ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ37♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

649 70 82
                                        

Devinta keluar kamarnya yang dulunya kamar si kembar, sedangkan kamar si kembar dialihkan ke kamar utama. Akan tetapi si kembar lebih memilih tidur di ruang tengah daripada di dalam kamar. Ia melihat dua cucunya yang sudah tidur dengan televisi menyala menampilkan film anak-anak di pukul satu dini hari.

"Nyah, nyah, nyah~" igau Pitaloka yang sedang tertidur tengkurap dengan bagian pinggul dan pantatnya terangkat.

Kemudian ia berjalan kearah ruang tamu terdapat menantunya ketiduran sambil duduk diatas karpet dengan laptop yang menyala, tunggu lalu dimana putrinya? Ia menutup mematikan laptop menantunya dan televisi di ruang tamu, ia berjalan kearah kamar baru terdapat putrinya sedang makan dan menonton film di hp.

"Kenapa belum tidur?" tanya Devinta.

Mona kaget langsung mematikan hp-nya, ia tersenyum kikuk pada ibunya, hampir saja ia ketahuan menonton film berbau dewasa di dalam kamar. "I—itu belum bisa tidur kalo abang enggak meluk Mona."

"Suami mu malah ketiduran di ruang tamu," jawab Devinta duduk disebelah putrinya. Ia memeluk putrinya itu sambil mengusap pinggirang kepala ibu si kembar. "Jangan kebiasaan begadang nak enggak baik..."

"Iya mama, maap. Ini tidur kok," kata Mona memeluk balik ibunya sambil menyamankan posisi kepalanya di dada ibunya. "Kira-kira papa, sekarang mau nerima abang enggak ya?"

"Abang kan udah terkenal jadi babanya si kembar..."

Kepala Devinta menggeleng tidak. "Sekeras apapun usaha kamu untuk memasukkan suami mu ke keluarga, tidak akan bisa sampai kapanpun karena suami mu akan terus menjadi orang biasa di mata papa kamu."

"Ih kenapa papa pilih-pilih? Padahal abang selalu kerja keras biar selalu punya uang." tanya Mona.

"Tidak udah terlalu dipikirkan, hidup disini tanpa dicampuri papa sudah enak menurut mama."

"Tapi kasihan abang ngerasa sedih kalo belum diterima papa..."

Devinta tidak bisa menjawabnya, ia hanya dapat mengusap-usap lengan dan pinggiran kepala putrinya supaya putrinya lebih tenang dan tidak overthinking. "Tidur bersama mama malam ini." katanya diangguki Mona.

Sebenarnya Koko mendemgarnya sih dari dapur, karena ia terbangun dikala merasa latopnya mati. Ia meminum air mineral dari grlasnya sambil mengendikkan bahunya, "Berarti kamarnya kurang peredam suara nih biar suaranya kaga bocor."

Lagian gue kaga peduli diterima apa kaga sama keluarga lu, yang penting Mona sama gue terus, batinnya.

Tok! Tok! Tok!

"Siape bertamu tengah malem gini," gerutunya berjalan kearah ruang tamu lalu membuka pintunya terdapat wanita  memakai pakaian tertutup, topi, dan masker hitam. "Kuntilanak?"

"Don't judge, Where's my mommy?!" tanya wanita tersebut dramatis.

"Ya santai dong neng, ibu lu di dalem. Lagian lu juga aneh dateng-dateng tengah malem dah kayak kuntilanak bae," jawab Koko mempersilahkan kembaran istrinya masuk ke dalam rumah.

Rebecca masuk ke dalam rumah tersebut dengan memakai sepatu kulit berhills. "Mommy," panggilnya.

Devinta terbangun mendengar suara putri yang satunya, "Rebecca?" panggilnya.

Kening Koko mengkerut saat melihat seorang lelaki dalam mobil mewah di halaman rumahnya. "Abangnya Mona?" gumamnya menghampirinya.

"Masuk juga bang, mangga..." katanya.

Laki-laki itu menurunkan kaca mobilnya lalu menaikkan satu alisnya melihat pria yang menghampirinya. "Hai, saya nama Julius."

"Nama saya goblok," koreksi Koko.

PASAR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang