Part 7a: Complicated Heart

18.8K 2K 60
                                    

"Apa kabarmu, Dith?" Reefa tersenyum manis, bersedekap menatap Adith tajam.

Adith tersenyum kecut melihat sinar mata Reefa yang dingin, merasa bersalah. Ia tahu sikapnya cukup bisa dikatakan sebagai seorang pecundang, tidak menghubungi Reefa selama satu bulan. Jika Reefa menghubunginya, ia hanya menjawab singkat. Adith tidak ingin terlalu terikat pada gadis itu sebelum memastikan apa yang terjadi pada keluarga Reefa sepuluh tahun yang lalu.

"Baik, Reefa. Kamu juga terlihat sehat."

Reefa menatap Adith selama satu detik, mencoba membaca sinar mata Adith, lalu bertanya tanpa basa-basi.

"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?"

Mata Adith menatap sekilas ke Dimitri yang masih menunggu di kursinya. Laki-laki itu terlihat tidak peduli tapi Adith tahu, kewaspadaan Dimitri terhadapnya bagai singa yang mengincar buruannya. Suasana brasserie tidak terlalu ramai dan Adith memilih sudut yang paling sepi untuk menjelaskan semuanya.

"Maafkan atas sikapku akhir-akhir ini."

Reefa mengangkat alisnya, tersenyum tipis. Sejujurnya, ia merasa sakit hati dengan apa yang dilakukan Adith terhadapnya, ia merasa diremehkan... tidak dianggap setelah ia membawa Adith menemui Ibunya di rumah sakit jiwa.

Dan Reefa tahu apa yang menyebabkan semuanya, orang yang tidak pintar pun bisa menebaknya.

"Aku maafkan." Reefa menghembuskan nafasnya dan kembali berbicara " aku rasa udah cukup kita bicara, bye." lalu beranjak dari tempatnya berdiri, meninggalkan Adith.

Dengan cepat, pemuda itu memegang pundak Reefa, menahan gadis itu agar tidak pergi karena masih ada yang ingin ia sampaikan.

"Reefa, menikahlah denganku." Adith berkata mantap, ia bertaruh atas kata-katanya. Ia tahu saat ini adalah saat yang tidak tepat untuk mengajukan lamaran, tetapi keadaan memaksanya untuk melakukan hal ini. Ia telah melihat Dimitri dan sangat paham apa yang diinginkan laki-laki berwajah kaukasus itu dari kekasihnya.

"Maaf?" Reefa menoleh dan menatap Adith, memastikan ia tidak salah dengar.

"Menikahlah denganku." Adith sekali lagi memohon, ia tidak peduli apabila harga dirinya hancur saat ini. Yang penting Reefa tahu bahwa ia serius dalam hubungan mereka sebagai kompensasi atas rasa bersalahnya mengabaikan gadis itu untuk sekian lama.

Reefa mengerjap, ia tidak mengira Adith akan melamarnya. Reefa malah berpikir bahwa hubungannya dengan Adith telah selesai.

"Dith, kamu tidak sakit kan?" Reefa tertawa kecil dan menyentuh ringan kening pemuda itu.

"Reefa, aku serius." Kedua tangan laki-laki itu memegang pundak Reefa, meyakinkan apabila ia tidak main-main dengan niatnya.

Tawa Reefa terhenti, menyadari bahwa pemuda di depannya saat ini memang benar-benar melamarnya.

"Dith, aku kira selama beberapa hari belakangan ini hubungan kita telah berakhir. Tanpa diucapkan pun aku bisa membaca apa yang terjadi pada dirimu. Kamu tidak ingin punya pacar yang Ibunya menderita kelainan jiwa kan?" kata-kata Reefa begitu tajam dan menusuk, membuat Adith tersentak sekaligus malu.

Adith menghela nafasnya dan menggeleng, mengambil jeda sejenak sebelum ia mengemukakan alasannya, alasan yang ia pikirkan beberapa hari terakhir setelah ia memutuskan untuk tetap melanjutkan hubungannya denga Reefa.

"Aku mengaku apa yang kamu pikirkan benar Reef, tapi aku terlalu mencintaimu dan aku tidak peduli dengan semuanya."

Adith menggenggam tangan Reefa, menatap matanya lekat-lekat. Reefa mengakui, seketika hatinya luluh.. ia masih menyayangi Adith. Hanya pemuda itu yang dapat membuatnya merasa nyaman.. tidak seperti Dimitri yang membuat hatinya bagaikan roller coaster dengan berada di dekatnya.

A Perfect LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang