Reefa kembali ke meja kerjanya setengah jam setelah kejadian. Dimitri masih berada dibalik meja kerjanya dan wajahnya datar tanpa ekspresi, seolah pelecehan yang ia lakukan tidak pernah terjadi.
Tanpa sedikitpun bersuara, Reefa kembali duduk dan mengerjakan semua tugasnya. Ruangan itu senyap, tidak ada lagi godaan yang sering dilontarkan oleh Dimitri. Walaupun beberapa hari yang lalu pelecehan pertama telah dilakukan, Dimitri masih bisa bercanda dengan Reefa... tapi kali ini tidak lagi. Setelah nama bekas atasannya yang sekaligus adalah ayah Reefa terucap dari bibir gadis itu, Dimitri kehilangan nyali. Rasa bersalah kembali menguasai pikirannya.
Sesekali Dimitri mencuri pandang pada wajah gadis itu, Reefa berusaha tidak peduli dan mengabaikan kehadirannya.
Dimitri tahu ia akan berjuang lebih keras kali ini dalam mendapatkan seorang perempuan, tapi kali ini ia tidak hanya menginginkan tubuh ataupun kehangatan sesaat... ia menginginkan Reefa seutuhnya untuk menjadi miliknya dan laki-laki bermata abu-abu itu yakin bahwa rasa ini akan bertahan untuk selamanya.
Ia jatuh cinta pada Reefa dan tenggelam dalam rasa ingin memiliki yang bisa membunuhnya pelan-pelan, karena ia tahu keinginan ini mustahil untuk terwujud.
***
"Pak, Ibu Ariadna menunggu Anda di luar." Reefa memberitahu kedatangan mantan tunangan Dimitri dengan sangat terpaksa, kalau tidak harus mengambil dokumen yang telah ditandatangani oleh laki-laki itu, Reefa mungkin tidak akan bicara padanya hingga jam kerja usai.
Dimitri mengangkat wajahnya dari buku tebal yang ia baca, menatap mata Reefa dan menemukan wajah gadis itu tetap dingin.
"Bilang saja aku akan menghadiri rapat, tidak bisa pulang bersama dia sekarang." Dimitri kembali mengalihkan perhatiannya kepada buku yang ia baca.
"Baik, Pak." Reefa mengambil dokumen dan segera mengantarkan dokumen itu ke ruang kerja direktur utama. Setelah ini gadis itu akan segera pulang, ia enggan untuk berlama-lama dengan Dimitri lagi. Besok ia akan meminta office boy untuk memindahkan mejanya ke luar ruangan.
Setelah Reefa keluar, Dimitri menghembuskan nafasnya keras-keras. Topeng yang ia pasang diwajahnya hancur begitu gadis itu menutup pintu ruang kerjanya. Ia menyesalkan apa yang telah ia lakukan kemarin, seharusnya ia lebih bisa menahan diri. Tingkahnya persis seperti remaja yang mengalami puber pertama dan tidak dapat menahan libido.
Tetapi di salah satu sisi, ia juga bersyukur karena dengan kejadian itu ia tahu apa yang telah disembunyikan Reefa. Gadis itu membencinya, ketika melihat tatapan mata Reefa setelah bibir manis itu ia pagut, Dimitri sadar bahwa selama ini Reefa tahu siapa dirinya dan menutupinya dengan usaha yang sangat keras.
Satu yang ia pahami saat ini, ia tidak akan pernah mendapatkan Reefa. Tak akan pernah...
***
Reefa menatap arlojinya bolak-balik, hampir satu jam ia menunggu di restoran Jepang ini. Tidak seperti biasanya Adith terlambat menemuinya. Lalu suara ponsel menyadarkannya, Reefa yakin itu adalah Adith yang memberi kabar.
Maaf Beb, aku nggak bisa datang. Rapat mendadak dengan boss sekarang, nggak tau kapan selesai.
Reefa menghela nafasnya, memandang satu porsi sushi yang sengaja ia pesan untuk Adith. Sebelum ia pergi dari tempat ini, ia mengangkat tangannya meminta pelayan membungkus sushi untuk dibawa pulang.
Ketika pelayan datang dan menanyakan tujuan Reefa memanggilnya, di luar perkiraan seseorang datang dan duduk di kursi yang berada di depannya.
"Pak William?"
Reefa mengerjap, terkejut. Ia tidak tahu sang Direktur Marketing berada di restoran yang sama dengannya.
Laki-laki itu mengangguk pada Reefa dan menyuruh pelayan untuk meninggalkan mereka berdua.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Lie
RomansaOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Highest Rank #5 in Romance (20122017) Apa yang akan kamu lakukan, ketika orang yang menghancurkan keluargamu, membu...