ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡41ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

550 60 84
                                        

"Um enyak sekayi~"

Pitaloka senang sekali makan sushi di restorannya langsung yang berada di dalam mall. Padahal Koko dan Mona tidak doyan dengan makanan ala Jepang yang mentah-mentah diberi kecap asin.

Setelah masalah di Jakarta selesai, Devinta kembali tinggal bersama Mona lagi. Lalu kebetulan hari ini ulang tahunnya, ia ingin mengajak cucu kembarnya berjalan-jalan di mall kota.

"Emang anaknya duyung," kata Koko gemas menoel dagu putrinya tengah memakan salmon mentah.

"Pocong," ucap Kalingga tiba-tiba menunjuk desert diatas mejanya.

"Pancake sayang," koreksi Devita memberikan desert pancake tersebut ke depan cucu laki-lakinya.

Mona menikmati ramen kuah mala di depan putrinya. "Ummm, mienya enak sekali baunya..." katanya sambil meniup-niup ramennya.

"Mau..." pinta Pitaloka mendekat.

"Pedes," ucap Koko menahan tubuh Pitaloka yang akan menyerobot mie Mona.

"Jangan makan mie dulu," ucap Devinta membuat Pitaloka memanyunkan bibirnya. "Inget kalo sakit perut sampe ke dokter kemarin."

"Tapi kemalin-kemalin ibu juga sakit pelut!" protes Pitaloka.

"Beda sakit perutnya, kalo ibu sakit perutnya gegara kamu tendang sedangkan kamu kebanyakan makan pentol sama mie." jawab Koko pada putrinya itu.

"Berapa minggu kata bidannya?"

"Perkiraan tiga minggu soalnya cuma gumpalan darah kecil-kecil terus langsung Koko kubur dibelakang rumah." jawab Koko mengingat tragedi istrinya keguguran akibat ulah putrinya.

"Kemarin Becca juga sama, kepleset tangga baru ketauan kalo hamil. Papa marah-marah ke Rebecca yang ceroboh, untung gak ketauan media soalnya gak jrlas dia hamil anak siapa," cerita Devinta membuat Koko paham, pantas waktu lebaran ibu mertuanya pulang dengan keadaan panik, ternyata kembaran istrinya sedang membuat masalah.

"Mona juga tiap hamil nggak kerasa kalo hamil, tiba-tiba muncul aja." timpal Mona.

"Nggak mual-mual?" tanya Devinta.

Kepala Mona menggeleng tidak. "Nggak tahu Mona."

"Mampus," ucap Pitaloka tiba-tiba.

"Heh, istighfar durjana." ucap Koko menyentil dahi putrinya tersebut.

"Mama bilang dua anak sudah lebih baik, tidak usah terburu-buru menambah." kata Devinta pada anak dan menantunya itu.

"Maaf ma kayaknya Koko kebocoran balon waktu main pake balon nol koma tiga."

"Dipakein ring aja biar nahan," saran Devinta.

"Ring apa?" tanya Koko.

"Ada ring-nya buat nahan mama punya di Jakarta, nanti biar mama suruh ajudan mama bawain."

Koko hanya iya-iya saja karena ia tidak mengerti maksud mertuanya, apalagi istrinya makin tidak paham. Setelah menyelesaikan makanan disana, mereka pun pulang dengan Koko yang menyetir mobil innova milik Devinta.

Koko mencubit pipi putrinya yang tidur dipangkuan istrinya, dengan satu tangannya yang masih menyetir mobil. "Si gimbulnya kecapean."

"Ih jangan dicubit abang! Nanti bangun, biar tidur sampe pagi Tata." protes Mona menahan tangan suaminya yang gemas pada putri mereka.

Mereka pun sampai di halaman rumah lalu turun dari mobilnya. "Baba..." panggil Pitaloka yang berada digendongan ayahnya saat ini.

"Iya nak?"

PASAR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang