Sikap Reefa semakin manis pada Dimitri, gadis itu tidak menolak sentuhan ringan atau ciuman selamat malam di keningnya dari Dimitri lagi. Semua yang terjadi membuat asa Dimitri melambung dan mengharapkan lebih pada Reefa. Dimitri belajar untuk menahan hasrat dan juga tidak mengajukan lamaran lagi pada Reefa. Ia akan bersabar hingga Reefa membuka diri sepenuhnya pada Dimitri. Laki-laki itu yakin suatu saat nanti Reefa akan menyadari betapa besar rasa cintanya pada gadis itu dan ia sanggup melakukan apa saja untuk Reefa.
Setelah hampir dua minggu hidup bersama Dimitri, Reefa merasa sangat nyaman dengan keberadaan Dimitri. Ia bisa melihat kehidupan pribadi Dimitri tidaklah seglamour yang ia lihat di televisi atau ia bayangkan selama ini. Dimitri memang tipe laki-laki rumahan. Ia lebih suka berbelanja bahan pangan organik dan memasak bersama dengan Reefa daripada makan di restoran mewah. Laki laki itu juga lebih memilih menghabiskan waktunya menonton film box office di televisi dengan Reefa di apartemen, berbagi selimut bersama dan saling mengaitkan kaki. Dan Dimitri adalah pecinta coklat atau susu panas sebelum tidur. Wine, bir, ataupun minum beralkohol lainnya yang paling ringan sekalipun tidak pernah ada dalam daftar minuman favoritnya. Kadang ia terpaksa menenggak wine di acara-acara resmi demi sopan-santun dan juga pergaulan.
Malam ini Dimitri kembali membawa DVD film box office dan meminta Reefa untuk menemaninya. Tetapi sebelum itu, Reefa mengingatkan Dimitri untuk mengganti kain kasa sesuai dengan instruksi dokter. Setelah beberapa kali mengganti kain kasa di rumah sakit, pada penggantian terakhir dapat dilakukan sendiri di rumah dan Reefa sudah diajarkan para suster untuk mengganti kain kasa.
Reefa menyiapkan betadine dan kain kasa pengganti dan juga gunting yang telah disteril sebelumnya. Lalu ia meminta Dimitri untuk duduk disampingnya.
"Tidak terasa sudah dua minggu dari kejadian itu,"ucap Dimitri sambil duduk membelakangi Reefa, sementara Reefa setengah duduk di sofa, bertumpu dengan lutut supaya bisa menjangkau kepala Dimitri.
"Yup. Omong-omong, Adith tidak pernah menelponku lagi." Reefa mulai menggunting kain kasa dan plester di kepala Dimitri.
Dimitri diam, ia memikirkan kejadian di brasserie waktu itu. Dia juga mengancam mantan tunangan Reefa dengan menyebut bahwa ia berteman baik dengan direktur SDM tempat Adith bekerja dan juga menyebutkan sejumlah petinggi kepolisian sebagai temannya. Dimitri mengakui ia sedikit kurang jantan, tapi apa boleh buat. Ia tidak ingin nyawa Reefa dan juga dirinya terancam. Kalau menuruti emosinya, Dimitri bisa memenjarakan Adith saat itu juga dengan bukti yang dipegang Reefa.
"Hm, lukanya terlihat sudah kering, Dimka. Dokter juga mengatakan kalau sudah dua minggu, luka kering dan tidak perlu dipasang kain kasa lagi."
"Oke, tidak usah dipasang kain kasanya." Dimitri nyengir, ia sudah lelah dengan pertanyaan orang-orang mengenai sebab luka yang ada di kepalanya dan membayangkan sebentar lagi akan terbebas dari perban membuat laki-laki merasa lega.
Mata Reefa menyipit lalu ia tergelak, ia menahan bahu Dimitri agar tidak bergeser dari tempat duduknya. Dimitri mengenyit, apa yang membuat Reefa tertawa.
"Dimka, kamu mempunyai pitak berdiameter 4 senti berbentuk bulat sempurna."
"Apa?"
Reefa segera mengambil ponselnya dan memotret bekas luka Dimitri yang meninggalkan bekas yang cukup mencolok, lalu ia memberikan ponselnya pada Dimitri. Mata laki-laki itu membesar, ia tidak pernah memikirkan akibat dari luka di kepalanya akan sangat memalukan seperti ini.
Tawa Reefa semakin keras, geli melihat tampang Dimitri yang terkejut sekaligus panik.
"Aku akan memanggilmu Dimtak saja. Lebih cocok," kata Reefa di sela tawanya.
"Dimtak?"
"Dimitri Pitak." Setelah melontarkan ejekan yang sangat kekanakan, Reefa menghempaskan dirinya ke sofa bed. Tawanya tidak bisa ia kontrol sama sekali kali ini.
Dimitri menggeram kesal, gemas dengan Reefa yang menertawakannya. Bagaimana gadis ini tidak punya hati, ia cemas dengan penampilannya sementara Reefa seperti menikmati kebingungannya. Laki-laki itu seketika meloncat ke sofa bed, mengurung Reefa dengan tubuhnya yang tegap. Kedua tangan Reefa ia tahan dengan satu tangannya di atas kepala.
"Masih ingin meledekku, Nona Kecil?" bisiknya lembut, matanya menatap Reefa mengancam. Wajah mereka berdua hanya berjarak beberapa senti.
Reefa nyengir lebar."Aw, aku takut, Dimtak."
Geraman kembali keluar dari tenggorokan, lalu ia menutup bibir Reefa dengan bibirnya. Reefa menahan nafas, merasakan keras dan panasnya bibir laki-laki. Saat itu Dimitri sadar, kalau ia tidak menghentikan apa yang ia lakukan, ia tidak akan bisa berhenti sama sekali. Laki-laki itu menarik napasnya, lalu ia mengecup kening Reefa.
"Maafkan aku." Dimitri segera menarik dirinya, lalu ia duduk di pinggir sofa.
Reefa mengembuskan napas lega, ia tahu kalau kali ini Dimitri meminta lebih darinya... akan ia lakukan hal itu. Kemudian gadis itu menoleh ke samping, menatap punggung Dimitri yang terlihat menyesal. Reefa bangun dari posisi berbaring, kemudian berjalan dengan lututnya mendekati Dimitri.
"Maafkan aku yang tidak bisa menjaga sikap." Kedua lengan Reefa merengkuh leher Dimitri dari belakang, ia membenamkan wajahnya di bahu laki-laki itu.
Dimitri terkekeh,"Memancingku lagi, Reefa?"
Reefa menggeleng di bahu Dimitri, masih bermanja-manja pada laki-laki yang pernah ia sangat benci.
"Kamu membangunkan macan yang tidur kalau bersikap begini."
"Macan? Kalau kamu sih macan cisewu, Dimka." Reefa kembali terkekeh. Tapi ia segera menutup mulutnya, tidak ingin Dimitri melakukan hal tadi akibat dari ejekan kekanakannya.
"Apa itu macan cisewu?" Dimitri curiga, sepertinya gadis ini meledeknya kembali.
"Cari sendiri di Google.Hmmm.. tapi lupakan saja." Reefa memejamkan mata dan menghidu aroma aftershave laki-laki itu yang masih tertinggal di wajahnya. Sesungguhnya, Reefa merindukan pelukan seorang laki-laki yang memberikan rasa aman padanya yang tak pernah ia dapat semenjak kematian sang ayah. Sementara Dimitri menarik napas frustasi, bertanya pada diri sendiri mengapa Reefa sangat tidak peka. Ia menghindar dan menarik diri karena tidak ingin tergoda tetapi gadis ini malah memancing hasratnya.
"Hentikan Reefa. Kalau seperti ini terus, jangan salahkan aku kalau aku menyerangmu."
Reefa tersenyum, lalu ia melepaskan pelukannya dari leher Dimitri. Tanpa Dimitri kira,gadis itu mengecup bekas luka di kepalanya lembut.
"Terima kasih untuk semuanya, Dimka. Untuk perlindunganmu, kasih sayangmu, cintamu dan komitmenmu untuk menjaga kehormatanku ," ucap Reefa lirih.
Dimitri kembali memejamkan matanya dan menarik napas kembali. Hatinya terasa hangat karena pengakuan Reefa.
"Reefa." Laki-laki itu menahan kedua tangan Reefa yang masih berada di bahunya
"Ya?"
Dimitri berbalik, menatap wajah Reefa penuh penghargaan."Kamu lebih dari itu. Aku berjanji untuk memantaskan diriku untukmu."
Reefa memandang Dimitri lembut dan menemukan kesungguhan di mata laki-laki itu. Mungkin, ia telah menemukan belahan jiwanya, separuh dirinya dari dalam diri Dimitri.
***
Halo lovely readers...
Ya ampunn kok ga berenti2 ya buat adegan romantis receh kayak gini. Mana komitmen saya kemariiinn? Wkwkwkwk
Btw, segini aja ya, saya lagi ga enak badan karena deadline kerjaan. Tidur 3 hari Cuma 4 jam. Alhasil badan ringsek dan kena flu.
Tinggalkan vote dan komen yaaa...
With love,
VLeeRhysMancini
![](https://img.wattpad.com/cover/14559041-288-k80387.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Lie
RomanceOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Highest Rank #5 in Romance (20122017) Apa yang akan kamu lakukan, ketika orang yang menghancurkan keluargamu, membu...