Part 13b: Sometimes

9.9K 1.3K 104
                                    


"Saya tidak percaya Anda menjebak saya, Pak," desis Reefa gusar, dia merasa dipermainkan Dimitri dengan dikenalkan sebagai calon istri laki-laki itu.

"Apa boleh buat, Reefa. Orangtuaku tidak ingin diajak liburan kalau aku hanya datang sendirian." Dimitri masih tersenyum, ia justru menyukai ekspresi ngambek ala Reefa.

Suara Reefa yang sedikit meninggi membuat ayah, ibu, dan saudara perempuan Dimitri serentak menoleh ke arah mereka. Dimitri membalas rasa ingin tahu mereka dengan tertawa dan memberikan tanda agar mereka dibiarkan berdua.

Reefa memainkan kakinya di private pool cottage, ia ingin masuk ke dalam air, tapi mengingat ia tidak bisa berenang, gadis itu cukup puas dengan bermain air di pinggir kolam.

"Mereka mendengar Ariadna yang menggembar-gemborkan pertunangannya di infotainment. Mereka kira aku sudah melamar Ariadna kembali." Dimitri kembali menambahkan.

"Mungkin mereka mengharapkan Ariadna, tapi yang muncul malah gadis menyedihkan seperti saya."

"Hei..."

"Sudahlah. Saya bukan tunangan Pak Dimitri. Pacar pun bukan. Saya hanya gadis miskin yang terjebak dengan Anda." Reefa menatap orangtua Dimitri dan Katerina, merasa iri dengan gadis itu yang terlihat mendapat limpahan kasih sayang dari orangtuanya.

Dimitri menghela napas, ia melihat tatapan kesepian lagi dari mata Reefa.

"Aku bisa menjadikanmu tunanganku bahkan istriku saat ini juga, Reefa, asal kamu mengatakan 'ya'." Jemari Dimitri yang terbalut perban mengelus jemari Reefa, hanya itu yang paling jauh yag ia lakukan dalam kontak fisik dengan gadis itu.

Reefa tertawa kecil, ia sudah tidak mempan dengan semua rayuan Dimitri dan tatapan menusuk dari mata abu-abu itu.

"Pak, apa yang membuat Anda menyukai saya. Banyak gadis cantik -misalnya barisan sekretaris direksi- yang mengejar Anda dan setahu saya, level saya jauh di bawah level mereka."

"Level mereka di atas kamu, Reefa? Aku bertaruh isi kepala mereka hanya sepersepuluh dari kamu." Dimitri terkekeh, kakinya mendorong pelampung raksasa berbentuk angsa yang berada di pinggir kolam.

"Bukan isi kepala, maksud saya penampilan. Bukankah laki-laki cenderung menyukai fisik wanita dibanding apapun?"

"Reefa, good body is only for one night but good brain is last forever. Aku ingin menghabiskan waktuku dengan perempuan yang bisa diajak bertukar pikiran, bahkan bertengkar dengan argumen yang cerdas." Dimitri berbisik lembut di telinga Reefa, membuat wajah gadis itu memerah. Kata-kata Dimitri melambungkan ego Reefa, ia tidak pernah bangga jika dipuji dengan kata cantik. Dimitri benar-benar tahu apa yang disukai oleh gadis itu.

Refleks, Reefa mendorong Dimitri ke kolam, membuat laki-laki itu tercebur bersamanya. Dimitri pun tak melewatkan kesempatan itu, ia menarik tangan Reefa dan membuat gadis itu berenang bersamanya. Dimitri melepaskan tangannya karena ia mengira Reefa bisa berenang.

Dimitri tertawa mengira Reefa berakting karena menggapai-gapaikan tangannya, tetapi setelah beberapa saat Dimitri sadar bahwa gadis itu benar-benar berjuang agar tidak tenggelam. Dengan cepat, Dimitri menarik Reefa ke dalam pelukannya. Nafas Reefa masih megap-megap, kedua lengannya menggelayut di sekeliling tubuh Dimitri.

"Pak, Anda benar-benar keterlaluan." Reefa masih mengatur nafasnya, ia terengah-engah karena kehabisan napas.

"Kamu yang memulai dengan mendorongku, Sayang. Aku tidak mengira kamu tidak bisa berenang." Dimitri terkekeh, ia berenang ke tepian kolam dengan menggendong Reefa lalu mendudukkannya kembali.

"Benar-benar tidak bisa ditebak, terlihat begitu lincah dan cekatan tapi tidak bisa berenang. Kamu membuatku semakin menyukaimu, Reefa." Dimitri menatap intens mata Reefa dan kali ini dada Reefa berdebar.

A Perfect LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang