Ruangan ini sungguh membuatnya begitu merasa sangat muak. Suara bising yang dihasilkan oleh musik serta sorak senang para pengunjung begitu membuat dirinya merasa sangat jengah, tempat ini ternyata terlalu kotor untuk ia gunakan sebagai tempat penenang masalah yang hampir menghancurkan isi kepalanya.
Hanya cahaya remang serta lampu kerlap-kerlip yang menghiasi tempat ini, dengan lampu bulat yang terus berputar menghantarkan semua pada semarak gembira melupakan beban pikiran sejenak. Entahlah, namun lampu bulat berwarna silver itu begitu mengganggu untuk Pria tampan yang saat ini tidak ada hentinya menengguk Wine yang diberikan oleh Bartender.
Semua terfokus pada aksi erotis sang penari yang saat ini dengan lihat meliukan tubuhnya pada tiang, tentunya penari itu termasuk salah satu yang membuat tempat ini ramai. Disaat semua sibuk memilih wanita yang akan mereka pakai malam ini, Ia justru lebih tertarik untuk menghabiskan waktunya dengan terus menikmati Wine yang mulai membakar tenggorokkannya. Tidak peduli seberapa parah ia akan mabuk nantinya, kepalanya terasa seperti ingin pecah saat mengingat masalah yang ia hadapi sekarang ini.
˝Lebih baik kau tenangkan pikiranmu, bermalam dengan wanita murahan itu bisa membuat beban pikiranmu menjadi sedikit lebih tenang. Ayolah, jangan terlalu memikirkan wanita bodoh itu, ingat dia tidak ada disini sekarang. Nikmati waktumu untuk bersenang-senang˝
Masih terbayang bagaimana Orang itu mengucapkannya. Astaga, jika ia bertemu dengan Pria itu lagi maka tidak ada ampun baginya. Bermalam ditempat laknat ini ternyata semakin membuatnya merasa meledak, terlebih dengan gangguan beberapa wanita menjijikan yang terus merayunya. Ini yang terakhir kalinya, karna setelah ini ia tentu akan memilih untuk menenangkan pikirannya ditempat biasa ia pergi, Danau.
"Mau tambah minumannya tuan? Umm.. apa tidak sebaiknya tuan memilih salah satu dari wanita yang saat ini tengah di lelang di sana?, mereka semua adalah wanita yang paling terlaris setiap harinya."
Tidak peduli, Ya. Sama sekali tidak ia pedulikan.
Terlihat bagaimana ia mulai menghela napas beratnya, tatapan matanya dingin hingga ia akhirnya berhasil membuat Bartender itu bungkam. Dengan cepat ia beranjak dan tentu tidak lupa membawa kembali Jas hitam yang sempat ia pakai.
Awal perkenalan, Nama pria yang sekarang sedang mabuk itu adalah Iqbaal Dhiafakhri seorang CEO disalah satu perusahaan ternama. Iqbaal bukanlah pria biasa, melainkan pria yang luar biasa. Dengan wajah yang dianugrahi tampan serta kehidupan yang mapan membuat Iqbaal tentu menjadi incaran banyak perempuan diluar sana. Pengalaman Iqbaal dengan percintaan terbilang sangat minim karena tepat diusia Iqbaal yang ke 23 Tahun Iqbaal masih belum pernah menjalin hubungan serius dengan banyak perempuan. Entahlah, mungkin karna Iqbaal hanya ingin fokus dengan semua pekerjannya.
Baru saja Iqbaal ingin pergi meninggalkan tempat laknat ini, tiba-tiba beberapa wanita tidak tahu diri datang dengan begitu santainya. "Jangan pulang dulu Tampan, aku bisa buat kamu puas malam ini. Please malam ini aku yang temenin kamu ya."
Wanita itu terlihat seperti anjing yang menginginkan sebuah tulang, begitu menggelikan."Maaf." Dengan sedikit kasar Iqbaal menolak sentuhan yang diberikan wanita itu membuat raut kecewa terlihat di wajah wanita itu. Tidak butuh waktu lama hingga Iqbaal kemudian melangkah pergi meninggalkan tempat laknat ini.
"Aku hamil baal. "
Iqbaal menggertakan giginya kemudian berdecak saat mengingat kembali pernyataan yang membuatnya merasa jengah itu. Iqbaal masih tidak bisa percaya jika dalam waktu kurang dari satu minggu, benihnya telah membuahkan hasil dan Iqbaal sama sekali tidak menginginkan itu.
"Tcih."
Iqbaal berdecih setelah masuk ke dalam mobilnya. Dengan napas tergesa Iqbaal mengacak gusar rambutnya kemudian menanggalkan beberapa kancing kemejanya, malam ini terasa sangat menyiksa untuknya. Iqbaal tidak hentinya merutuki kebodohan yang ia perbuat, seharusnya tidak perlu sampai membuahkan hasil seperti ini karena akan sangat merepotkan untuk kedepannya.
"Shit!"
******
Tidak seharusnya aku menangis seperti ini. Aku harus bisa menahan semua rasa perih yang saat ini menyelubung hatiku, aku harus mampu bertahan demi malaikat kecilku.
Aku bukan lagi perempuan yang harus terus bersikap lemah, aku tidak mungkin membiarkan bayiku menderita setelah ia lahir nanti. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri jika aku sampai membuat bayiku terlahir dalam penderitaan yang tidak berujung.
Tuhan, tolong lindungi aku, jaga kami berdua dalam rengkuhanmu. Berikan aku kesabaran untuk menerima semua penolakan yang Pria biadab itu lakukan, tolong jangan libatkan bayiku dalam penderitaan ini.
Lindungi aku Tuhan, bantu aku untuk menggapai kebahagiaan yang seharusnya menjadi miliku.
Jangan lagi ada airmata, aku benci menangis. Aku ingin terus tersenyum sekalipun ia terus menolak, sehina apapun aku dimatanya. Namun, aku tetaplah wanita yang sudah menanggung dosa-dosanya. Dia harus bertanggung jawab, Iqbaal adalah ayah dari bayiku.Dengan senyum yang terukir tipis begitu menandakan bagaimana rasa sakit itu mampu ia tahan dalam perasannya. Tidak ada lagi yang perlu ia tetus tangisi sekalipun Iqbaal masih terus menolak dirinya.
(Namakamu) Arsela awalnya hanya gadis lugu yang Iqbaal jumpai disebuah taman. Saat itu, (Namakamu) begitu bodoh mempercayai Iqbaal dan mengikuti apapun yang Iqbaal inginkan hingga sekarang tentu penyesalan yang menjadi akhir dari semuanya.
"Kamu akan tetap punya ayah , karena bunda janji disaat kamu lahir nanti, Ayah ada untuk memeluk kamu, jangan takut karena bunda selalu berusaha supaya ayah bisa terima kehadiran kita berdua."
(Namakamu) berbicara pada jabang bayinya, setidaknya tidak begitu terdengar konyol. Hampir setiap waktu, (Namakamu) selalu memanjakan jabang bayinya dengan semua ucapan yang tentunya (Namakamu) buat demi menenangkan dirinya sendiri.
"Besok, bunda akan coba untuk kembali temuin ayah. semoga besok, ayah kamu bisa berubah."
Hanya sebuah harapan kecil yang setiap saat (Namakamu) inginkan, (Namakamu) hanya ingin Iqbaal bisa Mengakuinya hanya itu, tidak lebih.
___________________
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Please Save Me"
RomansaKehidupan kelam yang begitu menyelimuti hidupnya membuat Pria bermata hazel ini ingin segera mengakhiri hidupnya. Tanggung jawab sebagai seorang CEO sudah cukup membuatnya merasa jengah, terlebih dengan kejadian dimana ia begitu bodoh terjerumus dal...