Part 24b: Something About Love

6.8K 952 76
                                    

"Reefa, sini-sini..." bisik Dita sambil melambaikan tangannya ketika Reefa tidak sengaja melewati ruang kerja gadis yang terkenal cuek tapi sangat modis itu.

Reefa menunjuk dirinya, memberi tanda meyakinkan Dita apa benar dia yang dipanggil. Dengan gemas Dita menganggukkan kepalanya keras-keras.

"Kamu kenapa sih, Reef?" sungut Dita kesal sambil menggamit lengan Reefa masuk ke dalam ruang meeting yang belum digunakan.

Reefa hanya nyengir kuda, matanya masih mengerjap bingung.

"Surat pengunduran dirimu sedang diproses. Mungkin sebentar lagi akan selesai, seminggu kurang lebih." Dita menunjukkan salinan surat pengunduran diri yang telah dibuat ulang oleh Dita secara resmi. Reefa memandang kertas itu dengan tatapan kosong selama beberapa detik. Hal itu membuat Dita makin gemas ingin menoyor kepala Reefa. Tapi ia segera menahan tangannya, gadis yang ia ingin toyor ini adalah calon istri direktur dan kemungkinan besar akan menjadi direktur utama kalau mendengar gosip yang beredar di kalangan manajemen tingkat atas.

Mengapa Reefa menjadi agak tolol seperti ini? Wajahnya juga terlihat mengantuk dan tidak fokus? Jangan-jangan Hottie Dimi membuatnya tidak tidur semalaman setiap hari.

"Ah iya, surat pengunduran diriku." Reefa nyengir dan tersadar beberapa detik kemudian. Wajahnya seketika bersinar cerah, ia melompat girang dan membuat syalnya terjatuh lalu segera ia mengambilnya dan meletakkan asal-asalan di lehernya. Sementara Dita menggelengkan kepalanya takjub, bisa-bisanya gadis secerdas Reefa menjadi tolol karena cinta.

"Kalau sudah ditandatangani Direktur SDM akan segera kukabari. Tenang saja."

Reefa mengucapkan terima kasih pada Dita dan ia mengerjapkan matanya serta memberi tanda pada Dita agar merahasiakan semuanya. Dita hanya mengangguk dan membiarkan Reefa berlalu. Lalu ia mengerutkan keningnya, baru menyadari sesuatu. Ketika Reefa mengambil syalnya tadi, rambut gadis itu tersibak dan ia merasa melihat tanda kebiruan di tengkuk Reefa.

Dita menaikkan alisnya tinggi-tinggi. Benar dugaannya, Reefa memang telah tidur bersama Dimitri. Siapa sih yang sanggup menahan pesona laki-laki bermata abu-abu itu kalau tiap malam mereka tidur dalam satu atap? Dita juga tidak berani menjamin dirinya akan bertahan kalau ia berada di posisi Reefa.

Tawa kecil keluar dari bibir Dita, tidak menyangka sahabatnya yang terlihat dingin, kaku, dan sangat puritan bisa meleleh dalam pesona sang direktur muda.

***

"Wah, ada apa yang membuatmu senang hingga wajahmu terlihat semringah, Reefa?" Dimitri mendongak dari dokumen-dokumen yang ia periksa sebelum ditandatangani, mendengar Reefa datang bersenandung pelan tapi terdengar jelas sangat riang.

"Surat pengunduran diriku akan keluar seminggu lagi kata Dita." Reefa nyengir, sulit mempertahankan wajah datarnya saat ini.

"Oh, kalau begitu kita bersiap-siap meresmikan pernikahan kita secara hukum sekalian dengan resepsinya." Dimitri menganggukkan kepalanya lalu kembali menekurkan perhatian pada dokumen yang ada di depannya saat ini.

Bibir Reefa mencebik, ia tidak suka dengan reaksi Dimitri yang datar padahal hal ini merupakan sesuatu yang paling ia idam-idamkan. Reefa sangat tidak suka dengan predikat 'istri siri' yang sekarang ia sandang, walau tidak ada orang yang tahu di kantor mereka.

"Apa sih yang kamu kerjakan, Dimka?" Reefa segera mengunci pintu dan berjalan menuju meja Dimitri. Penasaran apa yang membuat suaminya tidak bereaksi sama sekali dengan berita gembira dari Dita.

"Beberapa dokumen yang mencurigakan. Calon debiturnya developer yang sama yang pernah menawarkan William kerjasama yang sangat menggiurkan, yang kemarin aku tolak mentah-mentah."

A Perfect LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang