🔞MATURE CONTENT - ADULT ROMANCE🔞
[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!]
"Apa yang kau lakukan?!" Retha berbisik garang, suaranya terdengar serak saat jari-jari Alan menepikan dalamannya di bawah meja.
Lelaki itu memperhatikan teman...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOTC: Love You With All My Heart - Crush
•••
Retha membuka lokernya dan menaruh buku mata kuliah yang baru saja digunakan, tangannya bergerak mengambil tas dan berjalan ke kantin untuk istirahat.
"Retha!"
Berbalik, Retha tersenyum saat melihat Denov berlari-lari kecil ke arahnya, perhatiannya tertuju pada kaki lelaki itu, "Bagaimana kakimu?"
"Sudah pulih." Denov mengikuti langkah Retha menuju kantin.
Retha menggumam, "Baguslah."
"Dimana Xander?" tanya Denov, mengingat kekasih Retha yang biasanya hampir selalu ada di sisi wanita itu.
"Dia.. ada kelas."
"Ah, begitu rupanya."
Saat keduanya melewati area yang lumayan sepi, tiba-tiba tangan Retha ditarik oleh seseorang. Denov refleks berbalik hendak menghentikan sebelum menyadari siapa pelakunya, bibirnya menyunggingkan senyum dan melanjutkan langkahnya sendirian dengan acuh.
Retha di sisi lain mengerang saat tubuhnya dipojokkan ke tembok, kedua matanya terbuka lebar setelah mengumpulkan kesadarannya, "Alan?!"
Lelaki itu mengerutkan alisnya, terlihat kesal. Wajahnya mendekat, "Kau menghindariku?"
"A-apa?" Retha menurunkan kepalanya sedikit demi sedikit, enggan bertemu pandang dengen netra gelap Alan yang seperti menusuknya.
"Jawab."
Suara berat itu membuat Retha menelan ludah gugup, "A-aku tidak tahu apa yang kau bicarakan." elaknya, membuang muka saat jaraknya dengan Alan tinggal beberapa senti lagi.
"Kenapa? Kau takut goyah?"
Biasanya Retha akan menertawakan kepercayaan diri Alan yang setinggi langit, namun detakan jantungnya seolah mengkhianati perasaannya, bibirnya kelu tidak sanggup menyangkal pertanyaan Alan.
Berhenti berdetak terlalu kencang! Pekik Retha di dalam hati, menyumpahi jantungnya yang tidak bisa diajak kerja sama.
Gelengan pelan Retha membuat Alan menaikkan sebelah alisnya, memperhatikan seksama hingga ke pergerakan terkecilnya sekalipun.
"Aku tahu kau tidak menjawabku kemarin, aku juga tahu apa artinya itu untukku," Alan terus berbicara, "Tapi apa itu berarti aku tidak boleh ada di sekitarmu lagi?"
Retha tetap tak bergeming saat suara Alan berubah, "Apa kau tahu bagaimana aku akhir-akhir ini? Aku tidak bisa tidur nyenyak, dan tak bisa menelan apapun. Setiap melihatmu menghindariku rasanya sakit sekali."