Memangnya Nora sudah mainnya?"
"Beyum, Nola masih lelah." jawab Pitaloka dengan nafas ngos-ngosan lelah.
"Ugh. Bentar lagi Gaga sama Tata punya adik, biar Baba sama adik aja~" ucap Koko lalu mengusap perut istrinya didepan Pitaloka.
Otomatis Pitaloka langsung bangun lalu menonjok perut ibunya. "Kelual! Nda boyeh!"
"Argh, ya ampun Tata sakit!" keluh Mona menutup perutnya. "Kalo ibu mati gimana?!"
Pitaloka menghentak-hentakkan kakinya mulai menangis tidak terima, "Mengapa ibu jahat hwa~"
"Nikolas," ucap Devinta datar membuat Koko tersenyum kikuk lalu mengusap belakang tengkuknya. "Maaf ma, Koko lagi pengen mangku Tata..." katanya.
"Baba cuman bercanda, nda ada adeknya kok." ucap Mona merasa kasihan melihat wajah Pitaloka yang memerah marah diiringi tangisan, ia pun lalu memangku putrinya itu dengan menyumpal mulut Pitaloka menggunakkan dot botol berisi susu. "Cup, cup, anak ibu sayang yang paling unyu dan bungsu sedunia~."
Koko ikut membantu mengusap dahi putrinya itu, namun putrinya menepis ayahnya. "PELGI! NDA USAH SENTUH NOLA!" teriaknya.
"Ya sudah baba pergi," jawab Koko lalu pergi darisana karena tidak enak juga pada mertuanya yang seperti sedang marah padanya saat ini karena telah membuat cucunya marah.
"Maap ya? Nda sengaja." kata Pitaloka mengelus perut ibunya.
"Nda dimaapin." jawab Mona makin membuat Pitaloka menangis kencang.
"Mona," panggil ibunya lembut membuat Mona menyengir. "Jarang-jarang liat Tata nangis ma," katanya.
Tak lama kemudian Pitaloka tertidur terlebih dahulu padahal masih jam enam sore. Mona meletakkan putrinya disebelah ibunya, "Nitip ya ma, Mona mau sekalian bantu-bantu buat tenda."
"Iya, sama awasin Kalingga." peringat Devinta.
Devinta melihat wajah cucu perempuannya yang tertidur pulas disisinya. Ia memotretnya lalu mengirimkan foto cucu perempuannya ke grup keluarga inti. "Malah terlihat cocok menjadi anak Becca." gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
ФанфикшнSetiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
