Part 5: Approach

18.7K 2.2K 56
                                    

Dimitri sangat bersyukur karena pada malam ketika ia tanpa sadar mengecup puncak kepala Reefa, ia dihubungi oleh Komisaris Utama untuk mendampingi menghadiri peresmian kantor cabang utama di salah satu kota di pulau Sumatera selama dua hari.

Setidaknya dalam waktu dua hari aku bisa berpikir lebih jernih tanpa kehadiran gadis kecil itu.

Tetapi cengiran khas laki-laki itu seketika lenyap, ketika pagi ini ia melihat bungkusan plastik transparan yang berisi jas yang ia pakaikan pada Reefa yang sedang tertidur dua hari yang lalu.

Dimitri membuka plastik yang membungkus jas itu dengan hati-hati, wangi yang sama dengan wangi tubuh Reefa menguar dari sana, menggelitik hasratnya.

Sialan!

Dimitri mengumpat. Ia lupa kalau telah menyampirkan jasnya pada tubuh mungil Reefa. Hal itu menjadi bukti nyata kalau ia sangat memperhatikan gadis itu dan membuatnya tahu dengan kenyataan yang ada.

Mata Dimitri segera mencari sosok tubuh Reefa, tetapi gadis itu tidak ia temukan di kursi kerjanya. Tas dan PC telah menyala, tanda bahwa gadis itu telah datang. Dimitri berpikir mungkin Reefa sedang makan pagi dengan beberapa temannya.

***

"Reef, gimana rasanya satu ruangan sama Pak Dimi yang ganteng banget?" Anindita yang biasa dipanggil Dita terkikik geli. Dita adalah satu-satunya orang yang bisa ia sebut dengan teman, karena kesibukannya membuatnya tidak bisa bergaul dengan teman-teman satu angkatan OJT nya.

"Biasa aja, Dit. Ganteng sih  tapi ya gitu..." Reefa hanya mengaduk mie ayam yang ia pesan, setelah beberapa suap ia tidak berselera makan lagi. Masalah yang ia hadapi membuat nafsu makannya hilang. Adith semakin jarang menghubunginya, biasanya laki-laki itu bisa menelpon atau mengirim pesan singkat padannya empat kali sehari, sekarang satu kali pun sudah bagus.

"Begitu gimana? Dingin? Hottie Dimi memang dingin, tapi hot cyiin..." Dita kembali tertawa.

"What? Hottie Dimi? Julukan macam apa itu?" Reefa mengernyit jijik dan membuat Dita makin terpingkal-pingkal.

"Reefa-Reefa, baru kali ini, lho, aku nemui orang, cewek pula, yang nggak tertarik dengan Pak Dimitri sama sekali." Dita memajukan tubuhnya, berbisik dengan nada bersekongkol. "Pak Dimi itu fansnya banyak, dari perempuan sampai laki-laki. Jajaran tim marketing di lantai sepuluh yang jari kelingkingnya pada ngetril itu fans Pak Dimi semua."

Reefa menaikkan alisnya dan nyengir, Dita tentu saja tidak tahu faktor apa yang menyebabkan ia tidak tertarik dengan Dimitri dan tentu saja tidak boleh seorangpun tahu.

"Tahu nggak, Pak Dimi dulu punya tunangan. Tapi pertunangan mereka putus nggak tahu putusnya karena apa." Dita memberikan informasi tanpa diminta, sedangkan Reefa hanya mengangguk.

"Kamu tahu nggak mantan tunangannya, si model terkenal Ariadna."

Reefa menaikkan alisnya tinggi-tinggi kembali. Beberapa minggu yang lalu ia dan Adith bertemu Dimitri di restoran hotel dengan Carol, salah satu model papan atas yang merupakan sahabat akrab Ariadna apabila menurut berita di infotainment. Dan terlihat jelas Dimitri dan Carol berasyik masyuk di dalam restoran itu, dipastikan hubungan mereka lebih dari sekedar teman.

What a player!

Reefa menggelengkan kepalanya, merasa takjub dengan apa yang baru ia ketahui.

***

Reefa melihat Dimitri telah duduk di belakang meja kerjanya, gadis itu berusaha bersikap sopan selama dalam batas toleransinya pada laki-laki itu. Ia juga mengingat sikap Dimitri yang baik ketika ia tertidur masih dalam jam kerja di ruangan ini.

A Perfect LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang