ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡47ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

1K 92 140
                                        

"Nyariin apa abang?" tanya Mona kebingungan melihat suaminya yang seperti mencari sesuatu di ruang tengah.

"Nyari gelang emasnya Pitaloka yang motif hello kitty, kata dia terakhir diletakkin di laci ruang tengah sini. Tapi abang cari belum ketemu," jawab Koko sambil membukai satu-persatu laci disana.

"Tata lupa kali bang, coba cari di kamar. Kan terakhir Tata kekunci di kamar." kata Mona lalu menghampiri putranya yang sedang dalam pemulihan setelah cedera kepala.

Kini Pitaloka mengelus-elus lengan kembarannya yang tiduran dengan tubuh yang masih lemas. "Maapin Nola ya, Nola nda sengaja kok. Itu yang dolong tluk na bukan Nola."

"Iya di maapin, Tata dipanggil Baba itu myariin gelang hello kitty." kata Mona membawa semangkuk sup untuk makan putranya.

Kepala Pitaloka mengangguk, ia turun dari ranjang menghampiri ayahnya. "Mengapa Baba?"

"Kok nggak ada ya Ta gelangnya, rencana baba mau tukerin soalnya Onti Sofya punya gelang model baru rapunsel kesukaan kamu." ucap Koko mulai frustasi karena sudah mengacak-adul ruang tengahnya.

"Nda tau, Nola lupa. Tapi Nola letakkinnya disitu," jawab Pitaloka menunjuk atas laci.

"Berapa emang harga gelang terbaru?" tanya Devinta dari dapur.

"Bukan masalah harga ma, pengen aja Koko tukerin biar Tata nggak bosen, terus nambahinnya juga dikit."

"Kamu ambil aja gelang yang terbaru nanti mama transfer ke rekening Sofya, daripada kamu mumet nyarinya gak ketemu." ucap Devinta memberikan solusi supaya menantunya itu tidak stres mengacak-acak ruang tengah.

Koko menghela nafas panjang. "Padahal bukan gelang rante, kalo jatuh mesti keliatan."

"Maap ya baba..." kata Pitaloka.

"Nggakpapa sayang, it's okay, mungkin Tata lupa naruhnya." jawab Koko kasihan pada putrinya yang lebih kalem dari biasanya sejak Pitaloka melemparkan truk mainan ke Kalingga.

Ia mengusap pucuk kepala putrinya itu. "Ayo ambil gelang baru di Onti Sofya," ajaknya menuntun putrinya keluar rumah.

Sementara Mona menyuapi perlahan putranya yang masih pemulihan. "Cepet sembuh ya, nda boleh berantem-berantem lagi sama Tata."

"Nda mau ditinggalin ibu," rengek Kalingga memeluk ibunya disela mengunyah makanannya.

"Ibu disini terus kok, kalo ibu pergi paling ibu pergi ke belakang nata susu kambing yang mau dijual." jawab Mona menangkan putranya tersebut.

"Mona," panggil Devinta dari luar kamar.

"Iya ma?" jawab Mona keluar kamar sambil menggendong Kalingga yang tubuhnya kecil dan kurus daripada Pitaloka.

"Dicariin Una diluar," kata Devinta lalu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat setelah membuat pesanan kue kering buatannya.

Mona keluar rumahnya melihat Una di depan rumahnya. "Iya teh?"

"Em, itu Mon, gue pinjem motor varionya boleh? Buat nganterin a Mursid ke puskesmas."

"Boleh, tapi varionya masih dipake abang keluar. Itu tinggal motor cb lawas-nya," jawab Mona menunjuk motor cb lama milik suaminya yang mangkrak di garasi rumahnya.

"Motor vespa-nya gak ada Mon? Kemarin bukannya baru dateng ya motornya."

"Loh bukan punya abang itu, punya teh Sofya nitip, soalnya abang boncos habis beli mobil listrik." kata Mona menutup pintu rumahnya dari luar supaya motor vespa warna putih yang baru beli terparkir di ruang tamu tidak terlihat.

PASAR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang