Part 3b: Lust or Love?

22.6K 2.2K 32
                                    

Satu minggu mengikuti OJT membuat Reefa lelah baik dari fisik maupun mental, dan juga jadwal OJT yang begitu padat memaksanya untuk tetap fit dalam lima hari kerja. Reefa berpikir bagus juga untuk tidak bertemu Pak Direktur 'Sombong' Dimitri Syahdinubrata dalam satu minggu, sepertinya berada di dekat laki-laki itu membuat Reefa ingin membunuh Dimitri karena wajah dan tingkah laku angkuhnya.

Apalagi ditambah peristiwa pertemuan dirinya dan Dimitri di salah satu restoran hotel bintang lima, kejadian itu sampai sekarang membuat bulu kuduk Reefa meremang dan tatapan Dimitri tidak bisa lepas dari ingatannya.

Dan bisa-bisanya laki-laki itu bersikap biasa saja ketika bertemu esok pagi, ketika aku sedang membereskan meja untuk persiapan OJT.

Reefa menghela napas berat, gadis itu menekuri meja kerjanya yang masih bersih, sayangnya jadwal OJTnya telah berakhir dan artinya ia harus bertemu dengan atasannya itu hari ini, pagi ini dan...

Detik ini!

Suara sepatu pantofel terdengar, Reefa tahu itu adalah Dimitri yang sedang menuju ke ruangannya.

"Selamat pagi, Reefa." Dimitri muncul dengan wajah datarnya, tidak ada senyum ataupun tatapan hangat yang ia lihat seperti saat terakhir mereka bertemu seminggu yang lalu.

"Selamat pagi, Pak." Reefa mengangguk, tersenyum profesional.

"OJT sudah berakhir, huh? Dan hari ini kamu bekerja seperti biasa kembali. Saya harap kamu dapat mengaplikasikan ilmu yang kamu dapat selama satu minggu."

"Baik, Pak." Reefa menjawab singkat, ia bertekad akan bersikap sama tidak acuhnya seperti Dimitri.

Dimitri berbicara sambil lalu pada Reefa, hanya sekilas menatap gadis itu dan langsung memasuki ruang kerjanya dan menutup pintu.

Reefa menghembuskan nafasnya kembali, sikap Dimitri membuatnya bingung. Sekarang, laki-laki itu bertingkah sama seperti mereka pertama kali bertemu, cenderung tidak peduli dan sedikit terkesan merendahkan Reefa.

Tapi itu lebih baik, ia lebih suka apabila Dimitri bersikap seperti ini. Karena lebih memudahkan ia untuk mengatur rencananya. Apabila laki-laki itu bersikap ramah atau bersikap aneh, Reefa akan merasa sulit untuk melakukan semuanya... karena sejujurnya masih tersisa rasa ragu dan sedikit nurani di hati Reefa.

***

Dimitri memandang pintu ruang kerjanya, di balik jati mewah yang telah dipelitur halus itu keberadaan Reefa dapat ia rasakan. Suara keyboard PC yang mengalun dan sesekali suara kursi yang digeser menandakan gadis itu sedang beraktifitas terdengar jelas di telinganya.

Ia sangat merindukan Reefa, satu minggu tidak bertemu gadis itu membuatnya gelisah. Sebetulnya ia dapat mendatangi Reefa di tiap divisi tempat ia melaksanakan OJT, tapi ide konyol itu ditepisnya seketika.

Dimitri tidak ingin satu tindakan bodohnya membuat ia makin tenggelam dalam ketidakwarasan dan juga tindakan itu makin menguatkan gosip yang telah santer beredar bahwa ia tergila-gila pada Reefa.

Tapi kehadiran gadis itu pagi ini makin menguatkan rasa itu... rasa yang muncul setelah ia selalu bermimpi erotis tentang Reefa hampir di tiap malam kesendiriannya. Kehadiran gadis itu telah membuat dirinya kacau. Dimitri tidak bisa bercinta dengan wanita-wanita yang rela hadir apabila ia meminta mereka berada di ranjangnya walau hanya untuk hubungan satu malam, terakhir kali ia bercinta dengan Carol dan Dimitri meneriakkan nama Reefa di puncak kepuasannya. Dan model papan atas itu marah atas perbuatannya, ia memutuskan hubungan mereka saat itu juga.

Tak apa, toh hubungan kami hanya didasarkan atas kenikmatan ragawi..

Semenjak saat itu, Dimitri kehilangan gairahnya terhadap semua wanita. Hanya satu nama yang ia inginkan di tempat tidurnya... Shahreefa Agni Raffardhan, gadis yang usianya terpaut dua belas tahun di bawahnya dan sekaligus bukti dosa masa lalunya.

A Perfect LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang