Part 26a: One Last Cry

6.6K 983 99
                                    

Ibu dimakamkan keesokannya di pemakaman umum yang cukup dekat dengan apartemen, Dimitri mengambil keputusan itu mengingat mungkin Reefa akan sering berkunjung ke makam Ibunya.

Reefa hanya menatap kosong ketika jenazah ibunya diturunkan ke liang lahat, wajahnya kali ini benar-benar datar tanpa ekspresi dan hal itu mengundang rasa ingin tahu dan bisik-bisik dari sejumlah pelayat yang hadir. Walau mengenakan kacamata hitam lebar yang hampir menutupi sebagian besar wajahnya, para tamu tahu Reefa sama sekali tidak menangis. Sementara Dimitri berada di samping istrinya dan bertanya-tanya di dalam hati apa yang ada di pikiran Reefa sekarang hingga ia bersikap sangat tenang bahkan cenderung dingin.

Mata Reefa memperhatikan pelayat yang hadir, ada beberapa teman masa kecilnya, tetangganya, dokter keluarganya ketika ayahnya masih hidup, dan tentu saja beberapa teman kantor mereka termasuk Dita. Terlihat William dan Sonya datang bersama, hal itu membuat Reefa sedikit mengerti mengapa Sonya menghubunginya beberapa saat yang lalu. Tentu juga saja pamannya beserta keluarganya datang, membuat Reefa marah ketika melihat wajah pamannya yang tanpa dosa. Tapi Reefa menahan semuanya, ia akan memperhitungkan semuanya ketika para tamu telah pergi.

"Mbak, sebelum jenazah Ibu Atika ditutup dengan tanah, harus ada yang mengazani almarhumah. Siapa yang bersedia? Kalau tidak ada, maka saya akan mengazankan." Ustadz yang diminta Dimitri memimpin doa bertanya Reefa.

Reefa mengerjap bingung tetapi Dimitri berbisik pada ustadz, "Saya bisa mengazankan almarhumah, saya menantunya."

Reefa hanya diam mendengar ucapan Dimitri, ia masih menatap ke jenazah ibunya di dalam liang lahat. Tidak memperdulikan apapun yang dibicarakan orang lain kembali.

Ketika Dimitri turun ke liang lahat dan mengazankan, sejumlah orang terutama teman kantor mereka terkejut dengan apa yang dilakukan direktur operasional mereka. Apa benar desas desus kalau Dimitri dan asistennya telah bertunangan bahkan menikah? Dimitri tidak peduli dengan apa yang orang-orang katakan mengenai dirinya.

***

Setelah pemakaman selesai dilaksanakan, sejumlah pelayat yang terhitung masih keluarga dan teman mereka diundang untuk berkumpul di rumah duka sekedar untuk menyantap makanan kecil dan minum karena hari cukup panas. Pamannya beserta keluarganya dan juga William serta Sonya berada di apartemen Dimitri.

Reefa mendekati pamannya, menyeret sang paman ke sudut ruangan dan membuat anak serta istri sang paman bingung dengan tindakan Reefa.

"Paman, apa yang paman lakukan pada Ibu?" desis Reefa tajam.

"Apa yang aku lakukan, Reefa? Aku tidak melakukan apa-apa, kamu yang membohongi dia selama ini." Pamannya tersenyum tanpa beban menjawab pertanyaan Reefa.

"Ibu mengatakan padaku kalau Paman mengunjunginya dan Paman mengatakan sesuatu tentangku." Reefe bersedekap, menahan tangannya untuk melakukan sesuatu yang di luar rencananya.

"Oh itu... wajar saja jika seorang adik ipar mengunjungi kakaknya dan aku tidakpernah memberitahu kalau kamu menikah siri dengan orang yang membunuh ayahmu."

"Apa Paman tahu di hari kematiannya, Ibu berniat ke rumah Paman? Dan dia ditemukan meninggal di jalan menuju rumah Paman?"

"Oh, jadi kamu ingin menyalahkanku atas kematian Ibumu? Sebaiknya kamu bercermin, Reefa... lihat apa yang kamu lakukan selama ini."

Reefa menggeram, ia tidak berniat menyalahkan pamannya, Reefa hanya ingin Paman menunjukkan rasa empatinya saat ini. Kali ini, Reefa benar-benar ingin memukul wajah pamannya yang memasang tampang tidak berdosa.

"Lebih baik Paman pulang... aku tidak ingin melihat wajah Paman di sini lagi," ucap Reefa pelan dan ia berjalan menjauhi pamannya, berada di dekat orang ini membuatnya sesak.

A Perfect LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang