"Melimpah banget kurban tahun ini sampe minta bantuan kampung sebelah buat motongin ini daging-daging." kata Jufry menimbang daging kurban yang sudah dipotongi di lapangan drpan masjid.
"Ya gimana, babeh aja nyumbang tiga sapi sendiri." jawab Mursid.
"Belum lagi bang Rian, Awan, Koko, Sugimen, sama pak Haji, pak lurah, sama pak RT yang baru, nyumbang sapi satu orang satu disini."
Mursid memanggutinya. "Arhan aja kambing dua buat istri sama anaknya."
"Terus Teh Krisdayanti sama Yanto kambing juga."
"Sampe total sapi disini sebelas sapi sama empat belas kambing, otw sampe malem nih beleh-beleh kambing sama sapinya."
"Alhamdulillah kebagian daging banyak nanti," ucap Una tiba-tiba disisi Mona yang sedang melihat sapi atas nama suaminya sedang disembelih ustadz dan warga sekitar.
"Iya nanti bisa dimasak gendang." jawabnya.
"Rendang Monaaaa." koreksi Una.
"Ih buntut!" geli Pitaloka memekik saat ayahnya memegang potongan ekor kambing milik Wijayanto yang sudah disembelih dan dikuliti. Gadis kecil itu tengah berada diatas mobil listrik mininya berwarna pink sambil mengenakkan kacamata bermotif leopard.
Koko menyodorkan ekor kambing ia pegang ke wajah putrinya. "Hayoloh, ba!"
"Ih!!!" Pitaloka menyalakan mobilnya lalu menyetirnya kearah ibunya. "Ibu!!!!"
"Gaga kok gak ikut na?" tanya Una.
"Dia takut liat sembelih-sembelih gini, jadi dia milih di rumah sama mama."
Pitaloka turun dari mobilnya, ia merentangkan dua tangannya. "Ibu toyong!!!"
"Ih abang jangan digarain! Mona udah enggak kuat gendong Tata," sebal Mona menahan suaminya untuk tidak menjahili Pitaloka.
Koko langsung mengangkat tubuh putrinya itu karena ia senang sekali menjahili Pitaloka hingga marah sampai menangis. "Jingann!!!!" seru Pitaloka meronta lalu menangis karena merasa geli dengan ekor kambing tersebut.
"Oh cup, cup, cup." Koko mulai mengelus belakang kepala putrinya yang sedang menangis kencang. "Padahal ekornya bisa buat rambut pasangan mu loh Ta..."
"Nda mau hiks...."
"Tata aku boleh pinjem mobil mu nggak?" tanya salah satu anak-anak seusia Pitaloka disana.
"Nda boyeh, mahal itu." jawab Pitaloka disela menangisnya.
"Eh, gapapa pinjem aja." ucap Koko memperbolehkan anak tersebut meminjam mobil putrinya.
"Ih abang jangan nanti rusak." kata Mona.
"Beli lagi," jawab suaminya enteng lalu menggandeng tangan istrinya untuk pulang terlebih dahulu tanpa berpamitan ke lainnya.
"Mau kemana tuh bocah?" tanya Awan sambil menguliti kambing yang diganting.
Ria mengendikkan bahunya entah. "Kaga ngerti, palingan Koko kaga mau bantu-bantu ini sampe selesai makanya pulang duluan."
"Bikin konten gak seh?" tanya Wijayanto.
"Paling, soalnya makin kesini makin rame kontennya. Apalagi Tata nakal-nakal gitu punya bakat nyanyi." jawab Rian mengenal betul keponakannya.
"Oh iya kemarin Koko juga sempet bilang, anaknya ditawarin buat jadi penyanyi tapi Koko tolak soalnya Koko belum siap anaknya jadi biduan."
"Nurun siapa yak suaranya cempreng-cempreng gitu kalo nyanyi bagus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
FanfictionSetiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
