Hari besar umat muslim pun tiba, setelah umat muslim melaksana puasa wajib di bulan Ramadhan. Waktunya para keluarga berkumpul bersama di orangtua atau kakak yang tertua, seperti keluarga Koko setelah melakukan sholat idul fitri berkumpul di rumah Rian, kecuali Sofya dan keluarga kecilnya yang belum datang.
Mereka berseragam memakai pakaian busana muslim berwarna putih, walaupun ada Awan yang nyelentang mengenakan jubah hitam. Mereka saling bermaaf-maafan, dari istri ke suami lalu anak ke orangtua atau sesama saudara.
"Minta maaf dulu baru bapak kasih duit," kata Rian pada dua anaknya yang sudah menyodorkan dua tangannya tuk meminta amplop berisi uang.
Keduanya pun langsung bersimpuh dihadapan ayahnya lalu meminta maaf. "Maafkan kami bapak Rian terhormat, mau duit sejuta...." kata Aldo.
"Bapak maafin, semoga kalian jadi pejabat biar duitnya banyak." balas Rian sambil mengusap pucuk kepala kedua anaknya.
"Amiin," kata Nana dan lainnya bersamaan, hal tersebut menjadi sorotan si kembar yang tengah memakan sajian kue raya disana.
Si kembar tidak meminta maaf pada ayah dan ibunya, tetap mendapatkan amplop. Ah Kalingga jadi berinisiatif menghampiri ibunya yang ada di teras rumah bersama ayahnya tengah merekam momen hari raya tuk di upload di chanel mereka. "Kita bakal riview makanan hari raya yang ada di rumah kakak—"
"Ibu...," panggilnya.
"Iya sayang?" jawab Mona menoleh ke putranya.
Kalingga pun salim ke tangan kanan ibunya. "Maapin Zi ya..."
Jelas momen tersebut direkam oleh Koko supaya dapat menambah jumlah penonton dan durasi vlog-nya.
"Dimaapin kok," jawab Mona memeluk putranya itu.
"Sama baba?" tanya Koko.
"Nda usah! Nda penting," sahut Pitaloka datang lalu bergabung memeluk ibunya. "Melly Laya!" serunya.
"Astagfirullah bukan natalan sekarang dek," peringat Mursid tiba-tiba datang bersama keluarga kecilnya. "Assalamualaikum bos," salamnya.
"Cantik banget Una pake abaya," puji Mona melihat Una memakai abaya berwarna ungu dengan kondisi perut besar.
"Lo juga cantik pake baju couple sama abang Koko," jawab Una melihat busana keluarga kecil Koko yang seragam.
"Iya, yang pilihin bajunya mama." kata Mona.
"Mama lo mana?"
"Pulang ke Jakarta, nanti malem balik soalnya di Jakarta ada masalah dikit katanya," jawab Mona.
"Yah gagal dapet amplop banyak sid," ucap Mursid sambil mengusap pucuk kepala Naysid yang baru saja mendapatkan amplop dari bos ayahnya.
"Mana amplop?" tanya Pitaloka memalak Mursid.
"Gak bawa masih nyangkut di dc Cakung." kata Mursid.
Pitloka bersedekap tangan di dada lalu mendorong kakinya. "Pelgi sana nda usah beltamu kalo nda ada amplop!"
"Nggak boleh gitu Tata," peringat Koko pada putrinya.
"Yaudah gue sama istri sama anak gue mau lanjut keliling lagi ngepet duit," pamit Mursid setelah dua anaknya mendapatkan amplop dari keluarga tersebut.
"Makan dulu sid, disini ada banyak makanan." kata Nana.
"Nanti aja mbak, enak keliling pagi kalo siangan orang-orang pada mencar. Kakian kaga ikut sekalian?"
"Nunggu teh Sofya," ucap Koko lalu menangkap putrinya yang akan mendorong adik Naysid yang sedang belajar berjalan di halaman rumah tersebut. "Nggak boleh di dorong atuh nak, dia bukan boneka."
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
FanfictionSetiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
