Part 23b: No Price To Love

7.4K 1K 101
                                    

Reefa menebarkan pandangannya ke seluruh kafe, mencari sosok perempuan hampir berumur setengah baya yang pernah ia temui tidak sengaja beberapa hari yang lalu. Akhirnya, Reefa menemukannya berada di sudut ruangan, masih terlihat cantik seperti biasa dengan rambut berwarna kecoklatan, make up sempurna dan kacamata hitam lebar.

"Tante Sonya!" tegur Reefa, ia segera menempelkan pipinya pada pipi Sonya, tanpa ada rasa curiga sama sekali.

"Reefa. Wah, kamu terlihat sangat chic." Sonya membuka kacamatanya, kembali memandang Reefa dari ujung kaki hingga ke kepala, menemukan bahwa lagi-lagi Reefa memakai baju dan aksesoris branded dan ia tahu itu bukan barang kw. Padahal semua baju, tas ataupun aksesoris yang dipakai Reefa, memang baru pertama kali ia kenakan karena kesemuanya adalah hantaran pernikahan Dimitri untuknya dan suaminya memaksa reefa untuk memakainya sesegera mungkin

"Thanks, Tante." Reefa duduk di depan Sonya dengan rasa ingin tahu, ia penasaran apa yang ingin dibicarakan oleh Sonya.

"Sudah pesan minuman?" tanya Sonya kembali.

Reefa menggeleng, ia berniat hanya sebentar menemui Sonya di tengah jam istirahatnya.

"Jadi, apa yang ingin Tante sampaikan pada Reefa?" Reefa bertanya langsung tanpa basa-basi, memanfaatkan waktu yang memang terbatas.

Sonya tertawa kecil, menutupi rasa terkejutnya karena Reefa sangat lugas, tidak ada bermanis-manis sikap dalam kamus Reefa.

"Hmm, mungkin bukan sesuatu yang penting bagimu. Atau juga bisa dibilang aku hanya ingin tahu saja..."

"Langsung saja, Tante." Reefa tersenyum, ia duduk bersandar dan bersedekap, sedikit heran mengapa Sonya menjadi salah tingkah.

Sonya tertawa kembali, jenis tawa yang dipaksakan. Terdengar sumbang di telinga Reefa. "Kamu bertunangan dengan Dimitri?"

Reefa mengerjap, mulutnya sedikit membuka karena memang terkejut dengan apa yang ditanyakan Sonya. Mata Sonya langsung melihat jari manis Reefa dan ia melemparkan tatapan 'aku-tahu-itu-cincin-kawin' pada Reefa.

Reefa memutuskan lebih aman ia membenarkan apa yang ditanyakan Sonya dan ia mengangguk , menatap mata Sonya dengan penuh percaya diri.

Sekarang giliran Sonya yang terperangah, ia tidak mengira apa yang dikatakan William benar. Lalu wanita itu memajukan badannya, menatap Reefa dalam.

"Kamu tahu siapa Dimitri, Reefa? Kamu tahu, kan?" bisik Sonya, "dia yang memaksa Ayahmu bunuh diri."

"Aku tahu tapi dia tidak seperti yang aku pikirkan selama ini. Dimitri adalah laki-laki yang baik dan kalau memang semua itu adalah kesalahan Dimitri, mungkin memang ada salah paham yang aku tidak tahu antara dia dan ayahku." Reefa berusaha tenang, tapi jantungnya berdebar cepat. Walau kata-kata Sonya sama dengan diucapkan pamannya, pengaruhnya berbeda. Ketika Sonya mengatakan hal itu, semua kenangan kematian ayahnya seakan menghantam pikiran Reefa saat itu juga.

Sonya menaikkan alis, ia menerka bahwa Reefa benar-benar masuk dalam perangkap Dimitri. Sonya hanya mengetahui masa lalu Dimitri yang seorang playboy. Sebenarnya wanita itu cukup tertarik pada Dimitri saat itu, tetapi karena Dimitri belum menjabat posisi strategis maka ia membatalkan perangkap pesonanya pada Dimitri. Menjalin hubungan dengan supervisor level rendah sama sekali tidak menguntungkan.

"Semoga hubunganmu langgeng hingga ke tahap pernikahan." Tante Sonya mengedipkan matanya seolah tidak terjadi apa-apa dalam obrolan mereka tadi, padahal ia ingin menghasut Reefa lagi.

Reefa mengangguk, memutuskan untuk tidak banyak bicara. Ia sibuk menahan tangannya yang mulai gemetar. Lalu Reefa melirik arlojinya, sebentar lagi jam istirahat berakhir.

A Perfect LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang