Reefa kembali menghentikan aktifitasnya ketika ia mengingat sentuhan jemari Dimitri pada bibirnya. Sentuhan itu hanya sekilas tapi membuat Reefa tidak dapat berpikir jernih hingga saat ini.
Jari lentik Reefa terhenti beberapa senti di atas keyboard netbooknya, ia memejamkan matanya... membayangkan hangat jari laki-laki itu kembali menyentuh permukaan bibirnya.
Tidak boleh Reefa! Apa yang kamu pikirkan? Ingat, Arnawama Dimitri Syahdinubrata adalah orang yang menghancurkan keluargamu!
Reefa membuka matanya, tatapannya tajam dan berkilat dendam. Ia menghembuskan nafasnya pelan dan menyedot frappe latte nya. Kemudian gadis itu kembali melihat arlojinya, seperti biasa Adith terlambat, ia menggelengkan kepala. Sudah setengah jam ia duduk di sudut gerai kopi di dalam suatu mal di bilangan Jakarta Selatan dan berusaha membunuh waktu dengan browsing dengan netbook yang baru ia beli beberapa hari yang lalu dengan gajinya.
Tiba-tiba ponselnya berdering, Reefa melihat layar dan jantungnya berdesir, salah satu perawat dari rumah sakit menghubunginya.
"Halo."
"Halo, Mbak Reefa."
"Ya, ini saya. Ada apa, Bu Riani?"
"Ibu Mbak Reefa keadaannya sedikit memburuk akhir-akhir ini, mungkin karena Mbak sudah lama tidak menjenguknya."
Reefa menggigit bibirnya, ia telah lupa menemui ibunya karena kesibukannya bekerja.
"Baik, mungkin siang atau sore ini saya akan ke sana, Bu"
Lalu setelah mengucapkan terima kasih, Reefa mematikan ponselnya. Dari kejauhan ia melihat Adith yang tersenyum dan melambaikan tangan padanya. Reefa berdiri dan menyambut kekasihnya dengan sebuah pelukan, suatu hal yang sangat jarang ia lakukan di depan umum.
Adith mengernyit, bingung dengan tindakan Reefa... tetapi jujur ia suka apabila gadis yang sangat pemalu ini sedikit lebih agresif padanya. Selama empat tahun menjalin hubungan, Adith belum pernah melakukan tindakan yang lebih jauh dari hanya sekedar mencium pipi atau memeluk ringan. Sementara Reefa memejamkan matanya, ia butuh pelukan hangat kekasihnya. Semua yang terjadi membuat dirinya tertekan, terutama tingkah Dimitri yang semakin lama semakin aneh.
***
"Ibu Mbak Reefa beberapa hari ini tidak mau makan. Ia selalu menyebut bahwa suaminya akan datang menjemput." Salah satu suster menerangkan apa yang terjadi pada Ibunya.
Reefa hanya mengangguk, sambil berjalan menuju kamar Ibu, sang perawat mengobrol tentang kesehatan Ibu satu bulan terakhir. Lalu ketika sampai di depan kamar Ibunya, dengan hati-hati perawat membuka pintu dan mempersilahkan perawat masuk.
Reefa mengangguk dan memasuki ruangan itu, terlihat Ibu sedang tertidur di ranjang.
Karena tidak ingin membangunkan tidur Ibu, Reefa berjingkat mendekati tempat tidur, hatinya terasa nyeri ketika memandang wajah tua yang tengah lelap tertidur, wajah itu dipenuhi kerutan, kantung mata hitam tergantung di bawah mata yang dulu pernah sangat berbinar ketika memandang dirinya. Sosok Ibunya yang cantik dan anggun tidak ada lagi, digantikan dengan wanita tua yang lelah, kusut, dan kumal. Tetapi bagaimanapun kondisi Ibu, Reefa tetap sangat mencintai wanita yang telah melahirkannya duapuluh dua tahun yang lalu.
"Assalamualaikum, Bu.." Reefa berbisik pelan di telinga Ibunya dan mencium lembut pipi yang cekung itu.
Mata Ibu mengerjap, tanda sebenarnya ia sama sekali tidak tertidur. Lalu mata itu membuka, menatapnya heran.
"Wah, Mbak sudah lama nggak ke sini ya.. saya kangen lho sama Mbak." Ibunya segera bangun dan wajahnya berseri-seri.
Reefa mengatupkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Lie
DragosteOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Highest Rank #5 in Romance (20122017) Apa yang akan kamu lakukan, ketika orang yang menghancurkan keluargamu, membu...