Malam itu Reefa bermimpi lagi. Di dalam mimpi itu ia kembali pada masa ketika ayahnya telah meninggal beberapa bulan dan sidang pengadilan telah selesai. Hasil sidang itu sangat menyakitkan, karena ayahnya adalah tersangka tunggal di dalam tuduhan korupsi. Sejumlah uang ditemukan di dalam brankas di ruang kerja pribadi ayahnya, tetapi uang itu tidak cukup untuk membayar semua kerugian yang telah terjadi. Aset pribadi, termasuk rumah, tanah, kendaraan bahkan tabungan milik Arif Grahito Raffardhan disita dengan paksa dan menyebabkan Reefa dan ibunya terusir dari rumahnya dan hidup di bawah garis kemiskinan.
Reefa mengerjapkan matanya, bersyukur kalau semua itu hanya mimpi. Saat-saat itu adalah saat yang paling mengerikan dalam hidupnya, dimana semua kebahagiaan dan kenyamanan hidupnya tercerabut dalam waktu sekejap mata. Ia mendesah, lalu bangun untuk mengambil segelas air yang biasanya terletak di nakas sebelah tempat tidurnya.
Reefa tersentak, ini bukan kamarnya...
Bukan, ini benar kamarnya... kamarnya yang berada di rumah kontrakan sempit, yang seluruh dindingnya penuh dengan foto dan berita mengenai Dimitri.
Mengapa aku kembali lagi ke sini? Aku tidak mau merasakan pahit dan perihnya dendam kembali.
Reefa panik, nafasnya terengah... ia tidak bernafas...
Dimitri, tolong aku!
"Reefa? Bangun, kamu bermimpi buruk!" Suara Dimitri yang terasa jauh mengembalikan kesadarannya. Ia merasa tubuhnya terguncang. Reefa membuka mata dan melihat wajah Dimitri berada sangat dekat, terlihat sangat khawatir.
"Dimka? Syukurlah tadi hanya mimpi." Reefa kesulitan berbicara karena napasnya terasa berat dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
"Tarik napasmu dalam-dalam, Honey... lalu hembuskan pelan-pelan."
Setelah mengikuti perintah Dimitri dan suaminya menggosok punggungnya dengan lembut, Reefa dapat berbicara dengan normal kembali. Tapi wajahnya masih terlihat pucat.
"Apa yang kamu mimpikan, Reefa?" tanya Dimitri sambil mengelus rambut Reefa, ia sangat cemas karena Reefa berteriak minta tolong dan terlihat tidak bisa bernapas dalam igauannya.
"Aku bermimpi kembali pada masa itu, masa ketika kami dilempar ke jalan bagai hewan peliharaan yang tidak diinginkan lagi oleh pemiliknya. Masa ketika aku sangat membencimu."
"Honey..." Dimitri meraih Reefa dalam pelukannya. Ia tidak ingin meneruskan pembicaraan ini lagi karena setiap topik ini kembali terucap, Dimitri merasa sangat bersalah.
"Tidak apa-apa, Dimka."
Reefa memejamkan mata dalam pelukan Dimitri, menikmati ketenangan yang diberikan oleh laki-laki itu pada jiwanya. Kemudian ia teringat mungkin mimpi ini disebabkan oleh Ibunya. Sebelum ia tidur dan Dimitri sedang di dalam kamar mandi, Ibu menelponnya. Ibu mengatakan ingin bertemu dengan Reefa setelah jam kerja. Reefa merasa sedikit bingung karena ini di luar jadwal kunjungannya Dan juga ia merasa suara ibu terdengar gemetar dan menyembunyikan sesuatu.
Seketika, Reefa merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan ibunya.
Kesalahan terbesar dari Reefa adalah ia tidak menceritakan apapun pada Dimitri tentang permintaan ibu dan juga semua hasil pembicaraan mereka esok harinya.
***
"Reefa, Ibu ingin tahu berapa besar gajimu?"
Pertanyaan mendadak tanpa basa-basi dari ibu di ruang duduk pribadinya membuat Reefa terperangah, tetapi ia menepis rasa jengahnya. Wajar saja ketika orangtuamu ingin tahu berapa penghasilan anaknya, pikir Reefa tanpa beban.
![](https://img.wattpad.com/cover/14559041-288-k80387.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Lie
RomantizmOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Highest Rank #5 in Romance (20122017) Apa yang akan kamu lakukan, ketika orang yang menghancurkan keluargamu, membu...