"Ngapain cil?" tanya Tono melihat keponakannya yang paling bontot sedang menyapu halaman rumah menggunakkan sapu korek dengan diawasi laki-laki bertato di teras rumah.
Pitaloka menghela nafas panjang sambil meniup poninya sebal. "Kamu nda mata? Lihat! Pelinses sedang dikelja lodi oleh dia!" sentaknya menunjuk ayahnya.
Tono menghampirinya sambil membenarkan pexi hitam yang menutupi rambut kepalanya. "Lu apain Ko?"
"Gue kasih pelajaran habis mecahin jendela kamar noh," jawab Koko menunjuk jendela kamarnya yang pecah.
"Tumben gak ngeberontak?"
"Habis gue banting tabloidnya, sama gue ancem mau gue tinggal ke mall langsung nurut."
"Pamali loh nyapu malem-malem nanti ada setan." ucap Tono menakut-nakuti keponakannya itu.
Pitaloka memberikan sapunya kepada pamannya. "Yasudah kalo begitu selesai menyapu na."
"Nggak, masih banyak daun kering." jawab Koko memberikan kembali sapunya pada putrinya.
"Kamu ya!" seru Pitaloka menunjuk ayahnya.
"Apa?" tanya Koko melawan putrinya.
Pitaloka tersenyum lalu memberi love sign menggunakkan dua tangannya. "Pwease baba, i wop yu..."
"Nggak denger," ucap Koko memalingkan pandangannya.
Seketika Pitaloka jadi cemberut sambil bersedekap tangan di dada, ia mengambil sapunya lalu melanjutkan kegiatan menyapu lagi.
"Lu nggak ikut teraweh malem pertama?" tanya Tono.
"Nggak, dibilang gue lagi ngehukum Tata. Belum sempet mandi besar juga soalnya Tata habis mecahin kaca langsung lari kabur sampe nyusruk ke kebon tomatnya Arhan." jawab Koko.
"Oh pantes di lututnya ada plester dino ternyata habis nyusruk. Nangis gak?"
"Gak, malah langsung diem. Heran ini bocah gak ada nangis-nangisnya kalo jatuh, nangisnya pas kangen sama ditinggal ibunya doang."
"Arhan tadi di halaman juga sampe heran bantuin nolongin Tata, kenapa tuh bocah gak nangis malah diem." ceritanya membuat Tono manggut-manggut.
"Mertua lu mana?"
Koko menaikkan satu alisnya menatap curiga kakak iparnya itu. "Mau diembat juga neneknya Tata sama Gaga?"
"Kaga lah, gue cuma mau liat aja. Tua-tua seger, enak dipandang." jawab Tono.
"Di dalem lagi istirahat habis bikin bolu panggang. Kalo mau nyobain sok masuk aja," kata Koko mempersilahkan kakak iparnya masuk ke dalam rumahnya.
Tono masuk ke dalam rumah adik iparnya tersebut, ia melihat ibu mertua Koko sedang duduk di sofa ruang tengah sambil menyisiri rambut Kalingga. "Oma kenapa nda puasa juga?" tanya Kalingga.
"Oma non muslim sayang," jawab Devinta lembut.
"Loh ngapain kesini beh?" tanya Mona yang duduk diatas karpet sambil mengelus kucingnya melihat kedatangan Tono.
Decinta jadi menoleh kearah yang disapa putrinya, ternyata ada suami Sofya.
Tono menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Mau nyoba bolu katanya Koko boleh diicip."
"Ambil saja diatas meja di dalam kotak putih untuk kamu dan sekeluarga," jawab Devinta menunjuk kotak kue berwarna putih diatas meja makan.
"Wah makasih, rejeki sebelum bulan puasa." kata Tono membawanya lalu berpamitan pulang darisana. "Gak salah mampir ke rumah Koko, pasti ayang seneng nih kalo dibawain bolu." gumamnya sambil mengendarai motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
ФанфикшнSetiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
