Seorang bocah kecil berusia hampir empat tahun berjenis kelamin perempuan mengenakan kacamata hitam, jaket berbulu, crop tee leopard, rok mini jeans, dan sepatu boot hak berwarna tengah berjalan percaya diri dengan membawa tas kecil berwarna merah muda. Kalian pasti dsudah membayangkannya siapa dia?
Yaps, siapa lagi kalau bukan Pitaloka.
"Guys! Attention me!" serunya di dalam rumah.
"Oke!" jawab Mona senang memerhatikan putrinya yang akan fashion show di dalam rumah sehabis menonton kembaran ibunya catwalk ditelevisi. "Pelinses-nya baba cantik banget."
Pitaloka mengeluarkan cermin dan lipstik anak-anak dari dalam tas-nya ia mulai memoleskan lipstik tersebut ke bibirnya. "Mwach..., pelinsesnya ibu ini!"
"Mau ke pasar neng?" tanya Koko.
"Nda!!! Mau pesyen shOwww..." jawab Pitaloka mulai bergaya centil didepan keluarganya membuat Devinta gemas sendiri dengan cucu perempuannya tersebut.
"Sepelti Onti Becca!" sambungnya menarik tangan ayahnya. "Baba toyong naikkan Nola diatas kambing."
"Nggak. Mati lagi nanti kambing baba, rugi."
"Ih! Yasudah kita putus saja!" seru Pitaloka membuang kacamata dan tasnya, ia melepaskan sepatu bootsnya lalu tidur diatas kasur tengah dengan mendengkur.
"Emang dasarnya udah ngantuk tadi pas mama dandanin." kata Devinta.
Mona mengelus-elus pnggung putranya yang tidur diatas pangkuannya, karena putranya ini sangat menempel padanya bak trauma ditinggal ibunya. "Gaga nggak kuat puasa kodok ya?"
Kepala putranya menggeleng tidak sambil membebarkan dot dimulutnya, ia sedang tidak ingin berbicara dekarang. Ia sibuk mendengarkan detak jantung ibunya.
"Mereka tidak bermain seperti anak-anak lain di sore hari?"
"Jarang mau mereka ma, mentok main layangan di lapangan itupun harus diajak Aldo sepupunya dulu." balas Koko.
"Baba!!!" teriak Pitaloka disela-sela tidurnya.
"Apa pelinses?" tanya Koko merrbahkan dirinya disamping putrinya yang tengah mengigau. Pitaloka bangun dengan wajah mengantuk berat, ia menoleh kesekelilingnya lalu memindah posisinya tuk tidur tengkurap diatas dada ayahnya. Tak lupa ia mengambil dot-nya disisinya supaya tidurnya lebih nyenyak.
Koko gemas menguyeli pipi anaknya itu karena ia tidak rela jika putrinya tertidur, "Pelinses oi pelinses..."
Pitaloka mengucek matanya karena merasa tidurnya diusik, ia membuka matanya melihat wajah ayahnya didepannya. Lalu ia menoleh kearah sofa ruang tengah terdapat neneknya sedang merajut sambil menonton tv dan disisinya ada ibunya memangku Kalingga tidur.
"Ngaji yuk," ajak Koko digelengi oleh Pitaloka dengan mata yang mengantuk.
"Baba..." panggilnya.
"Iya pelinses?"
Pitaloka memejamkan matanya kembali tuk melanjutkan tidurnya.
"Udah nggak usah diganggu anaknya," peringat Devinta pada Koko. "Mumpun anak-anak lagi tidur, kalian berdua katanya mau buka puasa ke cafe sawah."
"Nitip si kembar ya ma," ucap Mona menidurkan Kalingga yang sudah terlelap ke alam mimpi di atas kasur ruang tengah, begitupula dengan Koko yang meletakkan Pitaloka disisi Kalingga.
Keduanya berpamitan kepada Devinta untuk pergi buka puasa di cafe sawah milik Awan. Karena Koko berjanji kepada teman-temannya jika uang siaran langsung hasil jerih payah anaknya bekerja di sosmed, cair, ia akan mentraktir teman-temannya seperti Wijayanto, Mursid, Jufry, dan Arhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
FanfictionSetiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
