"Menginap di apartemen Anda?" Reefa mengulangi pernyataan Dimitri, ia masih tidak percaya dengan penawaran itu. Apa laki-laki itu tidak ingat dengan apa yang hampir terjadi di antara mereka ketika berada di Jogja?
Dimitri nyengir, menggaruk bagian belakang telinganya."Terserah padamu. Paling tidak untuk malam ini saja atau kamu punya tempat lain?"
Reefa terdiam, ia tahu dia tidak punya pilihan terbaik selain apa yang ditawarkan Dimitri. Gadis itu tidak memiliki teman dekat dan juga uang yang dimilikinya saat ini hampir habis karena membayar denda WO akibat pembatalan pernikahannya.
Apa yang kamu pikirkan Reefa? Ambil saja tawarannya. Lanjutkan rencanamu.
Reefa mengembuskan napas, masih memikirkan semua sisi positif dan negatifnya. Ia menggigit bibir dan mendesah.
"Baik. Saya akan menginap di tempat Anda."
Dimitri mengerjapkan mata, rasanya tidak percaya Reefa menerima sarannya. Laki-laki itu hampir tersenyum lebar, tapi ia menahan cengiran konyolnya. Tidak ingin terlihat tolol di depan gadis itu.
"Oke. Kemasi pakaian dan keperluanmu. Aku tunggu sekarang."
Reefa mengangguk, segera berdiri dan menuju kamarnya. Tetapi langkahnya terhenti, ia menoleh ke pojok ruangan, ke arah pisau milik Adith yang tergeletak dan sedikit berlumur darah Dimitri.
"Oh iya, luka Anda tidak apa-apa?" Reefa menoleh ke belakang, bertanya pada laki-laki itu.
Dimitri mengangkat tangannya. "Tidak apa, hanya tergores sedikit."
"Butuh alkohol?"
"Boleh. Tapi biar aku sendiri yang mengurusnya. Aku tidak ingin kamu mengguyur tanganku kembali dengan tidak manusiawi." Dimitri tersenyum lebar.
Reefa sedikit tergelak, lalu menghilang ke bagian belakang rumah kemudian muncul membawa sebotol alkohol, kapas, dan kantong plastik bening kedap udara. Botol alkohol dan kapas diberikan pada Dimitri lalu ia membawa kantong plastik ke pojok ruang tamu. Dimitri mengerutkan keningnya melihat tindakan Reefa. Lalu gadis itu mengeluarkan tisu dan melapisi tangannya, mengambil pisau itu dan memasukkannya ke dalam plastik.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Mengamankan barang bukti. Kita dapat melakukan apa saja terhadap mantan tunangan saya. Melaporkannya pada polisi atau sekedar mengancamnya dengan barang bukti yang bersih."
Senyum Dimitri memudar mendengar apa yang diucapkan Reefa, meyadari gadis ini sedikit menakutkan. Ia baru mengetahui sisi pribadi Reefa yang berbeda.
"Kamu terlihat seperti salah satu tokoh di Criminal Minds." Dimitri menggeleng lalu membersihkan lukanya dengan alkohol yang diberikan Reefa.
Kata-kata Dimitri hanya dibalas tawa kecil dari Reefa, ia kembali ke kamarnya dan mengambil sejumlah pakaian. Ketika melipat pakaian, Reefa berpikir sebaiknya dia harus lebih berhati-hati dalam bertindak kelak. Ia tidak ingin Dimitri menyadari bagian dirinya yang lain, bagian yang selalu terobsesi dengan semua potongan kertas koran mengenai korupsi ayahnya, semua hal mengenai Dimitri termasuk pribadi laki-laki itu yang ditempel memenuhi dinding kamar tidurnya dari sepuluh tahun yang lalu hingga saat ini.
***
"Silahkan pilih kamar yang kamu sukai, Reefa." Dimitri menunjukkan kamar yang kosong padanya. Reefa sedikit menganga melihat kemewahan apartemen Dimitri yang ditata dengan gaya minimalis. Apartemen seluas 90 meter persegi ini tidak pantas dimiliki seorang bujangan.
"Saya ingin kamar yang kamar mandinya ada di dalam."
Dimitri mengangkat alisnya. "OK, artinya kamu ingin kamar utama. Silahkan." Dimitri membuka pintu dan mereka memasuki ruangan seluas 20 meter persegi yang didominasi dengan warna abu-abu dan putih. Sejumlah pakaian lelaki tergantung di dinding serta foto-foto Dimitri dengan keluarga ataupun koleganya menghiasi dinding dan bufet di samping tempat tidur
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Lie
RomanceOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Highest Rank #5 in Romance (20122017) Apa yang akan kamu lakukan, ketika orang yang menghancurkan keluargamu, membu...