Setiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya.
Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading
Jangan lupa vote dan komen
🫘🫘🫘
"Sof, pijetin gue."
Suara panggilan Tono baru saja masuk, setelah tiga hari tak pulang. Istrinya—Sofya yang sedang memasak di dapur, mematikan kompornya terlebih dahulu sebelum mendatangi suaminya yang baru pulang.
"Abang! Kakak! Makanannya udah siap tinggal ambil sendiri-sendiri aja." panggil Sofya pada anak-anaknya yang ada di dalam kamar.
"Sofya!" panggil Tono berteriak, bak tidak sabaran.
"Iya Tono, bentar elah. Tangan sama kaki gue cuma sepasang," jawab Sofya melangkah mke dalam.
"Pijitin cepet!"
Sofya menghela napas, lalu mulai mengurut bahunya dengan lembut. Tapi belum lama tangannya bekerja, Tono tiba-tiba menggerakkan bahunya dengan kasar, membuat Sofya tersentak.
"Pelan, dong!" bentaknya tiba-tiba.
Sofya terdiam, keningnya mengkerut. Baru saja ia ingin membantu, tapi Tono malah membentaknya.
"Lu kenapa sih?" tanyanya mencoba akrab seperti biasanya, ia mencoba memahami suaminya itu yang mulai marah-marah tidak jelas.
Tono bangkit duduk, wajahnya semakin kusut. "Kenapa? Gue capek, Sof! Kerja siang malem buat kebutuhan anak kita dan keluarga, tapi lu malah dipanggil suruh mijetin aja lelet!"
Sofya menatap suaminya dengan bingung. "Lelet kata lu? Gue juga kerja demi menghidupi keluarga, Ton."
Tono mendengus kasar. "Tapi gue kepalanya!"
"Terus gue apa? Bokongnya begitu?"
"Terserah, Lu jadi istri gak ada pengertiannya. Intinya gue lagi capek kerja."
"Kerja jadi pemborong tukang, hah?" tanya Sofya.
"Tau darimana lu?" tanya balik Tono.
"Diri sendiri." jawab Sofya dingin, matanya menatap tajam ke arah Tono. "Gue ini istrim lu, Tono, pastinya gue kudunya tau kerjaan suami gue apa! Terlebih lu udah dibayar 20 juta, kemana duitnya? Gue gak minta, gue cuma pengen lu kasih penjelasan."
Tono mengepalkan tangan, wajahnya memerah karena emosi yang tertahan. "Sofya, jangan bikin gue tambah emosi!"
Sofya malah melangkah maju, menantang. "Kalau lu nggak bisa jawab, berarti gue bener! Lu lagi nyembunyiin sesuatu dari gue!"
"Lu selingkuh sama siapa lagi?" tanya Sofya dengan nada rendah.
Tono terdiam, dadanya naik turun menahan gejolak di dalam dirinya. Ia ingin membalas lagi, ingin mengusir Sofya dari pikirannya yang berkecamuk. Tapi mata istrinya penuh dengan api yang sama seperti dirinya—keras, tak mau kalah, dan tak bisa ditundukkan hanya dengan teriakan atau bentakan.