Malam setelah percintaan pertama kalinya dengan Dimitri, Reefa kembali terbangun untuk kedua kalinya dan kali ini karena perutnya merasa lapar. Ia mencoba memaksa tubuhnya untuk duduk, tapi astaga mengapa semua persendiannya terasa pegal, terutama pangkal pahanya sangat nyeri.
Reefa mengernyit dan meringis dalam waktu bersamaan. Kini ia duduk dan pelan-pelan menggeser tangan Dimitri yang masih memeluknya. Ketika kakinya menyentuh lantai, rasa nyeri itu membakar lagi.
Reefa menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri dan sedikit tersaruk ia memakai kimono, menuju kamar mandi. Setelah membersihkan diri, Reefa mengamati bayangan dirinya sendiri di depan cermin wastafel. Wajahnya lelah, tapi ia terlihat bahagia. Tadi sore ia telah menjernihkan beberapa kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dan Dimitri selama ini.
Reefa tersenyum, mengingat betapa lembutnya Dimitri padanya walaupun kelembutan itu menghasilkan beberapa noda merah kehitaman di beberapa bagian tubuhnya. Reefa menelusuri lehernya yang penuh bercak dan juga dadanya. Wajah Reefa memerah ketika ia melihat hasil yang Dimitri lakukan, yang ia cemaskan sekarang, bagaimana besok lusa ia akan pergi ke kantor dengan keadaan seperti ini?
"Mengapa memandangi kaca dengan sangat serius, Honey?" Tiba-tiba Dimitri sudah berada di belakang Reefa. Laki-laki itu mengenakan kimono tidur yang sama dengannya dan langsung memeluk istrinya dari belakang dan membenamkan wajahnya di leher Reefa.
Reefa terkikik geli, ia mencoba melepaskan pelukan Dimitri.
"Hmmm, aku suka seperti ini Reefa, diamlah sebentar. Aroma tubuhmu membuatku ketagihan." Suara Dimitri teredam dan terasa menggairahkan di tengkuk Reefa.
Reefa mengulurkan tangannya ke belakang, menepuk puncak kepala suaminya dengan sayang.
"Dimka, besok kita harus belanja syal atau kaos berleher tinggi untukku."
"Kenapa?"
"Coba, lihat apa yang kamu lakukan tadi siang." Reefa menengadahkan lehernya dan menyibak bagian depan kimononya, memperlihatkan pada Dimitri melalui kaca di depan mereka.
Dimitri menatap ke kaca dan melihat hasil 'prakarya' nya malam tadi. Ia terkekeh dan menelusuri leher Reefa dengan jemarinya.
"My Scarlett Honey..." Dimitri kembali bergairah, tangannya kembali bergerilya di balik kimono Reefa.
Reefa memutar matanya dan menepuk gemas tangan Dimitri yang semakin menuruni tubuhnya.
"Iya-iya. Aku mengerti, Honey." Dimitri mendesah sedikit kesal. Ia tahu Reefa tidak mungkin melayaninya lagi malam ini, tapi apa ia tidak boleh bermain-main sedikit dengan istrinya?
Lalu terdengar suara dari perut Reefa, membuat Dimitri tergelak. Ia jadi mengerti mengapa Reefa menjadi sangat judes ketika ia menggerayanginya. Laki-laki itu segera menggendong Reefa di punggungnya, membuat istrinya terkejut dan sedikit terpekik. Ternyata Dimitri menurunkan Reefa kembali ke tempat tidur mereka dan membuat Reefa merasa was-was.
"Tuan Putri sepertinya sangat lapar. Tunggu sebentar, aku akan membuatkan sesuatu yang spesial untukmu," ucap Dimitri penuh gaya, ia menirukan gerakan pelayan dan segera menghilang dari hadapan Reefa.
Tidak sampai lima menit, Dimitri kembali dengan membawa baki yang ditutup dengan tudung saji stainless steel. Reefa mengendus, rasanya ia mengenal bau makanan yang dibawa suaminya. Tapi tidak mungkin...
Dimitri membuka tudung saji dan dua cup mie instan terlihat di atas baki. Lalu dengan kembali penuh gaya, ia memberikan mie cup instan kepada Reefa. Laki-laki itu nyengir lebar.
Mata Reefa membesar lalu tertawa terpingkal-pingkal sampai perutnya terasa sakit. Ia masih belum memgambil mie cup dari tangan Dimitri dan laki-laki itu mengerjapkan mata padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Lie
RomanceOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Highest Rank #5 in Romance (20122017) Apa yang akan kamu lakukan, ketika orang yang menghancurkan keluargamu, membu...