Setiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya.
Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Beli ikan kxntol balado satu porsi teh,"
Permintaannya membuat pemilik warung dan orang yang makan di warung terkejut mendengar permintaan tersebut.
"Nggak ada neng. Di penjara saya kalo jual kxntol balado." jawab Siti-pemilik warung dengan dahi mengkerut serta tatapan judes.
Gadis yang kini menjadi pusat perhatinya memukul kecil bibirnya. "Maaf typo, maksud aku beli ikan tongkol teh." pintanya.
"Bjir, typo-nya Mona kxntol mulu." kata Jufry yang sedang makan di warung itu.
"Pasti dah disodorin manuk-nya Koko." kata Arhan.
"Berapa?" tanya Siti.
"Satu porsi, berapa ya?" tanya balik Mona sambil menghitung uang dari saku celana jeans-nya.
"Lima belas rebu kalo pake nasi."
"Oke, satu teh."
Siti membungkus pesanannya menggunakkan kertas bungkus. Lalu ia memberikan bungkusan nasi itu kepada Mona bersamaan dengan Mona membayarnya dengan selembar uang berwarna hijau. "Makasih ya teh." ucapnya lalu pergi tanpa mengambil kembalinya.
"Lah kembaliannya belum neng!" seru Siti namun tidak sampai karena gadis itu keburu pergi jauh.
Suara motor mio karbu berwarna merah muda dikendarai oleh dua perempuan SMA penjual donat berhenti di depan gerobak bakso Yanto. "Abang ambil setoran!" teriak Roro.
"Orangnya makan siang neng," sahut supir angkot yang duduk di kursi gerobak es kelapa sambil nyebat rokok mahalnya.
"Ih mesti deh," sebal Roro lalu mengajak Una duduk disamping supir angkot itu.
"Mau es kelapa?" tawar Mursid pada gadis berambut pendek disamping Roro.
"Es Kepala? Serem atuh a." jawab Una lugu.
"Ke la pa neng," Mursid mengejanya dengan pelan sambil menyodorkan gelas berisi es kelapa kepadanya. "Ini minum aja."